My Charming Lady Boss - Bab 336 Kehidupan di New York

Yuni Lin tidak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya tersenyum kepada Andri Chen, Yuni Lin tahu bahwa di masa yang akan datang mereka hanya bisa berteman, tidak mungkin untuk bisa kembali ke masa lalu, meskipun Yuni Lin masih memiliki hati kepada Andri Chen, tetapi Yuni Lin memikirkan pacarnya yang sekarang, dia hanya bisa menyimpan Andri Chen di dalam hatinya.

Pada saat ini, Andri Chen datang dan berdiri di depan Yuni Lin, dan bertanya : "Kemana kamu akan pergi ?"

Yuni Lin menjawab dengan jujur : "Oh, aku pergi ke pasar untuk membeli sayur."

Andri Chen mengangguk kepala setelah mendengarnya dan berkata : "Biarkan aku menemanimu pergi !"

Pada awalnya Yuni Lin sedikit ragu, namun Yuni Lin juga tidak tahu bagaimana menolaknya, dia takut Andri Chen merasa bahwa Yuni Lin belum memaafkannya, oleh karena itu Yuni Lin mengangguk dan setuju : "Baik !"

Dengan demikian, Yuni Lin selangkah demi selangkah berjalan meninggalkan gang bersama Andri Chen.

Keduanya berjalan berdampingan seolah kembali ke masa lalu, tetapi jika diperhatikan lebih dekat, tampaknya ada jarak yang tak terlihat di antara keduanya.

Setelah berjalan beberapa saat, keduanya tetap diam, meskipun mereka sebenarnya memiliki ribuan kata yang ingin dibicarakan, namun tidak ada yang memulainya, mereka seperti sedang menunggu sesuatu.

Akhirnya pada saat ini, Andri Chen tidak dapat bertahan lagi, dia memulai pembicaraannya karena Andri Chen ingin mengetahui bagaimana kehidupan Yuni Lin selama lebih dari setahun ini dan apa yang terjadi hingga membuat Yuni Lin harus pergi bernyanyi di Bar.

Pada saat ini, Andri Chen mencoba bertanya : "Yuni, kenapa kamu pergi bernyanyi di Bar ?"

Mendengar pertanyaan ini, Yuni Lin segera berhenti melangkah, dia tahu bahwa Andri Chen pasti akan mengajukan pertanyaan ini, karena bagaimana bisa seorang kepala Perusahaan yang bermartabat, kini harus bernyanyi di Bar.

Berbicara tentang ini, Yuni Lin hanya bisa menghela nafas dan berkata : "Ceritanya panjang !"

Pernyataan dari Yuni Lin membangkitkan rasa penasaran Andri Chen. Andri Chen mengangkat pergelangan tangannya dan melihat jam di tangannya masih pukul 07.30 pagi, Andri Chen kemudian mencoba mengatakan : "Bagaimana jika kita cari tempat untuk duduk dan mengobrol ?"

Yuni Lin tidak menolak, mengangguk kepala dan menjawab : "Baiklah."

Andri Chen melihat ke sekelilingnya, dia tidak tahu di mana terdapat sebuah kafe atau sejenisnya karena dia tidak begitu kenal dengan tempat di sini. Ketika Andri Chen ingin menghentikan sebuah taksi yang lewat, tiba-tiba Yuni Lin berkata : "Andri, ada sebuah kafe di dekat sini, aku tahu di mana itu."

Andri Chen kemudian berbalik dan mengangguk : "Baik."

Di bawah kepemimpinan Yuni Lin, mereka berdua pergi ke kafe terdekat.

Kafe ini berjarak 100 meter dari gang keluarga Luo, tepatnya di sebelah restoran barat. Mereka berdua naik ke lantai 3 dan memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, pelayannya datang dengan cepat dan dengan ramah bertanya : "Apa yang ingin kalian minum ?"

Berhubung masih pagi, jadi sangat sepi di kafe itu, dan tidak ada yang akan datang untuk minum kopi sepagi ini.

Andri Chen menjawab : "Aku ingin secangkir Latte."

Setelah Andri Chen menjawab, kemudian pelayan menatap ke arah Yuni Lin dan bertanya : "Bagaimana dengan nona ini ?"

Yuni Lin tersenyum dan menjawab : "Aku tidak perlu, terima kasih."

Melihat senyuman Yuni Lin, Andri Chen sepertinya tahu sesuatu, dan dengan cepat dia berkata kepada pelayan : "Abang tampan, aku pesan lagi secangkir Mocha !"

Sebenarnya Andri Chen tahu bahwa Yuni Lin suka minum Mocha. Alasan mengapa hari ini Yuni Lin tidak memesan, mungkin karena kehidupannya saat ini sedang kesusahan, sangat berbeda dengan Yuni Lin yang lalu. Yuni Lin yang sekarang berpakaian cukup sederhana, dan Andri Chen tahu bahwa saat ini Yuni Lin sedang membutuhkan uang.

Mendengar perkataan dari Andri Chen, Yuni Lin tidak lagi menolaknya dan terpaksa mengakuinya.

Pada saat ini, pelayan itu berkata dengan sopan kepada mereka berdua : "Kalian tunggu sebentar !"

Pelayan itu dengan cepat meninggalkan mereka berdua, dan saat itu Andri Chen mengalihkan pandangannya ke Yuni Lin, Andri Chen memandang seluruh tubuh Yuni Lin dan dengan sedih bertanya : "Apa yang terjadi dengan kamu selama lebih dari setahun ini di Amerika Serikat ? Bagaimana bisa menjadi seperti ini ?"

Yuni Lin mendongak, menatap Andri Chen dan berkata dengan nada meminta maaf : "Andri, maafkan aku karena pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, aku sangat menyesal, aku bersalah kepada saudara-saudara Dairy Milk, mereka selalu menganggap Dairy Milk sebagai rumah sendiri, tetapi aku malah menjualnya, maaf....."

Yuni Lin sangat menyesal atas penjualan Dairy Milk dan terus meminta maaf di depan Andri Chen, karena saat itu Yuni Lin memutuskan menjualnya dalam keadaan emosi. Sampai pada saat pesawat mendarat di bandara Amerika Serikat, Yuni Lin baru benar-benar menyesalinya dan menangis di kursi pesawat, penumpang di kursi sebelahnya tidak tahu apa yang terjadi pada Yuni Lin, namun Lucy terus menghiburnya. Lucy tahu bahwa hati Yuni Lin sangat sedih namun Lucy tidak dapat membantu sedikitpun.

Bagi Yuni Lin, kehidupan di Amerika Serikat merupakan titik balik baru dalam kehidupan dan titik awal yang baru. Dari kecil hingga dewasa, Yuni Lin tunbuh di bawah perlindungan ayahnya. Tiba suatu hari, ayahnya meninggalkan dunia dan Yuni Lin berubah menjadi tak berdaya, Yuni Lin menangis sepanjang malam di hari pertamanya di Amerika Serikat.

Sesaat setelah itu, pelayan di kafe mengantar pesanan kopi ke meja, dan mereka meminumnya. Setelah itu Yuni Lin memberi tahu Andri Chen tentang pengalamannya selama setahun di Amerika Serikat.

Ketika Yuni Lin pertama kali tiba di New York, hampir setiap hari dia menangis, pikirannya penuh dengan bayangan ayahnya, Yuni Lin tampak seperti orang bodoh. Dia tidak memiliki apa-apa selain jutaan uang di dalam kartu ATM. Harta ayahnya hancur oleh karena perbuatannya sendiri, cinta dan pekerjaan juga ikut meninggalkannya.

Hari kedua setelah Yuni Lin tiba di New York, sepanjang hari dilewatinya dengan meminum dan menangis, seperti orang bodoh. Hal yang patut disyukuri adalah Lucy yang tidak pernah meninggalkannya, Lucy selalu di sampingnya untuk menghiburnya dan memberikan arahan.

Namun, Yuni Lin masih belum bisa keluar dari bayangan kematian ayahnya dalam waktu yang singkat ini. Beberapa tahun ini, sangat menyakitkan baginya yang kehilangan ibunya, dan sekarang dia sudah tidak memiliki ayah, Yuni Lin bahkan berpikir untuk bunuh diri.

Pada hari ketiga di New York, karena alasan pekerjaan, Lucy harus pergi bekerja. Jika tidak Lucy akan menghadapi pemecatan karena dia telah cuti selama beberapa hari. Yuni Lin tidak ingin Lucy kehilangan pekerjaannya dan mengatakan kepada Lucy bahwa dirinya baik-baik saja, meskipun Yuni Lin terlihat cemberut, tetapi suasana hatinya sekarang jauh lebih baik daripada ketika dia pertama kali tiba di New York.

Lucy merasa lega dan bisa tenang untuk pergi bekerja, tetapi tidak berapa lama setelah Lucy pergi bekerja, Yuni Lin sudah mulai bermasalah.

Karena Yuni Lin tidak bisa lepas dari rasa sakitnya, dia terpikir untuk bunuh diri. Yuni Lin berpikir bahwa dia akan terlepas dari semua rasa sakit jika dia meninggalkan dunia. Dia membenci tetapi juga mencintai Andri Chen. Namun setiap kali dia memikirkan ayahnya, dia tidak dapat memaafkan Andri Chen apalagi memaafkan dirinya sendiri dan bunuh diri adalah satu-satunya cara untuk terlepas dari semua ini.

Jadi, pada saat itu, sebuah pikiran jahat muncul di benaknya.

Waktu itu adalah sebuah sore yang cerah, Yuni Lin meninggalkan rumah sendirian, berjalan di jalan tanpa tujuan, menyeberang ke jalan membuat takut banyak pengemudi hingga membunyikan peluit dan rem tetapi Yuni Lin tertegun seperti tidak ada suara yang terdengar dan dia terus berjalan menyusuri jalan-jalan kota New York seperti orang gila. Kejadian itu menarik perhatian banyak orang yang lewat dan beberapa orang berspekulasi bahwa apakah dia terlepas dari rumah sakit jiwa.

Yuni Lin tidak memperdulikan anggapan mereka dan bagaiman orang yang lewat melihatnya, Yuni Lin terus berjalan di jalan.

Yuni Lin tidak tahu sudah berapa lama dia berjalan dan di mana dia berada, sampai dia mendengar suara ombak menerjang, dia baru menyadari bahwa dia berada di pantai, angin laut meniup rambut di dahinya. Saat dia di pantai, dia baru menyadari bahwa dia kehilangan sepatu hak tingginya dan tidak tahu di mana hilangnya, pikirannya kosong.

Menatap laut yang luas, dia seperti melihat bayangan ayahnya di langit, dia tersenyum pada ayahnya, melambaikan tangan dan memanggil namanya sendiri.

"Yuni ! Yuni !"

Yuni Lin memandangi laut dan berjalan ke arah laut selangkah demi selangkah, segera setelah itu dia menginjak air laut dan merasakan dinginnya air laut dan hantaman ombak namun itu tidak membuatnya berhenti melangkah, tetapi dia terus berjalan ke laut, semakin lama semakin jauh hingga air laut sudah mencapai di dadanya, dia tetap tidak berhenti melangkah.

Pada saat ini, seorang pria yang gagah dan kuat sedang bermain voli di pantai tiba-tiba berhenti, tatapannya melihat lokasi Yuni Lin. Sesaat setelah pria itu melihat, segera dia berbicara dengan pria lain di sebelahnya menggunakan bahasa inggris asli : "Cepat kalian lihat ! Apa yang terjadi dengan gadis itu ?"

Pria yang berbicara itu adalah pria yang berambut pirang dan masih ada beberapa pria dan wanita yang bermain-main dengan mereka. Salah satu pria berambut hitam itu memalingkan kepalanya untuk melihat dan memberikan respon terkejut dalam bahasa inggris : "Tidak, gadis itu sepertinya ingin bunuh diri !"

Setelah selesai berbicara, pria berambut hitam berlari ke lokasi Yuni Lin dengan cepat. Saat berlari, pria itu tidak berhenti berteriak menggunakan bahasa inggri : "Bahaya, cepat kembali !"

Tetapi Yuni Lin yang berdiri di tengah laut itu sepertinya tidak mendengar apa-apa. Air laut dengan cepat menutupi kepalanya, dia bahkan bisa merasakan suara air laut memasuki telinganya. Setelah beberapa saat, dunianya menjadi sangat sunyi, seolah melihat ayahnya berenang ke arah dirinya di laut.

Pria berambut hitam melihat kepala Yuni Lin sudah tenggelam ke dalam laut, dia tidak berhenti dan terus berenang menuju lokasi Yuni Lin.

Setelah itu, akhirnya pria berambut hitam itu menemukan Yuni Lim yang tenggelam di air laut, mengulurkan tangan dan meraih tangan Yuni Lin dan kemudian berenang kembali pulang. Pria berambut hitam telah menyelamatkan Yuni Lin tetapi saat itu Yuni Lin sudah tidak sadarkan diri.

Pria berambut hitam itu kemudian melakukan nafas buatan kepada Yuni Lin, tetapi juga tidak dapat membuat Yuni kembali sadar. Untungnya ambulans tiba tepat waktu dan Yuni Lin di bawa ke rumah sakit terdekat. Untungnya semua masih belum terlambat sehingga nyawa Yuni Lin dapat diselamatkan.

Ketika Yuni Lin siuman, membuka matanya, dia pikir dia telah pergi ke dunia lain tetapi dia tidak menyangka bahwa dirinya masih hidup, kemudian dia melihat Lucy yang tidak berhenti menangis dan berkata dengan sedih di mulutnya : "Yuni, betapa bodohnya kamu, mengapa harus begini ?"

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu