More Than Words - Bab 640 Mulai Sekarang, Aku Akan Melindunginya (2)

Fredic juga menanyakannya ingin memasuki universitas mana, ia berkata universitas hukum, memasuki sekolah S, ia pun tanpa ragu menuliskan sekolah S di formulir ujian masuk kuliahnya, menyerah akan impiannya sedari kecil yang ingin menjadi seorang ilmuan terkenal, lalu Yasmine membohonginya, setelah ujian, ia hilang tanpa jejak ...... tiga tahun, selama tiga tahun penuh, akhirnya ia mendapatkan kebohongan sebagai gantinya!

Yasmine terlihat lugu, tapi ternyata tidak, jelas ia sedang mempermainkan perasaan Fredic!

Jadi Fredic membencinya, Fredic ingin menghapuskannya dari dalam hidupnya, semakin tidak bisa dihapuskan, ia pun semakin membenci Yasmine, bisa dibilang ia tidak terima, bisa dibilang juga ia tidak rela, yang jelas, ia membenci Yasmine ...... Membenci diri sendiri, benci dirinya tidak bisa melupakan wanita tidak berhati tidak berperasaan dan berdarah dingin ini!

Terutama di club 101, Fredic bertemu dia, ketika ingin menghentikannya, ternyata ia bersembunyi di dalam mobil dan tidak mau keluar, dan ia masih memanggil semua penjaganya, mengusir Fredic ...... Mulai saat itu, Fredic tahu, bagi Yasmine, Fredic hanyalah seseorang yang benar-benar ingin dihapuskannya, sama sekali tidak pernah bertemu!

Fredic yang berpikir sampai di sini, memandangi Yasmine yang tertidur pulas, dalam tatapannya terbesit sedikit kebencian.

......

Waktu diputar kembali saat pukul 10 malam.

Selena tiba di jalan dimana Tiara berada, sengaja memberi tahu supir, untuk memelankan kecepatan mobilnya, lalu ia terus memandangi ke pinggir jalan dan tidak berpaling, takut dirinya melewatkan Tiara.

Ketika kira-kira mobil sudah berjalan sejauh 200 meter, akhirnya Selena melihat Tiara yang berjongkok di pinggir jalan dan meringkuk, ia langsung menyuruh supir berhenti, lalu setelah membayar uang taksi, ia pun langsung turun mobil, berlari ke sisi Tiara.

"Tiara." Ketika berdiri di sisi Tiara, Selena meneriakan namanya.

Tubuh wanita itu terkejut sebentar, beberapa saat kemudian, barulah ia menengadah, bersamaan dengan pergerakannya, sepasang matanya yang bengkak marena menangis, berhenti menatap mata Selena.

Selena bingung sebentar, lalu ia pun berlutut di hadapan Tiara: "Tiara, apa yang terjadi?"

Tiara tidak bisa berbicara, tapi juga tidak melakukan gerakan untuk memberi tahunya, malahan memandangi mata yang memperhatikannya, air mata pun menetes dari ujung matanya satu per satu.

"Tiara, jangan menangis, tidak peduli apapun itu, sekarang sudah tidak apa-apa, kamu lihat bukankah aku datang mencarimu?"

Dalam suara lembut Selena, Tiara pun menangis semakin sedih.

Sepertinya ia diluar terlalu lama, wajahnya begitu dingin, Selena sembari menghapus air mata Tiara, sembari tidak tahan dan berkata: "Apakah kamu sudah diluar cukup lama? Jika begini terus, kamu bisa flu, aku temani kamu pulang oke?"

Tiara menggelengkan kepalanya dengan hebat, air matanya semakin deras.

Melihat Tiara kehilangan kendali akan emosinya, Selena sibuk berkata: "Kita tidak pulang ke villa tua ...... Kamu ikut denganku pulang ke rumah William, bagaimana?"

Tiara masih menggeleng.

"Kalau begitu ...... aku temani kamu ke hotel?"

Tiara berpikir sebentar, lalu mengangguk perlahan.

Melihat Tiara setuju, Selena pun mengulurkan tangan dan menariknya, alhasil baru saja Selena memegang sikunya, Tiara pun seperti tersengat listrik, seluruh tubuhnya gemetaran.

Responnya terlalu berlebihan, membuat Selena terkejut, akhirnya Selena seperti menyadari sesuatu, ia tidak mempedulikan perlawanan Tiara, menarik tangannya, menggulung lengan bajunya ke atas, lalu ia melihat garis demi garis memenuhi bahunya, luka yang masih mengeluarkan darah ......