Pria Misteriusku - Bab 381 Mengusahakan Yang Terbaik Untuk Menyenangkan Istri

Keberadaan Natalia Wu dari awal bukanlah suatu hal yang dirahasiakan. Jika ada orang yang memang ingin mendengar keberadaannya, dengan sangat cepat orang itu akan dapat menyelidikinya dengan sejelas-jelasnya.

Apalagi dengan statusnya sebagai istri Marson Gu, secepat kilat pasti akan terbongkar.

Tiba-tiba ia sedikit mengerti kenapa Marson Gu berbuat seperti ini. Mungkin sebagai penebusan terhadapnya atau mungkin karena rasa penyesalannya.

Tapi tidak peduli bagaimanapun juga, bagi Natalia Wu, mendapat pengakuan disaat seperti ini rasanya ternyata tidak seperti dulu.

Setidaknya, ia malah sama sekali tidak merasa begitu senang.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, akhirnya terdengar sebuah suara yang menarik perhatiannya dari lantai bawah. Natalia Wu yang sedang tenggelam dalam pemikirannya pun sontak tersadar.

Ia sama sekali tidak pergi turun, namun ia dapat memastikan bahwa Marson Gu sudah pulang.

Natalia Wu menghela napas diam-diam dalam hati, mengatur suasana hatinya dan berpura-pura tidak mengetahui apapun.

Sesaat kemudian, terdengar bunyi sepatu kulit yang menapak diatas tangga. Daun pintu yang terkunci rapat pun diketuk dan diikuti oleh suara Marson Gu: “Natalia, apa kamu ada di dalam?”

Natalia Wu tidak bersuara untuk menjawab, ia tidak tahu respon apa yang sebaiknya ia berikan. Ia agak ragu, tidak tahu apakah sebaiknya ia membuka pintu atau tidak.

Kemudian, gerakan kecil yang terjadi disini pun mengejutkan Lucy Jiang yang sedang beristirahat sejenak di dalam kamar. Semenjak dirinya hamil, gairahnya tidak sebesar dulu lagi.

Ia baru saja mengeluarkan amarahnya yang meluap-luap, dan langsung tertidur dalam kondisi tidak terlalu sadar setelah pulang.

Tepat pada saat itu, Marson Gu kembali mengetuk pintu: “Natalia, ini aku.”

Natalia Wu tentu saja tahu itu adalah Marson Gu, hanya saja ia belum memikirkan dengan baik bagaimana harus menghadapi pria itu.

Usaha Marson Gu dan penebusan dari pria itu tentu saja diindahkannya, namun bukan berarti dengan ini Natalia Wu memaafkannya.

Yang Natalia Wu inginkan sama sekali bukan hal seperti ini, melainkan sikap Marson Gu. Sikapnya menyelesaikan masalah ini.

Hanya saja semenjak ia kembali sampai detik ini, Lucy Jiang tetap menjadi orang yang berkuasa dirumah ini. Orang yang tidak mengerti pasti mengira bahwa Lucy Jiang-lah yang menjadi nyonya di rumah ini!

Sedangkan di sisi lain, Lucy Jiang yang melihat semua kejadian ini sontak mencengkeram pilar kasur yang ada di sampingnya.

Sederhananya, ia sangat merasa cemburu. Awalnya Natalia Wu yang mengancamnya, namun kemudian Marson Gu juga menganggapnya tidak ada.

Kalau Lucy Jiang bisa menahannya, maka ia bukanlah lagi Lucy Jiang!

Namun tepat pada saat ia bersiap untuk pergi keluar, daun pintu yang sedari tadi tertutup rapat akhirnya terbuka. Natalia Wu menatap Marson Gu yang berdiri di depan pintu dengan tatapan tenang kemudian bertanya datar: “Kenapa? Ada keperluan apa?”

Marson Gu tidak peduli dengan sikap dingin Natalia Wu. Ia malah menyunggingkan sebuah senyuman yang hangat dan menyodorkan semua kantong yang dijinjingnya.

Barulah saat itu Natalia Wu menyadari bahwa ternyata Marson Gu membawa sebuah kantong di tangannya, hanya saja ia tidak tahu apa isi di dalamnya.

Seolah dapat melihat keraguan dalam hatinya, Marson Gu pun tersenyum kecil: “Bukankah kemarin kamu bilang mau makan bakso raksasa? Tadi setelah aku pulang kerja, aku pergi membelikannya untukmu.”

Natalia Wu termangu. Lokasi Perusahaan Emperor dan Gedung Blessed berada di dua arah yang sangat bertolak belakang. Apalagi saat jam puncak pulang kerja, di luar pasti macet parah tanpa celah. Tapi ternyata Marson Gu masih sengaja memutar sangat jauh untuk membelikannya bakso raksasa seperti ini.

Selain itu, masalahnya adalah kemarin ia hanya asal bicara saja. Natalia Wu sama sekali tidak menyangka bahwa ternyata Marson Gu malah mengingatnya.

Ia merasa tersentuh sekaligus merasa getir di saat yang bersamaan. Andai saja dulu Marson Gu dapat memperlakukannya sebaik ini, pasti akan sangat baik, bukan?

Hanya saja semua ini tidak dapat diubah.

Sudahlah, tidak ada gunanya memikirkan semua ini. Yang penting adalah menjalaninya.

Natalia Wu menjulurkan tangan untuk menerima barang itu, kemudian menjawab kecil: “Terima kasih.”

Melihat Natalia Wu yang sepertinya terlihat puas, Marson Gu pun merasa lebih bahagia lagi. Ia dengan suka rela menawarkan diri untuk hal yang menyusahkan ini: “Kalau kamu suka, aku akan membelikannya setiap hari untukmu.”

“Tidak perlu.”

Natalia Wu spontan menolak, namun tepat saat ia melihat rekahan senyum di wajah Marson Gu yang perlahan memudar dan menjadi kaku, ia pun melanjutkan dengan nada yang lebih lembut: “Maksudku adalah, repot sekali beli ini setiap hari. Sekali-kali makan juga sudah cukup.”

“Tidak repot! Sama sekali tidak repot!”

Marson Gu sedikit menggebu-gebu untuk menunjukkan kebolehannya, ia menjulurkan tangan untuk menggenggam tangan Natalia Wu: “Asalkan kamu menginginkannya, tidak peduli seberapa jauh itu, aku akan mengambilkannya untukmu.”

Perkataan seperti ini sebenarnya mampu membuat orang lain merasa tersentuh, namun Natalia Wu tidak bersedia membiarkan dirinya hanyut dan tenggelam dalam perasaan semacam ini. Ia menarik kembali tangannya dengan perlahan: “Tapi... Aku bisa merasa muak.”

Jelas-jelas hanya sebuah perkataan yang biasa, namun jika dikatakan dalam situasi seperti ini, malah sepertinya ada sebuah maksud lain. Raut wajah Marson Gu pun sedikit berubah, namun karena jarang sekali bagi kedua orang itu untuk memiliki kecendrungan yang harmonis ini, ia juga tidak bersedia untuk melewatkannya begitu saja.

Oleh karena itu Marson Gu berpura-pura tidak peduli dan berkata padanya: “Kalau begitu… Biar aku saja yang menyiapkannya untukmu? Kamu juga tahu, bakso ini agak sulit dimakan. Aku akan mempersiapkannya untukmu, kamu hanya perlu langsung memakannya saja.”

Sambil bicara, Marson Gu sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Natalia Wu menjulurkan tangan untuk menahannya dan di bawah sorot mata Marson Gu yang terlihat ragu, Natalia Wu merapatkan bibirnya dan berkata: “Masih ada banyak pekerjaan yang harus kukerjakan nanti, biar aku sendiri saja.”

Penolakan yang sejelas ini tentu saja bisa tertangkap hanya dengan sekali dengar.

Marson Gu tentu saja juga tidak terkecuali. Langkah kakinya dengan kaku berhenti di tempatnya berpijak, ia tidak ada akal lagi untuk melangkah maju kedepan.

Tidak ada yang kembali bicara lagi dari dua orang itu, sesaat aura yang ada diantara mereka terasa sangat kaku.

Marson Gu menatap Natalia Wu dengan tenang. Walaupun ia tidak mengatakan apapun, namun matanya malah bersuara dengan sangat jelas.

Marson Gu ingin tetap tinggal disitu. Ia ingin mendekatkan diri pada Natalia Wu, ingin memperbaiki situasi yang rumit ini.

Sebaliknya, Natalia Wu tetap sama. Ia tetap tidak menunjukkan ekspresi apapun, bahkan sampai bulu di wajahnya saja tidak ada yang bergerak.

Di dalam situasi seperti ini, Marson Gu terlebih tidak mungkin angkat bicara. Apalagi ia adalah tipe orang yang begitu ingin dihormati, harga dirinya begitu tinggi.

Sudah menjadi hal yang sangat tidak mudah baginya untuk menunjukkan keinginannya untuk tinggal dan sepertinya adalah hal yang mustahil jika ingin membuatnya memohon.

Natalia Wu tetap bersikeras berpura-pura seperti tidak ada masalah: “Baiklah kalau begitu, kamu boleh melanjutkan pekerjaanmu. Aku juga masih ada urusan lain yang harus dikerjakan.”

“Ya.”

Jawaban Natalia Wu sangat kilat. Ia takut jika ia ragu barang sedetik saja maka pemikirannya akan berubah.

Namun ia tidak tahu bahwa justru karena jawabannya yang sangat cepat itu-lah makanya Marson Gu merasa bahwa sepertinya Natalia Wu tidak ingin melihat dirinya?

Dengan hati bahagia ia datang, namun ia pergi dengan kekecewaan. Marson Gu sontak mengepalkan tinjunya dan membalikkan tubuhnya dengan apatis.

Mendengar suara pintu yang dikunci dari belakangnya, Marson Gu pun tahu bahwa Natalia Wu sudah mengunci pintunya.

Ia pun tidak lagi memiliki alasan untuk ragu sedikitpun. Ia melangkah selangkah demi selangkah menuju ke ruang bacanya sendiri.

Lucy Jiang yang bersembunyi di pojok namun matanya tetap mengamati setiap proses dari kejadian ini merasa dirinya memiliki kesempatan yang sangat besar. Ia langsung melesat keluar dari dalam kamar dan berpura-pura sedang kebetulan lewat: “Marson, kapan kamu pulang?”

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu