My Charming Lady Boss - Bab 6 Departemen Pemasaran

Andri Chen memaki dalam hati, sial! Ketahuan.

Tapi, agar wanita cantik berdada besar di hadapannya ini tak salah mengira dirinya sebagai bajingan, ia pun pura-pura berteriak heboh, "Ya Tuhan, aku tiba-tiba bisa melihat! Akhirnya aku bisa melihat dunia lagi!"

Setelah itu, ia melepas kacamatanya dan menjabat tangan wanita berdada besar itu, dengan mata berkaca-kaca ia berkata terbata-bata, "Apa kau tahu? Aku telah buta 20 tahun, selama 20 tahun ini, aku sering ditertawakan orang, aku sungguh berharap bisa membuka mata lagi untuk melihat indahnya dunia, tak disangka..."

Berkata sampai di sini, Andri sengaja berhenti sejenak, berpura-pura menyeka air matanya dengan lengan, lalu melanjutkan sandiwaranya, "Tak disangka keajaiban yang dikatakan dokter sungguh terjadi atas diriku, apa aku sedang bermimpi? Katakan padaku apa aku sedang bermimpi?"

Wanita berdada besar itu tak menyangka pria buta tersebut memiliki kisah demikian, dengan penuh simpati ia berkata,"Ini bukan mimpi, semua ini nyata."

Andri tiba-tiba menghempaskan dirinya ke dalam pelukan wanita itu, "Tak disangka aku bisa melihat lagi, orang yang pertama kulihat adalah dirimu, sungguh terima kasih..." katanya sambil menangis.

Melihat Andri tiba-tiba memeluknya seperti ini, walaupun merasa agak jijik, Wanita berdada besar itu iba juga melihatnya. Ia menepuk-nepuk punggung Andri untuk menenangkannya, "Sudah, jangan menangis, kamu bisa melihat lagi memang merupakan hal yang sangat membahagiakan, kamu sudah seharusnya senang!"

Di saat wanita berdada besar itu menenangkannya, Andri malah mabuk dalam kelembutan wanita itu, apalagi sepasang bola daging besar di dada wanita itu, sungguh membawa kenikmatan bagi Andri.

Namun, karena mempertimbangkan waktu, Yuni Lin bisa-bisa mengungkit-ungkit masalah kontrak jika ia terlambat. Andri pun memeluk wanita berdada besar itu sebentar, lalu melepaskannya. Sekali lagi ia berpura-pura menghapus air mata,"Aku harus menceritakan hal ini kepada istriku. Betapa senangnya dia kalau mengetahui aku bisa melihat lagi!"

Wanita berdada besar itu mengangguk-angguk, "ya, segeralah pulang dan sampaikan berita bagus ini!"

Dengan cepat, Andri pergi ke kasir di lantai 6 untuk membayar. Ia tak menyangka sebuah celana dalam bisa berharga hampir empat ratus ribu rupiah. Saat meninggalkan kantor tadi, Yuni sama sekali tak memberinya uang, jadi ia terpaksa menggunakan uangnya sendiri untuk membeli celana dalam.

Selesai membayar, ia terus-menerus mengomel sambil berjalan kembali ke rak Victoria Secret, "Sial, sepotong celana dalam saja begini mahal!"

Sesampainya di rak, wanita berdada besar telah membungkuskan celana dalam tersebut. Ia memberikanya kepada Adri sambil berkata lembut, "Cepatlah pulang!"

Andri mengangguk-anggukkan kepala, ia berkata dengan gembira, "Terima kasih, kamu adalah wanita paling baik dan paling cantik yang pernah kutemui!"

Wanita berdada besar itu tersenyum manis, ia melambaikan tangannya ke arah Andri, "Da-daah!"

Kemudian, ia pergi melayani pengunjung lain. Andri melihatnya sebentar, lalu berbalik badan dengan tak rela.

......

Setelah meninggalkan Grand CT, Andri baru saja naik bus ketika ponsel di saku celananya berbunyi. Ia mengeluarkan ponsel seharga ratusan dollar itu, menunduk, dan melihat sebuah nomor tak dikenal di layarnya.

Ia berpikir, apakah telepon panggilan wawancara? Namun ia tak ingat perusahaan mana yang meneleponnya, karena saat itu ia mengumpulkan banyak CV ke sembarang perusahaan.

Ia terdiam sejenak, baru mengangkat teleponnya, "Halo?"

Begitu telepon diangkat, langsung terdengar suara panik Yuni, "Kau ini tersesat di mana? Mengapa belum pulang juga?"

Andri menjawab dengan hormat, "Direktur Lin, aku sedang dalam perjalanan kembali ke kantor dengan bus."

Yuni mendesaknya untuk segera kembali, "Cepatlah kembali dan pergi ke suatu tempat bersamaku."

"Ke mana?" tanya Andri penasaran.

"Tunggu nanti!" ujar Yuni galak.

Andri hendak bertanya lagi ketika Yuni langsung mematikan teleponnya.

Sambil menggenggam ponelnya, Andri pesumpah pelan, "Suatu hari nanti aku akan mengalahkanmu di bawah tangan iblisku. Saat itu kita lihat apakah kau masih bisa seangkuh ini!"

Ia baru sampai dau puluh menit kemudian, namun ia tak menemukan Yuni di ruangannya. Ia pun berjalan ke arah resepsionis dan bertanya kepada Dea, "Dea, Direktur Yuni di mana?"

Dea sedang menunduk merapikan mejanya, ia menjawab tanpa mengangkat kepalanya sama sekali, "Sedang rapat di ruang rapat!"

Tiba-tiba, Dea teringat sesuatu, ia mendongak dan bertanya, "Hei, anak baru, kau tadi ke mana? Kepala John Jiang dari Departemen Pemasaran terus-terusan mencarimu!"

Andri terdiam sejenak, mulutnya komat-kamit, "Kepala John Jiang?" Ia sama sekali tak tahu siapa itu John Jiang.

Dea pun menatapnya penasaran, "Kau tak tahu Kepala John Jiang dari Departemen Pemasaran?"

Andri menggeleng, "Aku baru datang, kurang tahu."

Dea memperingatkannya dengan hati-hati, "Anak baru, sepertinya kau ditempatkan di kelompok 6 Departemen Pemasaran, ketua kelompok 6 tak lain adalah John Jiang. Dia adalah karyawan lama di perusahaan ini, emosinya agak tak stabil, kau sebaiknya berhati-hati, sudah banyak pegawai di kelompok 6 yang dipecatnya!"

Andri berterima kasih karena sudah diperingatkan,"Terima kasih!"

Dea tersenyum dan bertanya penasaran,"Sama-sama. Oya, siapa namamu?"

"Andri Chen!"

Baru saja selesai berucap, tiba-tiba terdengar suara orang memanggilnya dari belakang,"Andri Chen!"

Andri menoleh, ia melihat seorang pria berkacamata datang dari arah lobby, jas hitamnya amat rapi, potongan rambutnya pendek, tubuhnya lumayan kekar, saat berjalan terlihat seperti tentara, namun ia melihat banyak jerawat menjijikkan di wajah pria itu.

Andri merasa tak biasa saat pertama kali melihatnya. Entah mengapa, dari tubuh pria ini menguar aura galak.

Saat itulah, Dea berbisik memperingatkan, "Dia adalah Kepala John Jiang!"

Kemudian ia pun pergi sambil membawa dokumen-dokumennya.

John Jiang berjalan mendekat, melihat Andri dari atas sampai bawah, dan menemukan bahwa ia dan fotonya di CV lumayan mirip. Ia pun bertanya, "Kamu Andri Chen?"

Andri mengangguk, sama sekali tak paham apa yang terjadi.

John Jiang tak henti bertanya, "Ke mana saja kau pagi-pagi? Saya mencarimu ke mana-mana!"

Andri hampir saja menceritakan tentang hal celana dalam, tiba-tiba ia teringat pesan Yuni dan terpaksa berbohong, "Pergi membeli sesuatu!"

John Jiang tahu bahwa Andri adalah karyawan baru, ia memperingatkannya dengan serius, "Selanjutnya kamu harus izin padaku kalau mau meninggalkan kantor. Jika tanpa seizinku, dilarang keras meninggalkan kantor, kalau tidak akan dihitung sebagai bolos. Bolos sehari, HRD akan memotong gajimu sebagai sanksi."

Andri agak sedikit cuek, bukankah ia ditugaskan sebagai asisten Yuni?" Bagaimana bisa orang dari Departemen Pemasaran bertindak liar padanya.

Sebelum mengerti hal ini, ia juga tak ingin menyerang orang, siapa tahu nanti John Jiang ini akan menjadi atasannya.

"Kepala John Jiang, saya mengerti, hari ini saya baru datang, jadi tidak mengerti peraturan di perusahaan ini. Masalah seperti ini, saya yakin tidak akan terjadi lagi," janji Andri.

John Jiang melihat arloji di pergelangan tangannya, lalu segera memerintahkan, "Kamu segera kembali ke kelompok kita, saya mau mengadakan rapat kecil."

Kemudian, John Jiang berjalan ke arah kantor manajer Depatemen Pemasaran.

Andri tak tahu di mana letak kantor kelompok 6. Ia baru menemukan papan namanya setelah mencari sebentar di hall kantor.

Baru saja masuk, ia langsung melihat Hendy Wang yang mendorong pintu itu. Pemuda ini sedang melihat sesuatu di komputernya, begitu sudut matanya melihat Andri, ia langsung berdiri terkejut, "Kau dipindahkan ke kelompok 6?"

Andri mengangguk, "Hm."

Hendy segera menghampirinya, dengan penuh inisiatif memperkenalkan diri, "Aku Hendy Wang, selanjutnya kita adalah rekan kerja, mohon kerjasamanya!"

Di dalam hati, jujur Andri sangat berterima kasih kepada Hendy. Kalau bukan ia yang mendorong pintu, mana mungkin dirinya bisa memenangkan Yuni."

Keduanya baru berjabat tangan, tatapan penasaran Hendy tiba-tiba jatuh ke kantong belanja yang dibawa Andri, "Ke mana kau pagi-pagi begini? Kepala John mencarimu ke mana-mana...Aishh! Kau beli apa, sini biar kulihat!"

Tanpa melalui persetujuan Andri, Hendy merebutnya. Andri langsung meraihnya kembali. Namun karena terlalu keras, kantong belanja itu sobek. Sepotong celana dalam merah muda berenda yang seksi pun terjatuh ke lantai. Hendy memungutnya dan melihatnya dengan teliti, lalu berseru kaget, "Tidak mungkin! Kau suka memakai celana dalam wanita?"

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu