My Charming Lady Boss - Bab 141 Kamu Menyebalkan (1)

Andri Chen berkata dengan kesal: “Kenapa kuncinya tidak bisa dibuka.”

“Benarkah? Coba berikan kuncinya.” Yuni Lin menjulurkan tangan.

Setelah menerima kunci itu, dia juga mencoba membukanya. Tetapi dia menyadari, setelah tertancap ke dalam, kunci itu sama sekali tidak bisa digerakkan.

Dia mencoba sangat lama, akhirnya mulai kesal, berkata: “Kenapa tidak bisa dibuka?”

Andri Chen menunduk melihatnya dengan jelas, tiba-tiba menemukan kejanggalan. Dia pun berkata dengan kaget: “Sepertinya kunci ini telah diganti oleh orang.”

“Apa? Diganti orang?” Yuni terkejut.

Andri memperlihatkan kunci pintu dan berkata: “Lihat saja, jelas-jelas ini kunci baru.”

Yuni menunduk dan melihat dengan jelas, ternyata memang benar. Kunci rumah itu baru saja diganti, terlihat baut-baut berjatuhan di lantai.

Melihat situasi ini, Yuni semakin kesal, berkata: “Kenapa kunci rumah kamu bisa diganti oleh orang?”

“Itu dia!” Andri juga merasa bingung, tetapi setelah dipikirkan baik-baik, dia langsung berkata dengan panik: “Gawat, gawat, jangan bilang pemilik rumah yang menggantinya?”

“Pemilik rumah?” Yuni mengerutkan kening.

Andri menjelaskan: “Dua hari yang lalu, saat tanggal pembayaran uang sewa rumah, aku sedang di rumah sakit. Sepertinya dia mengganti kunci rumah ini karena tidak berhasil menemukanmu.”

“Tetapi, seharusnya dia memberitahumu lebih awal!” Yuni Lin mencoba analisa.

Andri Chen mengangguk dan berkata: “Benar juga kata kamu, seharusnya dia meneleponku dan memberitahu.”

Berbicara sampai disini, Andri langsung mengeluarkan handphone dan mencari nomor telepon pemilik rumah, kemudian menelepon. Tak berapa lama, telepon itu tersambung.

“Hallo!”

Begitu mendengarnya, Andri langsung mengenali suara pemilik rumah, berkata: “Hallo Pak, ini aku Andri Chen….”

Baru selesai menyebutkan nama, pemilik rumah berkata dengan kesal: “Sekarang baru sadar harus telepon untukku? Aku beritahu kamu ya, semua sudah terlambat, semua barang-barangmu sudah dipindahkan ke ruang satpam. Kamu cari saja kesana! Sudah ya, aku tidak akan menyewakan rumah untukmu lagi.”

“Hallo! Hallo! Pak, dengarkan penjelasanku….” Andri berkata dengan panik.

Hasilnya, bapak pemilik rumah tidak memberinya kesempatan. Telepon itu langsung dimatikan dan hanya terdengar suara ‘Tut, tut, tut…’

Andri menundukkan kepala menatap handphone-nya. Melihat lawan bicara sudah mematikam telepon, dia pun merasa sangat kesal, sialan!

Yuni Lin yang mendengarnya merasa sangat kebingungan, bertanya: “Kenapa pemilik rumahnya seperti itu?”

Andri juga sangat penasaran. Tetapi ini memang salah dia, berhari-hari di dalam rumah sakit, banyaknya masalah membuat dia melupkan masalah sewa rumah. Ditambah lagi perusahaan Dairy Milk LTD mengalami masalah besar, gajinya pun tak kunjung dikirimkan, saat ini dia sudah miskin total.

Andri berkata dengan sedih: “Gawat, kali ini sungguh tidur di tepi jalan.”

Yuni Lin belum mau menyerah, berkata: “Berikan nomor teleponnya untukku, aku akan kompromi dengannya. Bagaimana boleh menindas orang seperti ini!”

Andri menghela nafas, menundukkan kepala dengan pasrah: “Sudahlah! Masalah sudah seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan, siapa suruh dia yang menjadi pemilik rumah ini!”

“Tapi……” Yuni merasa sangat tidak adil.

Andri memotong perkataannya: “Andaikan aku punya uang, maka sama sekali tidak perlu menanggung amarah ini. Sudahlah, sekalipun meneleponnya lagi, dia tidak akan menyewakan rumah ini untukku lagi.”

Selesai berkata, Andri melihat jam di pergelangan tangan, berkata: “Malam ini aku kembali ke hotel saja!”

“Kamu punya uangnya?” Yuni bertanya dengan cemas.

Andri meraba-raba isi saku celana, masih ada uang 60 ribu di dalam dompetnya. Kali ini dia telah menjadi orang miskin yang sesungguhnya.

Melihat situasi itu, Yuni melihat ke luar gedung. Hujan deras kembali mengguyur kawasan perumahan, ditambah lagi waktu yang sudah sangat larut. Yuni tidak tenang membiarkannya keluar sendiri, apalagi saat ini dia masih sakit.

Berpikir hingga disini, Yuni pun berkata pada Andri: “Andri, malam ini kamu bisa menginap dulu di rumahku!”

Andri Chen sengaja bertanya: “Apakah begitu baik?”

Yuni tertawa: “Jika merasa tidak baik, kamu tidur di jalanan saja!”

Andri Chen ikut tertawa dan berkata: “Kalau begitu aku tidak sungkan lagi ya.”

Selesai berkata, Yuni mengambil kunci membuka pintu rumahnya. Andri pun ikut berjalan masuk, sesampainya di ruang tamu, dia berseru: “Punya rumah sendiri sungguh enak ya, entah sampai kapan aku baru memiliki sebuah rumah seperti ini.”

Yuni menoleh dan menghiburnya: “Secepatnya kamu akan memiliki itu.”

Andri meledeknya: “Kenapa? Perusahaan akan menghadiahkan untukku?’

Yuni berkata dengan ekspresi remeh: “Mimpi saja sana!”

Andri Chen duduk di sofa dalam ruang tamu. Dia menundukkan kepala melihat sekilas sofa itu, berkata: “Direktur Lin, sewakan saja sofa rumahmu untukku.”

Yuni berjalan ke dalam kamar dan keluar dengan cepat, tertawa berkata: “Sofa rumahku tidak akan aku sewakan pada siapapun, terutama kamu!”

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu