Cinta Setelah Menikah - Bab 78 Direktur Mu Membujuk Istri (1)

Tifanny Wen merasa bahwa orang ini hanya bisa membuat  paru-parunya meledak.

"Mmmh..." Yansen Mu merintih, merasa kalau gigitan gadis bodoh itu semakin lama semakin kuat. Tapi setelah menggigitnya, Tifanny Wen tidak melanjutkannya lagi, tapi malah langsung membalikkan tubuh, berbaring dan tidak bersuara lagi. Saat itu Yansen Mu merasa lebih muram dari pada di gigit tadi.

Saat Yansen Mu ingin bertanya, tetapi...

Tiba-tiba suara ponselnya berdering. Nada panggilan masuk.

Sudah begitu malam, kenapa masih ada yang menelpon?

Terpaksa Yansen Mu melepaskan Tifanny Wen, pria itu mengambil ponsel.

"Halo..."

Ponsel Yansen Mu diletakkan di meja kecil tidak jauh dari ranjang. Setelah mengambil ponsel, Yansen Mu kembali lagi ke ranjang, langsung mengangkat panggilan tersebut di atas ranjang.

Menyebabkan Tifanny Wen yang berada di sebelah bisa mendengar suara lemah seorang wanita dengan jelas.

Terlebih lagi kebiasaan Yansen Mu adalah menerima telepon dengan mengaktifkan mode pengeras suara.

"Yansen..." di telepon hanya terdengar satu kata.

Suara wanita.

Satu kata itu membuat Tifanny Wen terkejut. Sepasang matanya yang sengaja di tutup terbuka lagi.

Tifanny Wen tidak tahu, Yansen Mu yang ada di atas ranjang ketika mendengar suara itu apakah juga kaget.

Nomor ini, tidak dikenal oleh Yansen Mu.

Tapi Yansen Mu sangat familiar dengan suara ini.

Apakah dia?

Nara Gu!

"Ternyata kamu." Jawab Yansen Mu.

Yansen Mu tidak menjawab, nada suara pria itu juga yakin. Jelas sekali begitu mendengar langsung tahu identitas di wanita itu.

"Ini aku, Yansen. Aku kembali. Beberapa hari ini mungkin aku akan pergi ke kota X." Suara wanita itu terdengar lagi di telepon.

"Kembali?" Yansen Mu agak terkejut sampai mengangkat alisnya, "Aku pikir kamu akan tetap tinggal di luar negeri."

"Haha." Wanita itu tertawa pelan di telepon, "Kamu sudah pulang, untuk apa aku tinggal sendiri di luar negeri? Yansen, kamu pasti paham, pertama kali aku ke luar negeri adalah demi dirimu."

Tangan Yansen Mu yang memegang ponsel membatu. Setelah mendengar ucapan tersebut, tanpa sadar tatapan Yansen Mu mengarah ke sebelah ranjang menatap Tifanny Wen...

Kebetulan saat itu Tifanny Wen juga membalikkan badan, mata wanita itu terbuka, menatap Yansen Mu dengan datar. Tatapannya memperhatikan wajah Yansen Mu lalu beralih jatuh ke ponsel yang dipegang Yansen Mu.

"Yansen, tunggu aku membereskan beberap hal. Ketika aku pergi ke kota X, kamu harus menjemputku di bandara. Oh ya, aku membawakan hadiah untukmu, apakah kamu tidak ingin menebaknya?" Wanita itu masih bicara tanpa henti di telepon.

Tatapan Yansen Mu beralih dari Tifanny Wen, lalu dengan datar menjawab, "Hm. Sampai bertemu nanti. Aku tidur dulu, sampai jumpa."

Yansen Mu sudah memutuskan sambungan telepon, lalu turun dari ranjang untuk meletakkan ponsel.

Ketika menunggu Yansen Mu kembali lagi ke ranjang, Tifanny Wen sudah memejamkan mata lagi.

Walaupun Yansen Mu tidak tahu bahwa masalah gelang bisa memanasi Tifanny Wen. Tapi telepon ini... Yansen Mu merasa tiba-tiba ada seorang wanita yang menelponnya dan isi percakapan itu agak...

Dia harus menjelaskan pada Tifanny Wen.

Ini hanyalah hal biasa.

"Tiff..." Yansen Mu melihat ke arah Tifanny Wen. Walaupun tahu wanita itu memejamkan mata, tapi dia tidak tidur, Yansen Mu kembali berucap: "Tadi yang menelponku adalah temanku yang dulu. Dulu saat aku mengemban tugas di luar negeri, dia juga ikut berpartisipasi."

Selesai bicara, Yansen Mu masih merasa ada yang kurang. Pria itu berpikir, lebih baik menambahkan kata 'teman biasa'.

Tapi setelah mengatakannya, Yansen Mu kembali merasa... penjelasan seperti ini bukankah tidak penting? Isi percakapannya juga bukan apa-apa.

Sebenarnya ini mirip 'menjelaskan tapi menutupi'.

Dan terkait wanita yang menelponnya...

Yansen Mu tidak bohong, wanita itu adalah temannya, namanya Nara Gu. Yansen Mu mengenalnya empat tahun yang lalu. Setelah Yansen Mu pergi ke luar negeri untuk bertugas, wanita itu juga mengikuti, berpartisipasi dalam pekerjaannya.

Tapi hanya teman biasa...  walaupun benar-benar hanya hubungan seperti ini, tapi Yansen Mu tidak tahu bahwa si bodoh bisa mendengar ucapan wanita itu tidak biasa ke Yansen Mu. Terlebih lagi saat berucap, "Kamu sudah pulang, untuk apa aku tinggal sendiri di luar negeri?" dan juga ucapan "Yansen, kamu pasti paham, pertama kali aku ke luar negeri adalah demi dirimu.", ditambah lagi saat itu sang wanita berucap dengan nada suara penuh kelembutan, jika tidak ada 'masalah', maka itu aneh!

Tifanny Wen tidak tahu Yansen Mu menganggap wanita di telepon itu apa.

Tapi yang diyakini Tifanny Wen: Wanita di telepon itu pasti menyukai Tuan ini.

Saat ini..

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu