My Charming Lady Boss - Bab 194 Sehari Saja

Mendengar teriakan Rossa, Andri langsung menoleh melihatnya. Terlihat seorang laki-laki yang baru saja bangkit menyerang punggungnya dengan pisau tajam. Dengan gerakan gesit, Andri langsung menahan pergelangan tangan laki-laki itu. Terlihat pisau itu akan segera mengenai punggungnya, Andri mengeluarkan seluruh tenaga untuk membelokkan tangan laki-laki itu, dalam sekejap menancapkan pisau ke kaki laki-laki itu sendiri, membuatnya kesakitan hingga terus meraung-raung.

“Aaaaaaaa!!!’

Bersamaan itu, lutut kanan laki-laki itu pun melemas dan terjatuh ke lantai. Andri segera meninju bagian wajahnya dengan keras, demi membuatnya pingsan dengan lebih cepat.

Setelah itu, Andri Chen baru bangkit sambil menghela nafas berat. Dia melihat sekilas sepuluh laki-laki yang terkapar di lantai, dengan mulut yang terus menjerit dan badan yang bergetar, tidak satupun mampu berdiri lagi.

Saat ini, terdengar suara tepuk tangan Tuan Jiang dari atas, dia menganggukkan kepala dan memuji dengan puas: “Anak muda, kamu hebat!”

Dengan kepala bercucuran keringat, Andri Chen mellihat sekilas Tuan Jiang yang berdiri di atas. Dia tidak mengatakan apapun, hanya tidak berhenti mengatur nafas. Jika bukan karena Rossa memanggilnya tadi, mungkin saja pisau itu sudah tertancap ke dalam punggungnya.

Setelah bertepuk tangan, Tuan Jiang pun berjalan menuruni tangga. Dia berjalan ke depan Andri dan kembali berkata sambil tersenyum: “Anak muda, malam ini kamu sungguh membuka mataku, teknik bertandingmu sangat luar biasa, pantas saja Taopa kalah di tanganmu.”

Andri mengatur nafas sejenak, melihat sejenak Rossa yang turun bersama Budi, langsung bertanya terus terang: “Tuan Jiang, apakah kami sudah boleh pergi?”

Tuan Jiang menjawab sambil tersenyum: “Tentu saja boleh, perkataanku selalu bisa dipegang.”

Baru selesai berkata, Rossa Du langsung berjalan ke samping Andri dan bertanya dengan cemas: “Andri, kamu tidak apa-apa kan?”

Andri Chen menggelengkan kepala, berkata dengan sangat kelelahan: “Aku baik-baik saja.”

Saat ini, Tuan Jiang langsung memerintah Budi: “Budi, antar Kak Andri pulang dengan mobil.”

“Baik, Tuan Jiang.” Budi mengiyakan dengan hormat.

“Pergilah!” Tuan Jiang berkata sambil memberi isyarat.

Tetapi saat ini, Andri malah tidak langsung pergi. Dia kembali melihat Tuan Jiang, dan bertanya lagi: “Tuan Jiang, soal Taopa….”

Sebelum Andri selesai berkata, Tuan Jiang langsung memotongnya: “Aku sudah mengatakannya. Jika malam ini kamu menang, maka aku tidak akan perhitungan lagi, keputusan ada di tangan pemenang.”

“Terima kasih Tuan Jiang.” Andri menjawab dengan penuh rasa hormat.

Tuan Jiang melihat keluar jendela sambil berkata: “Sebentar lagi langit akan terang, cepat pulanglah!”

“Sampai jumpa, Tuan Jiang!”

Rossa pun ikut mengiyakan, langsung pergi meninggalkan villa itu bersama Andri. Sebelum masuk ke dalam mobil, sama halnya dengan saat datang, mereka pun dipakaikan penutup kepala berwarna hitam. Dengan bantuan Budi, mereka pun sampai di Komunitas Perumahan Xin Hua dengan sangat cepat.

Setelah keduanya turun mobil, mobil yang dikemudikan Budi melaju pergi dengan cepat hingga menghilang di ujung penglihatan.

Saat ini barulah Andri menghela nafas dengan lega. Dia tahu masalah Taopa sudah berakhir, dia juga percaya bahwa laki-laki bernama Tuan Jiang itu tidak akan menyulitkannya lagi. Jika tidak, dia tidak mungkin melepaskan mereka dengan mudah.

Andri menundukkan kepala melihat jam di pergelangan tangan, waktu sudah menunjukkan jam 4 lewat. Langit mulai bercahaya dibagian barat, dia merasa sangat lelah, seolah seluruh tulang dalam badannya telah retak, ingin sekali membersihkan diri dan tidur dengan puas di ranjang.

Tetapi saat melihat Rossa di depan, dia pun menghela nafas: “Rossa, pulanglah dulu!”

Rossa Du berkata dengan takut: “Andri, aku takut.”

Berkata sampai disini, Rossa kepikiran kejadian beberapa jam yang lalu. Gambaran saat mobilnya dihentikan secara paksa kembali terbayang dalam pikiran, dia ingin menelepon Andri tetapi semua sudah telat, karena banyaknya laki-laki asing yang turun dari mobil di depan dan belakang telah membuatnya ketakutan hingga gemetaran.

Andri Chen tahu Rossa mengalami kekejutan yang berlebih, maka menenangkan dengan suara pelan: “Rossa, tidak apa-apa, aku antar kamu pulang.”

Mendengar perkataan Andri, Rossa baru menganggukkan kepala. Dia pun berjalan ke mulut gang bersama Andri dan menunggu sejenak, baru berhasil menghentikan sebuah taksi. Keduanya masuk ke dalam mobil, lalu melaju cepat ke arah Sunny Bay.

Tetapi, saat sedang di dalam taksi, Andri Chen tiba-tiba terpikir Yuni yang masih tidur di dalam rumahnya. Dia cemas pada Yuni dan ingin pulang melihatnya, tetapi juga tidak tenang membiarkan Rossa pulang sendiri. Malam ini dia telah terkejut sangat berat, jika perempuan lain yang mengalaminya, mungkin sungguh akan pingsan.

Tak berapa lama, taksi yang mereka naiki pun berhenti di depan gerbang Sunny Bay, keduanya turun dari mobil. Andri langsung mengantar Rossa sampai ke dalam rumahnya. Saat akan pergi, Rossa tiba-tiba memohon dari belakang: “Andri, bolehkah jangan pergi?”

Andri yang sudah berjalan hingga ke depan pintu langsung berbalik badan, melihat Rossa yang sedang panik, sembari bertanya: “Kenapa?”

Rossa menjawab dengan suara terpatah-patah: “Andri, aku takut!”

Dia terus berhalusinasi, bagaimana jika Andri pergi, dan ada orang yang datang tiba-tiba? Saat ini dia sangat takut Andri meninggalkannya. Beberapa jam yang lalu, saat disandera oleh orang-orang, dia mengira tidak bisa bertemu Andri lagi.

Saat itu, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Andri. Tak disangka, tidak sampai sepuluh menit, dia pun melihat bayangan Andri di dalam villa besar itu. Hatinya yang tidak tenang pun menjadi lega karenanya.

Andri terdiam beberapa saat, Rossa kembali berkata dengan wajah memelas: “Andri, bolehkah kamu menetap untuk menemaniku?”

Melihat ekspresi wajah Rossa, hati Andri Chen pun melembut, hanya bisa mengangguk dan mengiyakan: “Baiklah!”

Mendengar jawaban Andri, Rossa langsung terjun ke dalam pelukannya, sambil berkata dengan ketakutan: “Andri, tadi sungguh mengejutkanku, aku kira tidak bisa bertemu kamu lagi.”

Andri tahu suasana hati Rossa tidak mungkin kembali normal dengan cepat. Maka dari itu, dia hanya bisa memeluknya sambil menyalahkan diri: “Rossa, maafkan aku, semua karena salahku, hingga membuatmu terlibat bersamaku.”

Rossa tiba-tba melepaskan pelukannya, melihat Andri sambil menggelengkan kepala: “Andri, aku tidak takut, aku hanya takut tidak bisa bertemu kamu lagi!”

Andri melihat Rossa yang berbicara dengan ekspresi mendalam. Dia tahu maksud perkataan Rossa, membujuknya dengan tidak tega: “Rossa, aku….”

Baru saja akan melanjutkan perkataannya, Rossa Du menjulurkan tangan menutup bibirnya, dan berkata: “Andri, aku tahu apa yang ingin kamu kayakan, aku juga tahu kamu menyukai Direktur Lin, tetapi ada kata-kata dalam hati yang sudah lama aku pendam dalam hati, dan ingin memberitahumu. Entah kenapa, saat berhadapan dengan bahaya, yang pertama kali terpikirkan olehku adalah kamu. Ada kalanya, jika tidak melihatmu, hatiku akan terasa sangat panik, aku rasa sepertinya telah jatuh hati padamu. Tentu saja aku juga tahu tidak ada kemungkinan di antara kita, tetapi aku punya sebuah permintaan kecil, bisakah kamu memenuhinya?”

Mendengar pengungkapan rasa Rossa yang begitu mendadak, Andri tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya tahu Rossa adalah perempuan yang baik, sungguh tidak ingin melukai hatinya. Tetapi ada kalanya, dia sungguh kesulitan mengambil keputusan.

Dia akui dirinya mulai ragu, juga merasa dirinya adalah seorang yang bodoh. Rossa adalah perempuan yang begitu baik, sulit sekali menemui perempuan seperti dia di dunia ini, tetapi kenapa dirinya malah terus memikirkan Yuni Lin.

Andri berkata pada Rossa dengan penuh rasa bersalah: “Katakan saja, pasti akan aku penuhi!”

Rossa berkata dengan hati sakit: “Aku tahu Direktur Lin akan segera menikah, aku juga tahu kamu akan pergi menghentikan pernikahannya, pada akhirnya kalian pasti akan bersama. Tetapi bolehkah biarkan aku menjadi istrimu dalam waktu sepuluh hari, hanya sepuluh hari saja. Sepuluh hari kemudian, aku tidak akan mengikatmu lagi. Jika kamu masih bersedia menganggapku sebagai teman, aku akan menjadi temanmu untuk selamanya. Aku tahu permintaan ini sedikit keterlaluan, tetapi aku sangat mendambakan hari-hari bersamamu, biarpun hanya sehari saja.”

Mendengar perkataan itu, hati Andri semakin terpukul. Tetapi dia tetap saja menganggukkan kepala pada Rossa, pertanya setuju.

Secara mendadak, Rossa senang hingga meneteskan air mata, menghapus air mata sambil tersenyum bahagia dan bertanya: “Andri, kenapa kamu begitu baik kepadaku?’

Andri langsung memeluk Rossa dengan erat, berkata dengan penuh rasa maaf: “Rossa, maafkan aku! Jika masih ada kehidupan selanjutnya, aku pasti menjadikanmu istriku.”

Rossa berkata sambil menahan air mata: “Baik, aku akan ingat kalimatmu ini. Hingga kehidupan selanjutnya nanti, jangan harap kamu bisa mengelak lagi.”

Pelukan Andri bertambah erat, dia tidak tahu harus menebus kesalahannya dengan cara apa lagi.

Pada akhirnya, Rossa tidak tahan lagi, bagaikan akan kecil, dia langsung menangis meraung-raung di dalam pelukan Andri. Dia tidak berani memimpikan untuk bersama Andri selamanya. Biarpun hanya sepuluh hari, dia sudah merasa puas. Paling tidak, saat meninggal dia tidak akan menyesal lagi, karena pernah hidup bersama laki-laki yang dia cintai.

Setelah beberapa saat, tangisan Rossa baru berhenti. Andri berinisiatif menghapuskan air mata di pipinya, sambil berkata dengan sedih: “Lihatlah kamu, apa yang kamu tangisi, hingga dua mata jadi bengkak, kenapa kamu begitu suka menangis?”

Rossa menjawab tersedu-sedu: “Jangan lupa aku seorang perempuan loh!”

Andri pun memanfaatkan kesempatan untuk meledeknya: “Lihatlah wujudmu saat ini, mirip sekali balita umur 3 tahun!”

Rossa pun mulai manja: ”Siapa suruh kamu membuatku menangis?”

“Kok jadi aku?” Andri berkata dengan ekspresi tidak bersalah.

“Kamu!” Rossa hanya ingin menyalahkannya.

Andri pun hanya bisa mengalah: “Baiklah, aku, aku orangnya.”

Rossa segera memerintah Andri: “Sudah, gendong aku mandi.”

Andri tiba-tiba berkata sambil tersenyum: ”Tidak terlalu seru deh?”

Rossa langsung mengingatkannya: “Hm! Kamu sudah berjanji akan menjadi suamiku selama sepuluh hari, ingin berubah pikiran?”

“Bukankah besok baru berlaku?” Andri Chen bertanya kembali.

“Sekarang juga langsung berlaku! Aku yang putuskan.” Rossa berkata dengan manja.

“Baiklah!” Andri Chen hanya bisa menganggukkan kepala, lalu berinisiatif memeluk dan menggendong Rossa ke kamar mandi dalam kamar.

Baru saja masuk ke dalam kamar mandi, Andri pun menguap, spontan berkata: “Cepat mandi, setelah itu baru aku mandi, lalu tidur! Ngantuk sekali.”

Rossa mengusulkan permintaan dengan tegas: “Temani aku!”

“Ha?” Andri sangat terkejut, dalam hati berpikir ternyata ada yang begituan juga

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu