Cinta Setelah Menikah - Bab 156 Mencekik Gadis Menjengkelkan Ini (2)

Tetapi...

Tangan Yansen Mu begitu bergetar, setelah bergetar dalam waktu singkat, akhirnya Yansen Mu tidak dapat menahan, perlahan-lahan pria itu mulai melemas.

"Tifanny, katakan padaku, aku harus bagaimana menanganimu?"

Tanya Yansen Mu.

Nada suaranya masih penuh dengan niat buruk.

Nada suara yang masih sangat ingin mencekik mati wanita ini.

Saat ini TIfanny Wen kacau. Tifanny Wen menatap Yansen Mu, lalu mengambil napas dalam-dalam. Pipi wanita itu masih memerah, tatapan matanya belum kembali sadar. Semua hal yang barusan terjadi, membuat Tifanny Wen seperti bermimpi, wanita itu tidak berani percaya bahwa barusan berhasil keluar dari bahaya.

Tifanny Wen mulai berpikir, sebenarnya hal apa yang membuat Yansen Mu terprovokasi.

Baginya, tuan Mu selalu lembut.

Ketika pikiran Tifanny Wen melayang-layang, tiba-tiba mendengar Yansen Mu sangat kesal dan berucap seperti tidak berdaya, 'Tifanny, katakan padaku, aku harus bagaimana menanganimu'. Tifanny Wen mengedip-ngedipkan matanya, baru saja otaknya ingin memproses ucapan tersebut, tiba-tiba tubuhnya di dorong keras oleh pria yang ada di depannya.

"Mu..."

Tifanny Wen berteriak takut, tiba-tiba merasa tubuhnya di bawa dipundak pria itu dengan kekuatan luar biasa. Dan tubuh Tifanny Wen juga diletakkan di atas ranjang. Pria yang seperti ingin melepaskan amarah menyerang naik, tanpa menunggu Tifanny Wen selesai menyebutkan namanya, pria itu langsung menutup bibir Tifanny Wen dengan bibirnya.

Ucapan Tifanny Wen masuk ke dalam lagi.

Di saat yang sama, Tifanny Wen hanya merasa ada rasa sakit yang sangat perih menyebar di antara bibirnya.

Bibir Yansen Mu saat ini sangat brutal, sama sekali tidak lembut. Tiba-tiba pria itu berubah menjadi serigala, seperti menjadikan Tifanny Wen sebagai tempat pelampiasan rasa sakitnya.

Tifanny Wen belum pernah merasakan ciuman seperti ini. Tidak berperasaan, tidak ada rasa nyaman dan ini bukan ciuman yang menghanyutkan. Jika ada sebuah rasa, hanya ada rasa sulit bernapas dan rasa sakit yang sulit ditahan.

"Mu..." Tifanny Wen ingin mendorong pria itu dan berbicara dengan baik-baik.

Di saat yang sama, kepala Tifanny Wen perlahan-lahan sudah kembali jelas. Mungkin pikiran Tifanny Wen tidak sekosong sebelumnya, mungkin juga sudah memproses hal yang terjadi barusan, pikiran rasional Tifanny Wen juga kembali.

Sebelumnya Tifanny Wen ingin bercerai, tetapi sepertinya Yansen Mu tidak merespon banyak.

Kemarahan pria itu dimulai sejak pria itu keluar dari kamar mandi.

Dan saat keluar dari kamar mandi, sepertinya dirinya sedang... menelpon?

Tifanny Wen mulai mengingat, ketika dirinya menyadari keberadaan Yansen Mu, sepertinya pria itu sudah berdiri di dalam kamar, kalau begitu dialog itu... pastinya Yansen Mu tahu. Ucapan terakhirnya ditujukan untuk Aston dan nomor yang dipakai untuk menelpon adalah... nomor Daniel An.

Tifanny Wen mengedip-ngedipkan mata, Tifanny Wen merasa mata pria di depannya membesar dan memerah seperti mata binatang buas. Pria itu tidak memejamkan mata, melotot memandangi Tifanny Wen, hanya saja bibir pria itu masih belum pergi dari bibir Tifanny Wen.

Tatapan itu...

Hanya membuat Tifanny Wen takut dan juga sakit hati.

"Aku..."

Dengan kasar Tifanny Wen mendorong Yansen Mu, ingin bebas dari bibir pria itu dan menjelaskan padanya.

Tapi sekali Tifanny Wen mendorong, pria itu semakin marah, gerakannya semakin lama semakin brutal, juga semakin tidak bersedia melepaskan Tifanny Wen.

Sangat jelas, sekali Tifanny Wen melawan, Yansen Mu akan semakin marah.

Tifanny Wen sulit menjelaskan rasa sakitnya. Yansen Mu juga hanya memberikan waktu sedikit untuk Tifanny Wen bernapas, bahkan satu kalimat belum selesai diucapkan, bibir Tifanny Wen sudah ditutup kembali oleh Yansen Mu.

Tifanny Wen tidak pernah tahu, Yansen Mu akan sebegini kuatnya dan bisa berpikir tidak rasional.

Tifanny Wen tidak bisa jika tidak menjelaskan, maka dari itu Tifanny Wen semakin kuat mendorong Yansen Mu.

Yansen Mu berkata dingin, "Belum bercerai, tapi sudah tidak bisa menerima diriku?"

Nada mencemooh ini lebih kuat dari perkataan sebelumnya.

Tifanny Wen ingin bicara tetapi tiba-tiba menyebar rasa sakit seperti habis digigit pada bibirnya. Yansen Mu seperti sudah menerima sebuah provokasi, sebelumnya pria itu tidak mencekik mati dirinya, tapi saat ini pria itu malah ingin menggigit hancur bibir miliknya, seperti ingin membuat Tifanny Wen merasakan keberadaan pria itu.

Tifanny Wen hanya merasa bahwa hatinya sangat perih. Apakah pria ini tidak bisa membiarkan dirinya bicara baik-baik?

Tapi yang membuat Tifanny Wen terkejut adalah awalnya Tifanny Wen berpikir bahwa Yansen Mu akan menghancurkan bibirnya, membuat bibirnya berdarah. Tetapi pria itu menggigit bibirnya sangat lama. Walaupun Tifanny Wen kesakitan, tapi sepertinya Yansen Mu masih menahan tenaga kuatnya tersebut. Nyeri, tapi tidak sampai merobek bibirnya. Setelah bibirnya di bolak-balik dalam waktu yang lama, Tifanny Wen tidak merasakan rasa darah menyebar di bibirnya.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu