Cinta Setelah Menikah - Bab 250 Mengajukan Pernikahan (1)

Tiba–tiba Gina Si terkejut hingga wajahnya memucat.

Tidak......................tidak mungkin...............

Pria pendiam, membawa sekelompok orang berandalan, datang ke rumah untuk mengajukan lamaran?

Gina Si memikirkan uraian dari perkataan ibunya, tiba-tiba dia merasa seolah diserbu oleh puluhan ribu kuda yang berlari sangat kencang. Dia mengedipkan mata dengan perasaan sulit percaya, saat menunggu kembali sadarkan diri, dia sudah buru-buru berlari ke luar.

Dia segera pulang ke rumah untuk melihat keadaan yang sedang terjadi.

Setelah mengalami kejadian kemarin, Gina Si pun tidak takut pulang sendirian. Didalam hatinya mengerti, para anggota elang hitam kemarin sepertinya juga sangat dikejutkan. Tuan Mu itu...........entah memiliki latar belakang kekejaman apa lagi.

Tetapi, saat Gina Si berada dalam perjalanan pulang, dia juga tidak lupa mengirimkan pesan kepada Tifanny Wen, dia memberitahu keadaannya ini kepada Tifanny Wen. Dia berpikir, sebaiknya dia segera melaporkan masalah dirinya kepada Tifanny Wen.

Jarak dari Universitas Nanqiong ke rumah Gina Si masih sedikit jauh. Didalam perjalanan, dia sedang berpikir apakah dirinya sedang bermimpi buruk, atau otaknya bermasalah.

Jika tidak, bagaimana mungkin dia bisa memiliki dugaan yang sangat menakutkan ini.

Melamar?

Panglima kiri?

Bagaimana mungkin?

Akhirnya, taksi pun berhenti di depan pintu rumah Gina Si, saat Gina Si turun dari mobil, dia dikejutkan dengan suasana di depan pintu rumahnya.

Waw!

Rumah Gina Si terletak di pinggiran kota yang sedikit terpencil, rumahnya ini adalah bangunan satu atap, halaman pribadi rumahnya ini adalah halaman rumah biasa yang sering ditemui di pemukimannya. Setelah Gina Si turun dari mobil, dia langsung mengitari jalan kecil, saat ini di hadapannya sudah terlihat pintu masuk rumahnya. Karena dia tidak tinggal di daerah perumahan, tentu saja pintu masuk rumahnya ini tidak akan bisa dimasuki oleh orang luar.

Tetapi apa yang terjadi di depan matanya ini?

Dua sisi pintu gerbangnya ini sudah ada para pria berpakaian hitam yang berjajar 2 baris dengan rapi. Gina Si menghitung jumlah mereka, waw! sebelah kiri ada 20 orang, sebelah kanan ada 20 orang!

Saat dia melewati jalan kecil, dia juga melihat ada beberapa mobil yang parkir di sebelah jalan kecil itu. Saat itu dia merasa sedikit aneh. Tetapi, bagaimanapun juga dia tidak bisa menebak pemilik mobil itu, saat ini mobil itu parkir di dekat pintu rumahnya seolah sedang melindungi rumahnya.

“Kal..............kalian............” Gina Si tiba-tiba gagap, dia juga tidak berani masuk kedalam rumahnya sendiri.

“Kakak ipar!”

“Kakak ipar ketiga!”

Akhirnya, 40 pria yang sedang berdiri itu, semuanya melihat ke arah Gina Si, kemudian memanggilnya dengan sebutan“Kakak ipar” atau “Kakak ipar ketiga” dan sebagainya.

Kening Gina Si seketika itu juga mengerutkan beberapa garis hitam.

Kakak ipar?

Kakak ipar ketiga?

Dia pasti salah dengar!

Mereka pasti bukan memanggil dia!

Gina Si memegang kepalan tangannya, dia menguatkan hatinya sambil mengedipkan mata, kemudian, dia berjalan melewati mereka seolah tidak ada orang di sampingnya.

Benar, mereka pasti bukan memanggil dia!

Arah yang mereka lihat, juga bukan dia!

Mungkin dia sekarang sedang tidur berjalan!

Gina Si menggaruk kepala, tiba-tiba dia merasa tidak bisa membedakan keadaan saat ini adalah kenyataan atau hanya mimpi belaka.

Dia seolah sedang tidur berjalan ke pintu masuk rumahnya sendiri.

“Kakak ipar, kakak sudah keluar...........” Akhirnya, para pria berpakaian hitam yang ada di sampingnya ini tiba-tiba mengatakan kalimat ini.

Plakkk...........................

Gina Si yang sedang berjalan ke depan ini tiba-tiba terpeleset!

Langkah kakinya tidak seimbang, sehingga dia langsung terpeleset menjungkir ke tanah seolah anjing yang sedang memakan makanannya............tidak, semestinya terlihat lebih buruk dari perumpaan anjing yang sedang memakan makanannya. Apalagi, ketika seseorang terjatuh seolah anjing yang sedang memakan makanannya, setidaknya, sepatunya masih menginjak tanah. Tetapi wanita yang mendapat sial ini, sepatu olahraganya langsung melayang, para anggota elang hitam yang melihatnya ini langsung bengong sambil membelalakkan mata.

Ya ya.....................

Masih bisa dimaklumi jika satu sepatu saja yang melayang.

Tetapi jika dua sepatu yang melayang? seberapa mengejutkan ini?

“Kak...................”

“Kakak ipar...................”

Para anggota elang hitam terkejut, seketika itu juga mereka menghampiri Gina Si satu per satu.

Gina Si adalah calon kakak iparnya, sekarang dia terjatuh adalah masalah besar!

“Hah...............” Gina Si malah terkejut hingga tidak mempedulikan posisinya, dia menutupi kepalanya hingga lupa bangkit untuk berdiri, raut wajahnya langsung pucat karena terkejut.

40 anggota elang hitam ini terkejut sambil berteriak, bagaimana mungkin mereka berani memapahnya, mereka satu per satu termangu di posisi mereka bediri, seketika itu juga tidak tahu harus berbuat apa.

“E...................e............kakak ketiga.............” Saat ini, entah siapa yang sedang melihat ke arah pintu masuk, tiba-tiba dia memanggil nama ini.

Di depan pintu masuk saat ini ada seorang pria yang memakai kemeja sedang berjalan keluar. Saat pria itu berjalan keluar, para anggota elang hitam semuanya mulai memanggilnya, “Panglima” atau “Kakak ketiga” dan sebagainya.

Pria itu, jika bukan Becker, maka siapa lagi?

Plakkk...........

Langkah kaki pria itu tiba-tiba berhenti di ambalan pintu. Dia melihat ke arah sepatu yang melayang di atas yang kemudian terjatuh ke bawah, tiba-tiba sepatu itu jatuh ke arah dada pria ini.

Becker mengulurkan tangan, menerima sepatu itu, lalu dia menundukkan kepala, pandangan matanya mengarah ke sepatu yang ada di tangannya.

Saat ini Gina Si sudah melepaskan tangannya yang sedang menutupi kepalanya itu, lalu dia menengadahkan kepala, garis pandangan matanya kebetulan sedang melihat pria yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya sambil mengulurkan tangan untuk menerima sepatunya itu.

Gina Si: ...................

Wajahnya pucatnya ini langsung memerah, entah karena malu atau karena takut.

“Kamu....................” Gina Si melihat ke arah sepatu yang sedang dipegang pria itu, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi karena dia takut dan malu, tiba-tiba dia tidak bisa mengatakan ucapannya.

Dia memang selalu begitu, terkadang cerewet, tetapi saat perasaannya terlalu malu karena merasa bersalah, dia pun akan berubah menjadi tidak bisa mengucapkan satu kata pun.

Tetapi Gina Si saat ini mengerti bahwa posisinya ini sangat tidak bagus untuk dipandang, setelah dia mengatakan satu kata itu, dia segera bangkit berdiri, dia melirik ke sekelompok pria yang ada di sekelilingnya yang “Kacau”, dia pun langsung gemetar, kemudian merasa panik sambil mencari sepatunya.

Untungnya ada satu sepatu yang terjatuh ke tanah.

Gina Si tidak mempedulikan orang yang ada di sekelilingnya, detak jantungnya berdebar-debar, dia juga tidak berani melihat siapapun. Setelah dia menutupi kepalanya dengan perasaan panik sambil memakai sepatunya, dia pun langsung menundukkan kepala sambil berjalan ke arah pintu masuk.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu