My Charming Lady Boss - Bab 206 Terus Menunggumu

Andri Chen benar-benar tidak menyangka, Tuan Jiang akan meneleponnya secara pribadi, dan setelah kasus Rico Wang diumumkan, Andri Chen merasa sedikit khawatir, telepon Tuan Jiang kemungkinan ada hubungannya dengan kematian Taopa.

“Halo, Tuan Jiang!” Andri Chen menyapanya dengan hormat di telepon.

Tuan Jiang berkata dengan ramah di teleoin: “Andri! Aku ingin mengundangmu untuk makan bersama, apakah kamu ada waktu?”

Andri Chen masih sedikit khawatir saat menghadapi undangan dadakan dari Tuan Jiang. Andri Chen terdiam sesaat, lalu menyetujuinya: “Tuan Jiang, kapan?”

Tuan Jiang menjawab: “Jam tujuh malam ini, aku akan mengirim seseorang untuk menjemputmu.”

“Baiklah.” Sampai di sini, Tuan Jiang menutup teleponnya.

Begitu Andri Chen menutup telepon, Sisca Mi bertanya dengan rasa penasarannya: “Andri, siapa Tuan Jiang itu?”

Andri Chen tidak menyangka, bahkan Sisca Mi tidak mengenal Tuan Jiang. Mungkin identitas Tuan Jiang selalu dirahasiakan, bahkan Rico Wang pun belum tahu rupa Tuan Jiang itu seperti apa, apalagi Sisca Mi.

Demi tidak membuat Sisca Mi khawatir, Andri Chen terpaksa berbohong, “Oh, temanku, Tuan Jiang adalah nama panggilannya, kita semua memanggilnya seperti itu.”

“Teman?” Sisca Mi ragu.

Andri Chen menjelaskan, “Ya, teman bisnisku.”

Sisca Mi tahu bahwa Andri Chen sedang berbohong, tapi saat melihatnya yang tidak ingin mengatakannya, Sisca Mi pun tidak banyak bertanya, ia hanya menghibur: “Andri, jangan terlalu sedih atas masalah Rico, setahun lagi kalian pasti akan bertemu kembali!”

Andri Chen menghela nafas dan menjawab, “Yah, aku mengerti.”

Sesaat setelah mengatakan ini, ponsel Andri Chen berdering lagi. Andri Chen mengeluarkan ponselnya, telepon itu berasal dari Yuni Lin. Hatinya semakin tidak karuan begitu ingat Yuni Lin akan pindah hari ini.

Namun, telepon Yuni Lin sudah terhubung dan ia masih belum mengatakan sepatah kata pun: “Halo! Yuni!”

Yuni Lin bertanya: “Andri, apakah kamu di rumah?”

Andri Chen menjawab dengan jujur: “Aku di pintu pengadilan.”

Yuni Lin langsung meminta maaf: “Andri, maaf, aku lupa persidangan Rico Wang, bagaimana situasinya?”

Dia menangis sepanjang malam tadi malam, dan sekarang matanya bengkak, banyak hal yang sudah terluapkan.

Yuni Lin merespon sepenuhnya begitu mendengar kata-kata pengadilan.

Andri Chen menjawab dengan perasaan sedikit sedih: “Rico dijatuhi hukuman satu tahun.”

Setelah mendengar ini, Yuni Lin tahu bahwa Andri Chen sangat sedih, namun Yuni Lin tidak tahu bagaimana harus menghiburnya, karena ia tahu, Andri Chen tumbuh bersama dengan Rico Wang sejak kecil sampai dewasa. Walaupun Andri Chen hilang ingatan, tetapi Rico Wang masih memperlakukan Andri Chen sebagai saudara yang baik.

Yuni Lin berpikir, kemudian berkata: “Andri, jangan sedih, semua sudah terjadi, kesedihanmu tidak akan mengubah apapun.”

Andri Chen mengambil napas dalam-dalam, sebisa mungkin berusaha mengendalikan emosinya, lalu menjawab: “Aku tahu.”

Setelah itu, Andri Chen dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, “Di mana kamu sekarang?”

Yuni Lin menjawab dengan empat kata: “Komunitas perumahan Xin Hua.”

“Oke, aku akan segera datang.” Andri Chen menutup telepon, lalu mengalihkan pandangannya kepada Sisca Mi, berkata: “Sisca, aku harus pulang.”

Sisca Mi langsung berinisiatif: “Andri, aku akan mengantarmu!”

Andri Chen langsung menolaknya: “Tidak perlu, aku akan naik taksi.”

Kurang dari puluhan detik setelah mengatakan ini, Andri Chen naik taksi di gerbang pengadilan dan langsung menuju komunitas perumahan Xin Hua.

Ketika taksi tiba di gerbang Komunitas Perumahan Xin Hua, Andri Chen melihat sebuah truk pickup terparkir di gerbang perumahan. Dari waktu ke waktu, ada seorang porter memindahkan barang-barang keluar dari perumahan.

Melihat ini, Andri Chen langsung mengerti bahwa Yuni Lin sedang pindahan rumah.

Setelah turun dari mobil, begitu akan memasuki perumahan, malah melihat Yuni Lin dengan tas jingjing di gerbang perumahan.

Yuni Lin melihat Andri Chen sekilas, lalu masih berteriak dengan penuh kasih sayang: “Andri!”

Begitu melihat Yuni Lin, Andri Chen langsung memperhatikan mata Yuni Lin sangat merah dan bengkak, ia pasti sudah menangis semalaman. Andri Chen sangat sedih melihat matanya yang merah dan bengkak itu.

Andri Chen bertanya dengan prihatin: “Kemarin malam tidur larut ya?”

Yuni Lin mengangguk dan menjawab, “Yah, aku tidak bisa tidur.”

Andri Chen tidak tahu harus berkata apa lagi, oleh karena itu ia mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, “Sudah selesai pindahannya? Aku akan membantumu.”

Yuni Lin menghentikan langkah Andri Chen yang baru saja akan beranjak pergi, ia berkata: “Andri, tidak perlu, aku memanggil jasa pindah rumah, sebentar lagi akan selesai.”

Andri Chen melirik Audi berwarna merah yang terparkir di tempat parkir. Andri Chen langsung mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya dan menyerahkannya kepada Yuni Lin, “Yuni, ini kunci mobilmu.”

Yuni Lin melirik kunci di tangan Andri Chen, namun ia tidak mengambilnya. Yuni Lin menoleh ke atas menatap Andri Chen dan berkata, “Andri, pakai dulu saja mobil ini! Aku akan menghubungimu ketika aku ingin menggunakannya.”

Andri Chen tiba-tiba tersenyum: “Jika aku membawa mobil ini lagi, sepertinya kamu akan akan pergi ke kantor polisi untuk menebusku.”

“Kenapa?” ​​Yuni Lin menjadi penasaran

Andri Chen dengan enggan menjawab: "Karena aku tidak punya SIM!"

Setelah mendengar ucapan Andri Chen, Yuni Lin langsung memberi saran kepada Andri Chen: “Andri, jika ada waktu luang, buatlah SIM, jika tidak kamu akan ditangkap polisi, kamu akan berada dalam masalah.”

Andri Chen mengangguk dan menjawab, “Baiklah, aku akan pergi membuat SIM kalau ada waktu luang.”

Berbicara tentang SIM, Andri Chen meminta Sisca Mi memeriksa masalah SIM, Andri Chen mengeluarkan ponselnya dan berkata kepada Yuni Lin: “Yuni, aku mau telepon dulu sebentar, aku hampir lupa satu hal penting.”

“Oke, telepon saja dulu.” Yuni Lin memberi isyarat, berdiri di sebelah Andri Chen sembari melihatnya.

Segera, Andri Chen langsung menelepon Sisca Mi dan berkata dengan tergesa-gesa: “Oh iya, Sisca, tolong pergi ke detasemen polisi lalu lintas untuk membantuku memeriksa SIM-ku.”

Sisca Mi langsung menjawab: “Oke, aku akan memeriksanya. Aku akan segera meneleponmu begitu selesai memeriksanya.”

Andri Chen menutup telepon, Yuni Lin bertanya dengan rasa penasarannya: “Andri, kenapa aku belum melihat kamu bersama dengan Rossa?”

Berbicara tentang Rossa Du, Andri Chen tiba-tiba mencari riwayat panggilan dan SMS. Andri Chen terkejut mendapati Rossa Du belum menghubunginya hari ini, dan tidak tahu juga bagaimana keadaannya saat ini.

Yuni Lin bertanya saat melihat kegugupan Andri Chen, “Andri, Ada apa?”

Andri Chen mendongak, teringat esok yang akan pergi bekerja kembali, dan berkata kepada Yuni Lin, “Yuni, aku harus memberi Rossa beberapa hari libur, dia sedang pulang kampung.”

Yuni Lin menanggapinya dengan santai: “Oh, tidak apa-apa.”

Keduanya berdiri di gerbang perumahan untuk beberapa saat, seorang porter mendekati Yuni Lin dan berkata dengan hormat, “Nona Lin, semuanya sudah dipindahkan, bisakah kita pergi?”

Yuni Lin menjawab: “Tolong tunggu saya di mobil sebentar, saya akan segera dating.”

“Oke.” Portir itu berbalik dan berjalan keluar perumahan.

Yuni Lin mengarahkan pandangannya kepada Andri Chen lagi dan berkata dengan tegas: “Andri, aku mau pergi, jaga diri baik-baik ya, jika terjadi apapun, ingat untuk menghubungiku.”

Andri Chen tersenyum pada Yuni Lin dan berkata, “Pasti, tenang saja.”

Yuni Lin hendak pergi, tiba-tiba teringat sesuatu. Yuni Lin menyerahkan kunci kepada Andri Chen dan berkata, “Andri, ini kunci rumahku, aku ingin kamu sekali-kali melihat rumahku, mungkin aku akan kembali suatu hari nanti.”

“Benarkah?” Andri Chen seolah melihat harapan.

Yuni Lin mengangguk dan berkata, "Ya."

Andri Chen tiba-tiba berkata dengan lembut, “Yuni, kembalilah jika nanti kamu tidak bahagia di sana! Aku akan selalu ada di sini untuk menunggumu kembali.”

Yuni Lin mengangguk lagi, menoleh dan milirik minivan yang diparkir di gerbang perumahan, ia berbalik dan berkata kepada Andri Chen, “Andri, aku pergi dulu.”

“Pergilah! Jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama.” Andri Chen memberi isyarat.

Yuni Lin melambaikan tangannya kepada Andri Chen, ia berbalik dan membawa tas jinjingnya, dengan sepatu hak tingginya, ia berjalan menuju tempat parkir Komunitas Perumahan Xin Hua.

Andri Chen berdiri di sana dengan tatapan kosong, sampai Yuni Lin masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan Komunitas Perumahan Xin Hua. Andri Chen kembali dari lamunannya, ia melihat ke atas langit biru dan mengambil nafas dalam-dalam. Andri Chen ingin berteriak namun akhirnya masih bisa menahan diri.

Yuni Lin sudah pergi, hati Andri Chen sangat kosong dan sepi seperti rumah Yuni Lin.

Andri Chen membuka pintu rumah Yuni Lin, ruangan itu penuh dengan sosok Yuni Lin. Suara keduanya berdesir di pikiran Andri Chen, ingatannya begitu segar di pikiran Andri Chen.

Tak lama kemudian, Andri Chen duduk di pintu rumah Yuni Lin dan mengelurkan sebatang demi sebatang rokoknya. Saat ini hanya rokok yang menjadi naratornya.

Pada saat ini, dering telepon yang tajam tiba-tiba terdengar. Andri Chen yang mabuk dalam ingatannya, tiba-tiba sadar lalu mengeluarkan ponselnya.

“Halo!” Andri Chen mengisap rokok sambal menjawab teleponnya.

Sisca Mi berkata, “Andri, Aku sudah memeriksa dengan seorang rekan dari detasemen polisi lalu lintas. Tidak ada catatan SIM-mu.”

Mendengar kabar ini, Andri Chen semakin frustasi. Andri Chen merasakan sakit di kepalanya, dan ingin tahu apa yang sudah dirinya lakukan.

Tetapi Tuhan sangat suka mempermainkannya, dia tidak tahu tentang masa lalunya.

“Oke, baiklah.” Andri Chen sangat frustasi.

Sisca Mi tahu ada yang salah, ia bertanya dengan rasa khawatirnya: “Andri, ada apa denganmu?”

Andri Chen mengisap rokoknya lagi lalu menghembuskan asapnya, kemudian menjawab dengan santai: “Aku baik-baik saja.”

Sisca Mi masih ingin bertanya, namun Andri Chen langsung berkata, “Sisca, sudah dulu ya.”

Setelah menutup telepon, Andri Chen duduk di pintu rumah Yuni Lin dan merokok lagi untuk meluapkan rasa kesalnya.

Satu jam lebih kemudian, Andri Chen menyadari bahwa Rossa Du masih belum meneleponnya kembali, dia sendirian jauh di Yuxi. Andri Chen sangat khawatir, oleh karena itu dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Rossa Du.

Namun, setelah melakukan panggilan, terdengar suara di handsetnya: “Maaf, pengguna yang anda panggil telah dimatikan!”

Mendengar suara seperti itu, Andri Chen semakin khawatir lalu bergumam, “Kenapa masih mati?”

Setelah itu, Andri Chen mengangkat pergelangan tangannya dan melihat jamnya. Tidak terasa sudah hampir siang, Rossa Du baik-baik saja kan di sana? Hatinya semakin tidak tenang.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu