My Charming Lady Boss - Bab 383 Tak Dapat Dilukiskan

Tidak berlalu lama, Yuni Lin mengikuti Andri Chen meninggalkan SMP Nanjing, dalam perjalanan menuju pinggiran kota, Yuni Lin yang duduk di samping Andri Chen terpikir soal pekerjaannya sendiri, dia langsung menelepon kepala sekolah pusat pelatihan, kalau tidak anak-anak itu tidak ada yang menanganinya.

Telepon sudah tersambung, setelah Yuni Lin secara singkat menjelaskan kondisinya, kepala sekolah memberiknya ijin cuti satu minggu lamanya.

Tapi saat Yuni Lin baru saja menutup teleponnya, Andri Chen yang sedang menyetir di sampingnya menoleh dan berkata: “Yuni, kali ini pergi ke luar negerinya untuk waktu yang sangat lama.”

Yuni Lin bertanya lebih dalam: “Sangat lama itu berapa lama?”

Andri Chen dengan kira-kira menjawab: “Tiga sampai lima tahun!”

Mendengar ini, Yuni Lin sangat terkejut, sulit membayangkannya, dia bertanya: “Begitu lama?”

“Ya, masalah kota D kacau, kita harus pergi untuk menghindari kesulitan, kalau tidak bisa sangat gawat.” Andri Chen tahu masalah ini bagi Yuni Lin sedikit membingungkan, karena terlalu tiba-tiba harus pergi, hati Yuni Lin sama sekali tidak ada persiapan, pada awalnya dia mengira setelah kembali ke Nanjing, akan terus hidup di sini, dia suka kota ini, di sini ada kenangannya bersama Andri Chen, tiba-tiba harus pergi meninggalkan, dia terlihat agak syok.

Melihat Yuni Lin terdiam, Andri Chen menoleh dan bertanya lagi: “Kenapa?”

Yuni Lin terlihat sedang memikirkan sesuatu, tersadar dari lamunannya, dai berkata: “Andri, haruskah kita pergi?”

Mendengar ini, Andri Chen tiba-tiba menginjak rem, mobil Audi ini mengeluarkan bunyi decit, lalu berhenti di sisi jalan, Andri Chen menoleh kepada Yuni Lin, berkata dengan serius: “Yuni, demi keamananmu, kamu harus ikut kami ke luar negeri, kalau tidak aku tidak bisa tenang.”

Perkataan ini, membuat hati Yuni Lin yang mendengarnya dialiri kehangatan, setidaknya dia tahu di dunia ini masih ada satu orang yang begitu memperhatikan dirinya.

“Andri, mengapa kamu begitu baik padaku?” Perkataan ini begitu saja meluncur dari bibir Yuni Lin, dia juga tidak tahu mengapa dirinya tidak bisa tahan untuk tidak berkata demikian.

Menghadapi pertanyaan tiba-tiba dari Yuni Lin, Andri Chen sungguh tidak tahu harus menjawab apa, salah tingkah sekian lama barulah membuka mulutnya berkata: “Karena…..karena….”

“Karena apa?” tanya Yuni Lin.

Saat ini Andri Chen pun tidak bisa menahannya, mengumpulkan segenap keberaniannya, mengatakan kepada Yuni Lin perkataan yang selalu ingin dia ucapkan.

“Karena aku mencintai….kamu” pada waktu Andri Chen mengatakan mencintai kamu, suaranya sangat kecil, sangat kecil sampai-sampai dirinya sendiri pun tidak dapat mendengarnya.

Mendengar perkataan ini, saat ini hati Yuni Lin terasa lebih manis daripada memakan madu, melihat tampang pria di depannya yang salah tingkah, dia tidak bisa tahan tersenyum geli, Yuni Lin pun merasa ada dorongan untuk mencium Andri Chen, Yuni tiba-tiba mengulurkan kedua tangan memegang wajah Andri, lalu memejamkan kedua matanya, menempelkan bibirnya yang merah dan seksi itu.

Ciuman ini bagi Andri Chen, terlalu tiba-tiba, sangat tiba-tiba sampai membuatnya tidak tahu harus bagaimana, di bawah inisiatif Yuni Lin, dia seperti mabuk dan menurut saja, teringat ciuman hari ini di SMP Nanjing, seperti ada rasa tidak puas, sekarang mereka berada di pinggiran kota, di jalanan sesekali ada mobil yang melintas, tapi kedua orang itu menulikan telinga mereka, saling berciuman sampai lupa diri, bahkan sampai ponsel Andri Chen berdering pun, dia sama sekali tidak mendengarnya, terus mabuk dalam dunia mereka berdua.

Ciuman ini berlangsung sampai setengah jam lebih, waktu Andri Chen ingin melangkah lebih jauh, ponselnya sekali lagi berdering, Yuni Lin memanfaatkan kesempatan menangkap tangan Andri yang sudah mulai menggerayanginya, dengan hembusan nafas yang berat berkata: “Andri…Andri, angkat dulu teleponnya! Jangan…jangan di sini…”

Di saat ini Andri Chen dengan nafas yang sudah semakin cepat agak sulit dihentikan, tetapi melihat wajah Yuni Lin yang tampak malu, dia berhenti, menoleh melihat ke saku celananya, karena kembali ponselnya berdering.

Dia menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengendalikan gejolak dalam hatinya, diambilnya ponselnya dan dilihatnya, ternyata Nora Shen yang menelepon.

Dia tidak berani menundanya, segera diterimanya panggilan telepon itu: “Halo! Nora!”

Nora Shen di seberang sana masih menyangka ada sesuatu terjadi atas diri Andri Chen, dengan gusar bertanya: “Andri, kamu tidak apa-apa?”

Dengan datar Andri Chen menjawab: “Aku tidak apa-apa.”

Mendengar perkataan ini, Nora Shen merasa lega, masih dengan hati yang khawatir dan takut-takut bertanya: “Mengapa kamu barusan tidak mengangkat telepon? Kamu mengagetkanku, aku kira….”

Belum selesai Nora Shen berkata, Andri Chen sembarangan mencari alasan dan menjawab: “Oh, barusan sedang menyetir, sambil menyetel musik keras-keras, tidak terdengar.”

Mendengar ini, barulah Nora Shen melanjutkan menyampaikan pokok pembicaraan: “Ohya, tiket pesawat dan lain-lain sudah saya bereskan, hanya kurang yang nona Yuni Lin saja, sebentar aku akan pergi ke tempat ibu angkat dan bergabung dengan kalian, sekalian meminta kartu identitas nona Lin, aku akan siapkan tiketnya.”

“Baik, kami sebentar lagi juga sampai.” Bersamaan dengan Andri Chen mengucapkan kalimat ini, langsung menyalakan mesin mobilnya.

Nora Chen di telepon lanjut berbicara: “Andri, hati-hati waktu menyetir ya, kalau sampai terjadi sesuatu , segera telepon aku.”

“Ya, aku tahu, kamu juga ya!” kedua orang ini menyudahi pembicaraan mereka di telepon, karena Andri Chen mendengar Nora Shen pun sedang mengendarai mobilnya.

Setelah menutup telepon, Andri Chen menoleh dan berkata: “Yuni, apakah kamu membawa KTP?”

“Bawa, ada di dompetku.” Yuni Lin sambil bicara sambil mengeluarkan dompetnya.

Andri Chen melanjutkan bicaranya: “Nanti Nora perlu KTP mu untuk membelikanmu tiket pesawat.”

“Oh, sampaikan terimakasihku padanya.” Yuni Lin berkata dengan rasa syukur.

“Terimakasih untuk apa, semuanya adalah teman baik.” Andri Chen tersenyum penuh arti.

Yuni Lin tidak berpendapat begitu, dia punya pengertian lain mengenai “teman baik” 2 kata ini, bertanya dengan nada menyelidik: “Andri, nona Shen ini naksir kamu ya?”

Andri Chen tertawa menjawab: “Kenapa? Cemburu?”

Yuni Lin cepat-cepat mengalihkan pandangan ke luar jendela, membantahnya: “Tidak.”

Andri Chen tertawa lagi: “Masih bilang tidak, lihat, wajahmu memerah.”

“Aku…aku kepanasan.” Yuni Lin malu-malu menjelaskan.

Baru aja selesai Yuni bicara, tiba-tiba Andri Chen dengan kedua tangannya memegang bahu Yuni dan menbalikkan bahunya sehingga menghadapnya, ditatapnya dalam-dalam sambil berkata: “Yuni, aku, Andri Chen, menyatakan kamu adalah wanita yang paling aku cintai seumur hidupku!”

“Mencintaiku? Lihatlah, di sampingmu begitu banyak wanita lain.” Yuni Lin semakin cemburu, berpura-pura tidak senang berkata.

Andri Chen berkata dengan wajah serius: “Yuni, aku selalu menganggap Nora hanya sebagai sahabat saja, sungguh.”

“Bagaimana dengan Rossa? Aku dengar, dia melahirkan anak bagimu.” Berpikir tentang ini, Yuni Lin menjadi khawatir, dia ingin mengembalikan Andri Chen kepada Rossa Du! Tapi setiap kali saat dia melihat Andri Chen berjalan bersama wanita lain, seluruh tubuhnya merasa tidak nyaman, tidak bisa makan, tidak enak tidur, seluruh pikirannya dipenuhi oleh Andri Chen, dia sendiri merasa tidak sanggup dan menyerah, asalkan tiap hari bisa melihat Andri Chen, dia merasa sangat bahagia dibanding hal apapun juga.

Hari ini tidak tahu mengapa, dia berkompromi dengan dirinya sendiri, dia yang lain yang ada dalam dirinya setiap hari memperingatkannya, cinta itu egois, ijinkan dirinya egois untuk sekali ini.

Mendengar kata-kata ini, Andri Chen terdiam seketika, dinyalakan sebatang rokok, dia mulai mengisap rokok di dalam mobilnya, dengan malas-malasan menjawab: “Rossa adalah seorang wanita baik, aku yang telah mengecewakannya, dia, kebaikannya padaku, seumur hidupku pun tidak bisa membalasnya, kalau saja ada kehidupan berikutnya, aku pasti akan menikahinya, tapi di kehidupan ini, aku ingin menjadi egois.”

Waktu mengatakan hal ini, Andri Chen tiba-tiba mengangkat kepalanya memandang Yuni Lin, dengan perasaan dalam berkata: “Yuni, berjanjilah padaku, mulai hari ini dan seterusnya, jangan sekali-kali meninggalkan aku, aku tidak dapat hidup tanpamu, kalau sampai tidak ada dirimu, aku akan mati.”

Perkataan ini sungguh menyentuh perasaan Yuni Lin, bahkan saking terharusnya dia sampai meneteskan airmata, sambil mengangguk sambil menjatuhkan diri ke dalam pelukan Andri Chen, berkata sambil terisak: “Andri, aku juga, tidak ada kamu, aku akan mati, selamanya kita jangan sampai berpisah lagi ya?”

Waktu mengucapkan perkataan ini, Yuni Lin semakin erat memeluk Andri Chen, seakan takut dalam sekejap mata dia hilang dari dunianya.

Andri Chen pun mengeratkan pelukannya pada Yuni Lin, tak hentinya berkata: “Ya, aku berjanji, selanjutnya tidak akan pernah berpisah lagi.”

Mendengar ini, tangis Yuni Lin semakin menjadi-jadi, dia bukan sedih, tapi karena terharu, mulai saat ini, dunianya tidak akan kesepian lagi, seolah kembali lagi seperti dulu, dia juga tahu, dalam hidupnya tidak bisa tanpa pria ini.

Andri Chen melihat tangis Yuni Lin semakin lama semakin hebat, tak hentinya menepuk-nepuk punggungnya, dengan suara lembut membujuknya: “Yuni, jangan menangis lagi, bukankah aku sudah berjanji padamu?”

Yuni Lin menyeka air mata di sudut matanya dan menjawab: “Andri, aku sangat bahagia.”

Mendengar ini, Andri Chen segera melonggarkan pelukannya, menyentuh pipinya yang penuh airmata, sambil tersenyum berkata: “Kalau memang bahagia, senyum dong, tampangmu waktu menangis tidak secantik tampangmu kalau tersenyum, ayo, senyum untuk suamimu!”

Yuni Lin digoda demikian oleh Andri Chen! Dia pun menjadi tertawa, waktu tertawa, sudut matanya masih meneteskan air mata.

“Menyebalkan! Lagi-lagi meremehkanku, kamu bukan suamiku! Kamu belum menikahiku!” Yuni Lin berkata dengan genit.

Andri Chen menarik lagi Yuni Lin dalam pelukannya, dengan senang berkata: “Yuni, tunggu sampai kita ada di luar negeri, aku akan melamarmu, membuatmu resmi menjadi istri Andri Chen.”

“Ya!” Yuni Lin menjawab dan dengan semangat mempererat pelukannya pada Andri Chen.

Andri Chen tiba-tiba berkata sambil berharap: “Tunggu sampai kita sudah menikah, kita akan punya tujuh atau delapan anak.”

Yuni Lin tertawa genit dan berkata: “Banyak sekali, memangnya kamu sanggung menghidupinya?”

Andri Chen dengan penuh keyakinan berkata: “Asalkan kamu sanggup melahirkannya, aku akan sanggup menghidupinya!”

Yuni Lin sengaja bertindak kekanakan menjawab: “Aku tidak akan melahirkannya bagimu!”

“Tidak mau? Sekarang juga aku akan membuatmu memberiku anak….” Waktu Andri Chen mengatakan ini, memanfaatkan kesempatan menekan tuas pengendali tempat duduk, sehingga Yuni Lin yang duduk di atasnya langsung terdorong ke belakang.

Yuni Lin terbaring di kursi mobil, melihat wajah Andri Chen yang dihiasi senyum nakalnya, dengan suara bergetar sedikit malu bertanya: “Apa…apa yang kamu lakukan?”

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu