Pria Misteriusku - Bab 384 Ingin Mengenal Ayah Natalia Wu

Lucy Jiang yang awalnya sudah sangat gelisah pun sontak merasa petir yang menyerangnya sekarang ditambah dengan badai saat mendengar bahwa sekarang Justin Qiao akan pergi lagi.

Hanya saja, tidak peduli seberapa tidak senangnya dirinya, Justin Qiao juga tidak akan mengubah pendiriannya. Suaranya sangat dalam dan menembus suara angin: “Kepergianku kali ini mungkin akan memakan waktu yang sangat lama. Kamu seorang diri lakukan saja sesuai rencana kita, kalau mengalami masalah yang tidak bisa ditangani, langsung telepon aku. Paham?”

Yang Lucy Jiang ingin dengar bukan hal ini, ia ingin tahu kenapa Justin Qiao perlu pergi lagi?

Tanpa menyembunyikan suara dengusan dinginnya, Luci Jiang pun berujar dengan nada yang tidak baik: “Justin, kamu jangan lupa kalau hal ini adalah tujuan yang ingin kita berdua capai. Aku dan kamu hanya ada hubungan kerjasama, apakah ada yang seperti dirimu ini? Selalu meninggalkan pasangan kerjasamamu seorang diri?”

Sebelum menelepon, Justin Qiao sudah dapat menebak Lucy Jiang akan memberikan respon seperti ini. Jadi ia juga sama sekali tidak terkejut dengan kata-kata Lucy Jiang yang tajam dan menusuk hati seperti ini.

Tapi, Justin Qiao sendiri memiliki alasan yang membuatnya mau tidak mau harus pergi. Sedari awal, Justin Qiao bukanlah seseorang yang suka menerima ancaman orang lain. Mendengar Lucy Jiang yang berkata seperti ini, ia pun langsung mengelamkan wajahnya: “Kalau kamu tidak bisa menunggu, kamu boleh menyelesaikannya sendiri. Aku hanya mau memberitahumu saja, sampai jumpa!”

Setelah kedua kata itu selesai diucapkan, Justin Qiao pun langsung menutup teleponnya. Mendengar nada sibuk yang mengikuti dari seberang telpon, Lucy Jiang pun langsung menghentakkan kakinya setelah ia sadar dari kebingungannya mendengar suara itu.

“Mati saja kamu, Justin Qiao!”

Lucy Jiang tidak dapat menahan diri untuk tidak memaki Justin Qiao, ponselnya langsung ia lemparkan ke sisi yang lain.

Sedangkan di sisi lain, diatas sebuah padang rerumputan yang luas dan kosong, sebuah helikopter perlahan-lahan bergerak.

Justin Qiao dalam diam memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong. Fito yang berada disebelahnya juga datang menghampiri, wajahnya menyiratkan raut yang cukup gelisah: “Tuan, kita benar-benar…”

Kata-katanya sama sekali belum selesai diucapkan, namun Justin Qiao sepertinya sudah tahu apa yang ingin ia katakan?

Dengan tidak berdaya dan dengan sangat yakin ia mengangguk. Justin Qiao memicingkan matanya dengan dingin: “Kali ini, kita tidak bisa tidak pulang.”

Beberapa jam yang lalu saat Justin Qiao awalnya sedang merencanakan gerakan selanjutnya, ia tiba-tiba mendapatkan telpon dari Tuan Qiao.

Justin Qiao merasa agak takjub. Kepulangannya sebelumnya baru berlalu beberapa hari saja, apalagi waktu itu ia sudah memastikan suasana hati Tuan Qiao. Tidak ada alasan bagi ayah angkatnya untuk kembali mencari dan merepotkannya dalam selang waktu yang baru berlalu beberapa hari saja.

Namun walaupun ia merasa curiga, ayah angkatnya tidak bicara macam-macam. Hanya saja, Tuan Qiao bersikeras untuk menyuruhnya pulang.

Justin Qiao sebenarnya ingin diam-diam menyerang dengan membuat sebuah kabar, tapi Tuan Qiao sama sekali tidak memberikan kelonggaran sedikitpun untuknya dan menutup kesempatannya rapat-rapat. Tidak peduli bagaimanapun ia mencobanya, Justin Qiao tetap tidak dapat membujuk ayah angkatnya dan Tuan Qiao juga tidak sama sekali memiliki niat untuk memberi kelonggaran.

Bahkan sampai Justin Qiao membuat raut seperti ia kesulitan, Tuan Qiao masih tidak melonggarkan kata-katanya. Kalau kali ini ia tidak pulang, selanjutnya ia tidak perlu pulang lagi.

Walaupun sebenarnya hati Justin Qiao dapat mengerti bahwa Tuan Qiao selalu memanfaatkan perasaan Justin Qiao pada ayah angkatnya, namun baru kali ini juga Tuan Qiao dapat begitu terang-terangan mengancamnya.

Hal ini membuat Justin Qiao merasa kesal dan ragu di saat yang bersamaan.

Ia benar-benar tidak tahu trik apa yang ingin dimainkan oleh orang tua ini, namun karena ia sudah berujar dan untuk saat ini Justin Qiao tidak ingin merusak mukanya sendiri, maka ia hanya bisa mengangguk menyetujui.

Oleh sebab itu, Justin Qiao dengan secepat kilat mengatur helikopter untuk mengantarkannya pulang. Ia memutuskan untuk secepat mungkin kembali ke sisi Tuan Qiao demi melihat sebenarnya apa rencana orang tua ini.

Jadi tepat sebelum berangkat, barulah Justin Qiao menelepon Lucy Jiang seperti itu. Hanya demi mengingatkan wanita itu bahwa dalam beberapa waktu ke depan mungkin ia tidak bisa kembali.

Tidak peduli masalah apapun yang harus dihadapinya, Lucy Jiang tetap harus menjaga sikapnya agar tetap tenang. Ia sama sekali tidak boleh bertindak gegabah.

Tapi apakah Lucy Jiang dapat mendengarkan perkataaan itu atau tidak, hal ini tidak termasuk dalam cakupan genggaman Justin Qiao.

Ia menjulurkan tangan dan memijit alisnya, sekarang sudah larut. Sambil Justin Qiao membalikkan tubuhnya untuk menuju helikopter, ia sambil berujar pada Fito: “Sudahlah, pokoknya kita pulang dulu baru nanti bicara lagi. Kali ini kamu tinggal saja disini, aku takut Lucy si wanita bodoh itu akan membuat suatu masalah bagiku!”

Mendengar kata-kata ini, Fito awalnya ragu sejenak. Ia adalah asisten yang paling dipercayai Justin Qiao. Selama beberapa tahun ini ia terus mengikuti pria itu bertempur dan berperang, belum pernah mereka berdua berpisah. Tapi saat dalam seketika ia tidak perlu mengikutinya seperti ini, Fito pun merasa benar-benar tidak terbiasa.

Tapi ia juga tahu bahwa persoalan di dalam negeri sini juga merupakan hal yang penting, dimana semua hal penting harus berada di bawah pengawasan. Kalau muncul sesuatu hal kecil saja yang di luar dugaan, akan sangat mungkin menyebabkan kerugian yang sangat besar dan berakhirnya permainan.

Justin Qiao menyuruhnya tinggal sebenarnya lebih ke arah untuk menjadikan Fito sebagai perantara yang dapat mendukungnya untuk melakukan tindakan pencegahan demi menjamin tidak ada kerugian sedikitpun.

Fito pun mengangguk setuju. Hanya saja, ia tetap tidak tenang dan akhirnya berpesan: “Kalau begitu tuan muda sendiri harus hati-hati. Seandainya tuan besar ada niatan tidak baik terhadapmu, ingat bahwa dari semua yang terpenting adalah keselamatan!”

Saat Fito berpesan begitu, Justin Qiao sudah masuk ke dalam pesawat. Sudut bibirnya balas menyunggingkan seulas senyum dingin namun tidak memberikan jawaban apapun.

Baling-baling itu berputar semakin cepat. Helikopter pun mulai terangkat naik semakin tinggi dan dengan cepat terbang melesat menuju langit malam yang gelap.

Dua tiga jam waktu perjalanan ditambah dengan perbedaan waktu dari dua negara itu, saat Justin Qiao mendarat di Negara M, langit sudah samar-samar terang.

Saat ini, Negara M sudah memiliki aroma musim gugur dan daun-daun sudah perlahan menguning. Justin Qiao melangkah selangkah demi selangkah masuk ke dalam mansion utama dan entah mengapa merasa suram.

Ruang tamu yang menyambutnya terlihat megah, indah, dan sangat memukau karena disinari oleh terang-benderang lampu. Saat Justin Qiao mendorong daun pintu untuk membukanya, ia melihat pengurus rumah Qiao yang siap melayani di sampingnya.

Saat mata mereka berdua saling bertatapan, pengurus rumah Qiao menyapanya singkat: “Tuan sudah pulang.”

Justin Qiao mengangguk, lalu meletakkan jas yang semula ada di lengannya ke atas sofa. Kancing lengan kemejanya digulung ke atas dan ia berujar seolah acuh tak acuh: “Ayah angkat? Dimana ia?”

Pengurus rumah Qiao balas menatapnya dengan hormat dan berujar dengan serius: “Tuan besar masih tidur, ia belum bangun untuk saat ini.”

Pengurus rumah Qiao kembali menambahkan: “Tapi sebelumnya tuan besar sudah memberikan perintah. Ia menyuruh pelayan untuk langsung datang mencarinya saat tuan kembali, jadi mohon tuan tunggu disini sebentar.”

Sikap pengurus rumah Qiao sangat terlampau sopan dan hormat, kata-kata yang terlontar dari mulutnya ini membuat orang lain merasa ia tidak bisa disalahkan.

Lalu, kata-kata ‘tunggu sebentar’nya ini sebenarnya menyuruh Justin Qiao untuk menunggu berapa lama?

Kalau si orang tua itu terus tidur sampai siang hari, maka apakah Justin Qiao juga harus terus menunggunya sampai siang hari?

Tapi meskipun begitu, Justin Qiao tidak tidak berdaya untuk menolak. Ia hanya menggerakkan kecil pupil matanya dan berujar datar: “Ya, aku mengerti.”

Melihat tingkah lakunya yang sangat patuh, barulah kali ini pengurus rumah Qiao mengeluarkan senyum kecilnya kemudian merapikan jaket di tubuhnya: “Kalau begitu, silakan tuan beristirahat sebentar disini. Aku masih ada urusan lain yang harus dibereskan, mohon maaf aku tidak bisa menemanimu.”

“Ya, pergilah.”

Justin Qiao juga balas tersenyum pada pengurus rumah Qiao dan bertukar salam kecil. Untuk urusan berakting seperti ini, sedari dulu Justin Qiao tidak pernah kalah dari siapapun.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu