Pria Misteriusku - Bab 420 Tuan Gu, Istrimu Hamil

Melihat Lucy Jiang keluar, barulah Marson Gu memasukkan kembali ponselnya. Tidak terlihat banyak ekspresi di wajahnya, hanya saja terlihat sedikit kekesalan diantara alisnya: “Bagaimana?”

Lucy Jiang berpura-pura sangat terpukul: “Tidak terlalu baik. Masih ada cairan di perut, jadi harus istirahat dengan baik.”

Kata-kata ini sudah didengar Marson Gu sebelumnya, sehingga ia hanya mengangguk datar: “Ayo pergi.”

Marson Gu meluruskan kembali kakinya yang panjang, kemudian bangkit berdiri dengan elegan dan terlebih dulu berjalan keluar.

Lucy Jiang mengangkat alisnya samar-samar. Respon Marson Gu sedikit aneh, sepertinya pria itu sedang tidak suka hati?

Tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka sepanjang perjalanan kembali ke vila kediaman Gu. Setelah Marson Gu mengantarkan Lucy Jiang pulang, ia bahkan tidak turun mobil dan langsung berangkat ke kantor.

Lucy Jiang berdiri di tempatnya berpijak dalam diam, sinar terkejut berkilat sejenak dalam matanya.

Marson Gu sama sekali bukan orang yang memiliki sikap seperti ini. Semarah apapun ia, seharusnya ia tetap masuk terlebih dulu ke ruang tamu. Tapi bahkan sekarang ia tidak menginjakkan kaki di pintu. Itu artinya, ia benar-benar sedang marah.

Tapi setelah dipikir ulang, akan lebih baik jika Marson Gu semakin marah. Dengan begini, ruang diantara Natalia Wu dan Marson Gu akan semakin sedikit.

Begitu teringat akan tatapan mata Natalia Wu yang bersembunyi di balik pohon, Lucy Jiang begitu bahagia sampai-sampai semua pori-porinya tertawa.

Tatapan mata cemburu dan marah seperti itu dulu digunakannya saat melihat Natalia Wu dengan Marson Gu. Tidak disangka ada suatu hari dimana roda berputar dan akhirnya gilirannya yang menerima tatapan seperti itu.

Semakin diingat, Lucy Jiang pun merasa semakin senang. Ia menyenandungkan lagu selama berjalan kembali ke kamar.

Melihat rupanya yang sombong itu, para pelayan di dalam vila yang sedang berkumpul pun tak tahan untuk menggelengkan kepala. Disaat yang bersamaan, mereka juga merasa simpati terhadap Natalia Wu.

Tepat pada saat ini, Natalia Wu sedang berbaring diatas sofa di kamarnya untuk istirahat. Entah karena ia lari terlalu terburu-buru tadi pagi atau karena alasan lainnya, yang jelas sekujur tubuhnya merasa tidak nyaman dan ada sesuatu yang tidak beres. Sekujur tubuhnya sangat lemas dan tidak berdaya seperti kapas, seolah ia pasti akan jatuh jika ada angin yang bertiup sekarang.

Perutnya juga mulai berbunyi lapar. Dari pagi tadi sampai sekarang, tidak ada yang masuk mulutnya barang setetes air pun jadi wajar saja kalau ia lapar.

Natalia Wu mengangkat tangannya untuk memijat alisnya. Setelah merasa sedikit lebih baik, ia pun akhirnya bangkit berdiri dan pergi menuju lantai bawah.

Bibi Wang yang takut terjadi sesuatu pada Natalia Wu pun terus mondar-mandir disekitar kamarnya. Melihat Natalia Wu yang keluar, ia pun langsung datang menghampiri: “Nyonya.”

Kebetulan Natalia Wu bisa meminjam tenaga Bibi Wang untuk memapahnya turun ke lantai bawah, ia pun memaksakan mengulas sebuah senyum: “Bibi Wang, aku agak lapar. Apakah masih ada yang bisa dimakan?”

Begitu mendengar ia ingin makan, Bibi Wang langsung mengangguk gembira: “Ada, ada, ada. Aku lihat nyonya tidak makan sarapan jadi aku terus memanaskan buburnya. Nyonya tunggu sebentar, aku akan mengambilkannya.”

Sambil berujar, Bibi Wang langsung berapi-api bergegas pergi ke dapur. Seolah ia takut jika ia berlari lebih lamban sedikit saja, Natalia Wu akan kelaparan.

Natalia Wu yang merasakan kehangatan pun sontak melembutkan tatapan matanya. Ia segera menarik kursi di sisi meja ruang makan duduk disitu, melihat ruangan yang sunyi senyap pun hatinya merasa kecewa.

Bibi Wang tidak membiarkannya meneruskan kekecewaannya terlalu lama, dengan segera ia mengantarkan semangkuk bubur dan beberapa kudapan kecil yang terlihat enak.

“Nyonya, silakan nyonya makan dulu. Kalau tidak cocok dengan selera, aku akan membuatnya ulang.”

Natalia Wu mengucapkan terima kasih dengan sopan, ia mengangkat sendoknya untuk menyicipnya. Barusan ia jelas-jelas merasa lapar namun entah kenapa sekarang ia tidak bisa menelan apapun.

Setelah memaksakan diri menelan beberapa suap, Natalia Wu merasa ada sesuatu yang bergejolak di dalam lambungnya dan merangsangnya untuk muntah.

Ia langsung bangkit berdiri dan bergegas pergi menuju kamar mandi. Setelah menguras isi perutnya, sekujur tubuh Natalia Wu langsung terasa lemas tidak bertenaga.

Natalia Wu bersender di tembok yang dingin, alisnya secara tidak sadar pun mengernyit saat menatap wajahnya yang pucat pasi di cermin.

Apa yang terjadi padanya? Kenapa ia yang kondisinya baik-baik saja tetap merasa tidak nyaman?

Dalam beberapa kurun waktu belakangan ini, ada kalanya Natalia Wu merasa sekujur tubuhnya tidak bertenaga. Ada kalanya pandangannya menjadi gelap dan sekarang entah kenapa ia merasa mual dan ingin muntah.

Apa mungkin beban kerjanya belakangan ini terlalu kuat dan ia memaksakan dirinya sendiri? Sehingga berdampak sakit seperti ini?

Wajah Natalia Wu dipenuhi raut bingung. Ia kemudian beristirahat sejenak sebelum akhirnya berangsur-angsur merasa sedikit lebih baik.

Setelah ia pikir-pikir, ia memutuskan untuk lebih baik tetap pergi ke rumah sakit dan memeriksakan kondisinya daripada ia mati kelelahan karena sangat kesal.

Setelah berganti pakaian, Natalia Wu pun langsung pergi keluar. Lucy Jiang yang sedang berjemur di halaman bahkan tidak peduli saat mendengar gerakannya.

Yang jelas di dalam hatinya sekarang, Natalia Wu sudah sama seperti bawahannya yang kalah. Gerakan apapun yang diperbuat Natalia Wu sekarang tidak akan membuat riak ombak menjadi besar.

Dengan cepat Natalia Wu sampai di rumah sakit dan melakukan pemeriksaan menyeluruh yang sangat banyak.

Setelah dokter mengambil hasil pemeriksaan Natalia Wu dan melihatnya sekilas, ia berujar kepada Natalia Wu: “Kamu hamil.”

Natalia Wu sangat terkejut sampai membelalakkan matanya besar-besar dan bertanya: “Dokter, apa yang kamu katakan itu benar? Apa mungkin terjadi kesalahan?”

Karena terlalu terkejut, suara Natalia Wu pun meninggi beberapa tingkat. Di dalam ruangan yang hening sunyi senyap seperti ini, suaranya terdengar menusuk telinga.

Ia tidak peduli dengan tatapan aneh dari orang di sekelilingnya. Dengan wajah penuh tidak percaya, ia menatap dokter kandungan di hadapannya. Natalia Wu merasa sedikit terguncang dan dengan suara yang bergetar ia kembali mengulanginya: “Aku.. aku benar-benar hamil?”

Karena terlalu gugup, suaranya yang biasanya lembut sekarang terdengar sedikit bergetar.

Dokter yang wajahnya dipenuhi senyum itu pun menatap Natalia Wu sekilas, kemudian dengan sangat serius mengangguk: “Benar, hasil tes-mu menunjukkan bahwa kamu memang benar sedang hamil. Kenapa? Apa jangan-jangan kamu sendiri tidak menyadarinya?”

Natalia Wu yang ditembak pertanyaan seperti ini pun membisu. Bukannya tidak menyadarinya, tapi ia sama sekali tidak terpikir ke arah ini!

Begitu banyak hal yang terjadi belakangan ini, setiap hari ia lalui dengan menguras hatinya. Walaupun ia merasa tidak enak badan, ia hanya merasa bahwa ia terlalu lelah. Mana mungkin ia terpikir bahwa ternyata ia hamil?

Tapi sekarang kalau dipikir lebih detail, ia memang sudah lama tidak datang bulan. Kalau sebelumnya ia bisa lebih memperhatikannya sedikit, mungkin ia akan lebih dini mengetahui hal ini.

Mungkin karena respon Natalia Wu yang diluar dugaan, dokter kandungan itu pun kembali bertanya lagi: “Anak ini... Apakah kamu menginginkannya?”

Dengan perkembangan lingkungan sosial sekarang ini, banyak orang hamil yang tidak menginginkan anaknya. Berdasarkan pilihan yang dibuat oleh si ibu, barulah dokter bisa menentukan tindakan apa yang seharusnya dilakukan setelahnya. Itu sebabnya Natalia Wu mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Akan tetapi Natalia Wu malah sedikit bingung, ia tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

Tiba-tiba datang seorang anak diantara mereka, hal ini sebenarnya merupakan sebuah kabar yang menggembirakan baginya. Tapi begitu teringat akan hubungannya dengan Marson Gu sekarang ini, kebahagiaannya pun kembali membeku.

Anak ini... Benar-benar datang di waktu yang tidak tepat...

Dengan linglung Natalia Wu berjalan keluar rumah sakit. Ia baru perlahan tersadar ketika akhirnya berdiri di jalan besar yang sedang macet parah.

Sekarang ini adalah waktu puncak orang pergi bekerja, lalu lintas di sekelilingnya sangat padat. Bunyi klakson dan sirine tak henti-hentinya terdengar, semuanya terlihat sangat ramai dan hidup.

Walaupun raga Natalia Wu berada disitu, namun ia tidak bisa mendengar suara apapun. Kedua matanya menatap kosong ke depan tanpa arah, di benaknya hanya bergema perkataan dokter itu.

Anak ini... Apakah kamu menginginkannya?

Mungkin tidak ada orang lain yang tahu bahwa Natalia Wu pernah membayangkan dan berandai-andai dirinya bisa memiliki seorang anak. Anak yang merupakan miliknya dan Marson Gu. Tapi sekarang saat anak ini telah tiba, ia malah menjadi ragu.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu