Cinta Setelah Menikah - Bab 290 Hari Pertama Masuk Sekolah (1)

Tinggal di sekolah?

Akhirnya Tifanny Wen tahu mengapa ekspresi mata Yansen Mu tiba-tiba janggal. Tifanny Wen langsung menjelaskan: "Bukankah akhir-akhir ini aku tidak akan sibuk? Ya terkadang aku juga tidak di rumah. Ketika kamu di rumah, aku akan pulang. Ketika kamu tidak di rumah, baru aku tinggal di sekolah."

Tifanny Wen pun tidak menyadari, setelah wanita itu berucap begitu, raut wajah Yansen Mu membaik.

Tifanny Wen membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba sebuah tangan besar yang berada di pinggang Tifanny Wen memegangnya erat. Setelah terdengar suara 'mmph' dari mulut Tifanny Wen, bibir Tifanny Wen yang sedikit terbuka langsung dibungkam dan Tifanny Wen langsung merasa ada rasa sakit yang menyebar karena gigitan.

Tifanny Wen menggeram kesal. Bagusnya, Yansen Mu langsung melepaskan Tifanny Wen.

Setelahnya dengan mata melebar Yansen Mu menatap Tifanny Wen dan berkata: "Apa kamu tidak dengar ucapanku dua jam yang lalu?"

Dua jam yang lalu?

Kira-kira itu saat mereka perjalanan kembali dari bandara.

Pria ini berkata apa?

Tifanny Wen mengingat kembali sambil menggaruk kepala. Dalam hati berpikir, apakah karena dirinya lupa jadi pria ini kesal padanya?

Tifanny Wen menggaruk kepalanya, dalam sesaat tidak bisa mengingat. Saat ini Yansen Mu sudah memiringkan badan.

Tifanny Wen melirik Yansen Mu, berpikir kalau pria itu akan bangun dari ranjang dan merapikan kopernya, tapi setelah Yansen Mu membalikkan tubuh, tangan pria itu kembali mengarah ke pinggang Tifanny Wen dan menekan di bagian sana. Tiba-tiba seluruh tubuh Tifanny Wen tertekan. Tangan Yansen Mu yang satu berada di depan dada Tifanny Wen, melepas resleting rok yang dipakai Tifanny Wen.

Tifanny Wen mengulurkan tangan, tidak henti-hentinya merasa kesal, "Aku baru saja pakai baju."

"Tifanny, besok aku harus pergi untuk bertemu orang penting. Aku akan sibuk sekali, mungkin selama seminggu tidak pulang. Setelah minggu ini, pasti kamu akan terus di sekolah." Ujar Yansen Mu.

Tifanny Wen: ....

Jadi...

Pria ini ingin menambah kekurangannya di minggu depan dengan melakukannya hari ini?

"Tidak suka?" Tanya Yansen Mu pelan.

"Tidak." Tifanny Wen menatap Yansen Mu dengan sorot agak protes, "Aku lelah."

Setelahnya, Tifanny Wen melihat sekilas Yansen Mu lalu jari pria itu lanjut melepas resletingnya, seperti tidak mendengar ucapannya.

Tifanny Wen mengumpat diam-diam, dalam hati berpikir... bagaimana kalau belum sampai seminggu tapi sudah melakukannya lagi?

Hanya saja, apakah energi pria ini sungguh begitu besar?

Ketika Tifanny Wen sedang berpikir sembarangan, tiba-tiba dari samping telinga mendengar Yansen Mu tertawa dengan suara rendah, "Kamu berpikir macam-macam apa? Lepas rokmu dan pakaian dalammu, memakainya saat tidur tidak baik. Istirahatlah dengan baik. Aku akan membereskan kopermu."

Begitu Tifanny Wen mendengar, wajahnya langsung memerah. Tifanny Wen mendorong Yansen Mu lalu melepas bajunya, Tifanny Wen menarik selimut sampai seluruh tubuhnya tertutup rapat, mendengus lalu berkata: "Kamu belajar hal buruk, ya."

Sekarang Yansen Mu sudah bisa menggodanya.

"He."

Yansen Mu tertawa pelan, tanpa bicara apapun, berdiri dan beranjak pergi. Pria itu sungguh pergi untuk menyiapkan koper Tifanny Wen.

Hanya saja, Tifanny Wen yang tidur di kasur tiba-tiba teringat, sepertinya di mobil pria itu bicara padanya.... tidak memperbolehkannya pergi barang setengah langkah pun?

Yang dimaksud pria itu... ini?

Tifanny Wen tidak berpikir wajah kesal Yansen Mu tadi itu hanya karena sedang menggodanya. Berdasarkan yang dipahami Tifanny Wen, Yansen Mu pasti peduli dengan perkataan itu. Hanya saja...  mungkin saja pria itu tidak bisa mengontrol dirinya, jadi tidak enak untuk membicarakannya lagi dengan Tifanny Wen.

Jadi, pria itu tidak kembali lanjut membicarakannya dengan dirinya?

Kalau begitu, wajah kesal Yansen Mu tadi karena... tidak merelakannya?

Tifanny Wen keluar dari selimut, melirik ke seseorang yang sudah turun dari ranjang. Dengan sembunyi-sembunyi Tifanny Wen melirik pria yang sudah memakai baju dan sedang mengambil kopernya, pria itu membolak-balik baju pribadi yang sering dipakai Tifanny Wen. Tifanny Wen mengatupkan bibirnya, merasa hatinya menghangat. Di kehangatan itu, ada perasaan menyesal yang tumbuh.

"Tuan Mu." Tifanny Wen tidak kuasa menahan untuk memanggil pria itu.

"Hm?" Yansen Mu menoleh.

"Besok kamu ingin bertemu orang penting yang seperti apa?" Tifanny Wen asal bertanya.

"Besok aku juga harus pergi ke universitas Nanqiong untuk menemani seorang sutradara terkenal dan seorang artis internasional. Kamu percaya?"

"Kamu belajar berbuat buruk. Aneh rasanya percaya padamu." Jawab Tifanny Wen.

Selesai berujar, Tifanny Wen mendengar suara tertawa pelan Yansen Mu, bagaimana bisa tawa itu membuat Tifanny Wen merasa agak... misterius.

……

Saat ini dan di waktu ini.

Di pulau Nanqiong, di kantor utama perusahaan Longhong, di dalam kantor direktur penanggung jawab baru, Aldric Long. Tiba-tiba suara ponsel berdering.

"Halo..." Pria yang duduk di kursi kerja memegang ponsel. Setelah melihat nomor asing yang menelpon, pria itu tetap memencet tombol angkat dan menerima panggilan tersebut.

"Halo, kak Aldric. Masih ingat aku?"

Suara yang terdengar di telepon adalah suara wanita.

Aldric Long mematung sebentar, setelah mendengar suara tersebut, kesadarannya langsung kembali. Menyebut satu nama dengan intonasi tenang, "Lena Mei?"

Lena Mei, seorang teman sekolah yang dulu dia kenal di luar negeri, wanita itu juga sahabatnya yang baik.

"Syukurlah kakak mengenalku. Tahu kenapa aku menelponmu? Karena aku datang ke pulau Nanqiong."

"Hm? Bukannya kamu belajar di luar negeri?" Tanya Aldric Long.

"Ayahku ingin ke negara Long, jadi beliau menyuruhku pindah sekolah kemari. Apa kamu tahu sekolah baruku? Universitas Nanqiong. Tapi, aku termasuk murid yang masuk ke sana karena ayahku, bulan lalu aku tidak datang ke sekolah. Baru dua hari ini aku bersekolah. Kakak kan orang asli sini, bagaimana kalau kakak meluangkan waktu untuk mengunjungiku?"

"Baiklah. Kamu di fakultas mana? Kelas apa?"

"Bahasa internasional, kelas satu." Ujar Lena Mei.

……

Hari kedua di universitas Nanqiong.

Sekitar pukul 10.10.

Di koridor di luar kantor dosen pembimbing jurusan bahasa internasional kelas satu, Hendra Wang. sebuah tubuh cantik yang memakai baju seragam universitas Nanqiong sedang pelan-pelan berjalan ke arah ruangan kantor tersebut.

Walaupun universitas Nanqiong menyediakan seragam sekolah untuk para murid S2, tapi para murid ingin memakainya atau tidak, itu sesuai keinginan mereka. Hanya terlihat seorang murid wanita berjalan ke ruang kantor tersebut. Murid tersebut memakai kemeja putih bersih, bagian bawahnya dibalut rok coklat bermodel sederhana dan elegan, kakinya dibalut sepatu putih. Jelas sekali itu hanyalah seragam sederhana, tapi orang-orang malah merasa pakaian itu agak modis. Khususnya sepasang kaki ramping dan putih itu, membuat orang-orang yang lewat setelah melihatnya tidak bisa menahan diri untuk melihat lagi. Diam-diam mereka menebak apakah murid wanita ini murid jurusan film di sekolah ini?

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu