My Charming Lady Boss - Bab 174 Ngapain di Mobil (2)

Andri pun melanjutkan: "Tapi, aku sudah mencatat nomor plat mobilnya, sepertinya dia juga tinggal di gedung ini."

Saat Rossa ingin melanjutkan, Andri pun memotong: "Rossa, cepat makan selagi hangat, kalau tidak nanti dingin."

Rossa mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu memakai sandal Andri dan berjalan ke ruang tamu, baru saja duduk, Andri pun khawatir dan bertanya: "Rossa, pakaianmu tipis begitu, kamu tidak dingin?"

Rossa pun berkata: "Aku sudah nyalain penghangat ruangan kok! Sepertinya bakal borosin listrik rumahmu."

Sebenarnya Andri bermaksud lain, tapi Rossa masih belum mengerti, dia pun terpaksa menatap Rossa, dan mencoba mengingatkan: "Rossa, lain kali jangan pakai kemeja, semuanya kelihatan."

Mendengar ini, Rossa menjulingkan matanya, dia menyadari kalau branya kelihatan, dia pun tersenyum dan berkata: "Di rumahmu tidak ada pakaian, aku hanya bisa memakai kemejamu, lagipula, kamu kan pria baik, kamu pasti tidak akan berpikiran jahat kepadaku."

Andri mengambil sumpit dari kantong plastik dan memberikannya kepada Rossa, lalu tersenyum dan berkata: "Kamu percaya sama aku?"

Rossa mengambil sumpit itu dan mengangguk: "Iya."

Andri pun bercanda: "Jangan terlalu percaya sama aku, hati-hati suatu hari aku bakal menelanmu."

Rossa mengusap rambut di pipinya, dan tersenyum licik kepada Andri, "Bukannya kamu juga sudah pernah."

Mendengar ini, Andri langsung mengingat kejadian malam itu, dia pun menjelaskan: "Itu hanya kecelakaan, tolong kamu hapus itu dari ingatanmu oke."

Rossa menggeleng dan berkata manja: "Tidak mau, aku akan mengingatnya terus, mana tahu suatu hari ingatanmu pulih dan ternyata kamu adalah seorang milyarder, aku pun bisa mengancammu, dan mendapatkan banyak uang darimu."

"Kejam sekali?"

Rossa mengangguk: "Wanita memang harus kejam pada laki-laki."

Andri menggeleng dan menghela nafasnya: "Dasar wanita jahat!"

"Baguslah kalau kamu tahu." Setelah itu, Rossa pun mulai memakan mie, tapi gayanya yang sedang makan itu sangat memikat Andri, mulut kecil yang menghisap mie itu, membuatnya berimajinasi.

Andri tidak bisa melihatnya lagi, kebetulan hpnya pun berbunyi.

Dia mengeluarkan hpnya dan melihat Sisca meneleponnya, mungkin dia sudah menunggu terlalu lama.

Andri pun berkata kepada Rossa: "Rossa, Sisca mencariku, aku harus pergi sekarang."

Rossa pun mengangkat kepalanya dan merasa kecewa: "Aku masih berpikir setelah makan mie, aku ingin suruh kamu menemaniku jalan-jalan, sepertinya gagal lagi!

Andri pun menjawab: "Kalau sudah selesai, aku telepon kamu deh."

Rossa mengangguk dan menjawab: "Oke deh! Aku tunggu teleponmu, jangan bohong ya, kalau tidak aku tinggal di rumahmu terus, kamu biayain aku."

Andri pun bercanda: "Gila, kejam sekali, kalau begitu aku tidak jadi pergi deh, aku temani kamu jalan-jalan saja!"

Rossa memurungkan mulutnya dan berlagak tidak senang: "Kamu kok begitu sih! Kamu takut kalau aku tinggal di rumahmu terus?"

Andri tersenyum: "Bercanda saja, dasar bodoh, aku pergi dulu ya."

Mendengar Andri memanggilnya bodoh, Rossa merasa sangat senang, karena dia suka dengan panggilan ini. Sebelum Andri pergi, Rossa masih berkata: "Andri, hati-hati!"

"Oke." Andri menyahut dari luar pintu.

Andri pun langsung berlari ke depan kompleks, Sisca meneleponnya terus, tapi dia tidak mengangkatnya.

Saat sampai di hadapan Sisca, Sisca pun mengerutkan alisnya dan mengomel: "Bukannya kamu bisa berpindah-pindah? Kenapa lama sekali?"

Andri pun tersenyum dan berkata: "Sekarang tidak bisa lagi, cepat naik!"

Baru saja dia mengulurkan tangannya dan ingin membuka pintu mobil, Sisca pun menghalanginya: "Tunggu dulu."

Andri memutar badannya, Sisca bertolak pinggang dan memasang ekspresi kejam: "Sudah saatnya kita hitung-hitungan."

Andri pura-pura bego dan bertanya: "Hitung apa?"

"Menurutmu?" Sisca menatapnya tajam.

Andri pun tertawa, dan bertanya: "Boleh kredit? Lihatlah ini kan di tempat umum, aku ini laki-laki, mau kamu kemanain mukaku ini?"

Sisca pun menjawab: "Aku tidak bilang mau hitung-hitungan disini!"

Andri pun senang dan bertanya: "Kamu setuju kalau aku kredit?"

Sisca marah dan berkata: "Di dalam kamusku, tidak ada kata kredit, kalau kamu malu disini, kita bisa bicarakan di dalam mobil"

Andri menoleh dan melihat Audi A6 di belakangnya, dia pun terkejut dan menjelaskan: "Sisca, sudahlah! Ini juga demi dirimu, kalau kamu pukul aku di dalam mobil, lihatlah, kamu juga kuat, kalau ada yang mengira kita ngapain di mobil kan jadi tidak baik."

"Kamu bilang apa?" Sisca emosi, dia tidak sabar ingin langsung memukulnya.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu