My Charming Lady Boss - Bab 417 Menangis Sedih

Waktu semakin lama semakin mendesak, karena pria bertopi itu dan 3 orang pria lainnya sudah perlahan mengendap-endap mendekati posisi mereka, di tangan mereka sudah tidak ada peluru tersisa, musuk sudah mendekati, dan mereka akan mati.

Karena kondisi inilah, Andri Chen sama sekali tidak bisa membiarkan Nora Shen dan meninggalkannya, dalam hatinya dia sudah menganggap Nora Shen sebagai keluarganya, dia adalah anak angkat ayah dan ibunya, dia perlahan sudah merubah perasaan sebagai teman menjadi perasaan sebagai saudara.

Berpikir begitu, Andri Chen langsung berlutut di hadapan Nora Shen, dengan nada memaksa berkata: “Nora, cepat naik, aku akan menggendongmu, kita tinggalkan tempat ini.”

Nora Shen bukanlah anak umur 3 tahun, andai Andri Chen menggendongnya, mereka berdua bakalan mati di sini.

Di saat kritis ini, Nora Shen tidak punya pilihan lain, karena tidak boleh sampai terjadi apapun atas diri Andri Chen, sedangkan dia tidak masalah, sudah membunuh begitu banyak orang, hari ini mati di jalanan sini pun adalah hal yang masuk akal, dalam beberapa tahun yang sudah lalu, dia sudah memikirkan sejak dulu bahwa akan ada saat seperti hari ini, tapi tidak disangkanya hari itu datang begitu cepat.

Jadi, Nora Shen harus membuat Andri Chen meninggalkan tempat ini, dia tiba-tiba mengangkat kaki celananya, dari sana diambilnya sebuah pistol kecil, pistol ini adalah senjata darurat yang dipersiapkannya untuk digunakan di saat berbahaya, peluru di dalamnya penuh, dia mengandalkan pistol ini masih bisa memberikan kesempatan melarikan diri untuk Andri Chen, kalau tidak polisi sebentar lagi akan datang, mereka akan semakin repot, Nora Shen seumur hidup tidak pernah terbayang akan diam dalam penjara, meskipun harus mati, dia juga tidak akan mengalami berada di balik jeruji besi.

Dia menggenggam erat pistolnya, dengan sudut matanya mencoba mengamati mobil offroad di seberangnya, pria bertopi dan 2 orang pria berjalan perlahan menghampiri, dia mengarahkan pistol kecilnya kea rah tempat mereka dan mulai menembak.

“Dor!” kembali terdengar suara tempat di jalan ini, seorang pria terkena tembakan di bahunya, segera terjatuh ke tanah, lalu dengan cepat sekali merangkak pergi bersembunyi di belakang mobil Toyota.

Mendengar bunyi tembakan, pria bertopi serta seorang pria lain yang sedang berencana mendekati menghentikan langkah mereka, suara tembakan kali ini sungguh di luar dugaan mereka, mereka mengira Nora Shen, mereka sudah kehabisan peluru, tapi kenyataannya tidak demikian, membuat mereka tidak berani terburu-buru maju.

Setelah menembak satu kali, Nora Shen memalingkan wajahnya dan berkata kepada Andri Chen di sampingnya membujuknya: “Andri, kamu cepat pergi! Kalau masih tetap tidak mau pergi, pasti tidak akan keburu.”

Masalah sudah sampai di titik ini, Andri Chen tetap tidak ada maksud membiarkan Nora Shen, dilihatnya Nora Shen tidak naik ke punggungnya, akhirnya dia berencana menggunakan kedua tangannya menggendong Nora Shen meninggalkan tempat itu.

Tapi tepat saat dia mau menggerakkan tangannya, Nora Shen mengarahkan pistolnya ke kepalanya sendiri, dengan nada ancaman berkata dengan tegas kepada Andri Chen: “Andri, jangan paksa aku, kalau kamu masih tidak mau meninggalkan tempat ini, aku akan menembak diriku sendiri.”

Andri Chen sungguh tidak menyangka Nora Shen bisa sampai berbuat hal yang mengejutkan seperti ini, dia menjadi sedikit takut, karena Nora Shen tidak main-main, dia sangat mengerti karakter Nora Shen, dia selalu mengatakan yang sesungguhnya, melakukan apapun selalu dengan cepat dan berani.

Maka, Andri Chen dengan lembut menenangkan: “Nora, jangan sembarangan! Cepat berikan pistolnya padaku.”

Baru saja Andri Chen akan maju merebut pistol itu, Nora Shen kembali menyetop Andri Chen: “Jangan mendekat, aku akan hitung sampai tiga, kalau kamu masih tidak pergi, aku akan menembak mati diriku sendiri.”

Awalnya Andri Chen masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Nora Shen sudah mulai menghitung.

“Satu, dua….”

Waktu Nora Shen menghitung sampai dua, jarinya yang ada di bagian pelatuk mulai bergerak, Andri Chen mengalami dilema, dia tidak menginginkan Nora Shen sampai mati di depan matanya, tapi kalau dirinya sekarang pergi, Nora Shen juga akan terbunuh.

Di saat seperti ini, dia sungguh tidak tahu bagaimana harus memilih, Tuhan selalu saja memberikan pilihan yang sulit baginya.

“Tiga…..”

Saat Nora Shen berkata “tiga” dia sudah memejamkan matanya, bersiap untuk menarik pelatuk, Andri Chen cepat-cepat berkata: “Baik, aku menurut perkataanmu, turunkan pistolmu.”

Mendengar ini, Nora Shen memberi pesan kepada Andri Chen: “Andri, baik-baik menjaga ayah dan ibu angkat ya, kalau sampai hari ini aku mati, beritahu mereka bahwa aku pergi ke luar negeri, akan lama sekali baru bisa kembali.”

Perkataan ini, sungguh membuat Andri Chen tawar hati, dia juga tidak pernah membayangkan masalahnya akan berkembang sampai seperti ini, waktu dia masih ingin mengatakan sesuatu, Nora Shen menggigit bibirnya, mengatakan satu kalimat dari dalam hatinya yang terdalam: “Andri, aku, Nora Shen, seumur hidup ini sangat bahagia bisa mengenalmu, kalau ada kehidupan yang lain setelah ini, aku berharap masih dapat meneruskan menjadi temanmu.”

Selesai mendengar perkataan ini, airmata Andri Chen mulai membasahi pelupuk matanya, memohon dengan sangat: “Nora, pergilah bersamaku!”

Nora Shen menggelengkan kepalanya, terus mendesak Andri Chen: “Andri, cepat pergi!”

Kedua kaki Andri Chen seakan terpaku ke tanah, dia berusaha berulang kali, tapi kedua kakinya tidak mau menurut, karena dalam hati ada ketidakrelaan yang sangat besar, dia tidak ingin menyaksikan Nora Shen mati di sini.

“Pergilah!” desak Nora Shen sekali lagi pada Andri Chen, menembak sekali ke dekat kakinya.

“Dor!” sekali lagi suara tembakan terdengar, Andri Chen tidak sedikitpun menghindar, melihat Nora Shen yang kembali mengarahkan pistol ke kepalanya sendiri, dia hanya bisa mengatupkan giginya dan membalikkan badan pergi.

Waktu Andri Chen meninggalkannya, Nora Shen melancarkan tembakan ke arah pria bertopi dan seorang pria lainnya itu seperti kesetanan.

“Dor! Dor! Dor!” kembali terdengar bunyi tembakan bertubi-tubi di jalan itu.

Andri Chen tak sanggup menoleh melihat ke belakang, karena Nora Shen berbuat demikian demi melindungi dirinya agak bisa pergi, waktu dia meninggalkan jalanan itu, menggantung penuh airmata di sudut matanya.

Andri Chen sudah berlari sangat jauh, tapi juga tidak sanggup menoleh ke belakang, barulah setelah suara tembakan dari arah jalan itu berhenti, dia menoleh melihat, dia tahu Nora Shen sudah kehabisan peluru, mungkin juga sudah dihabisi oleh orangnya Tuan Ketiga.

Dalam hatinya sangat sedih, airmatanya sudah seperti banjir yang keluar dari tanggul, tapi di saat ini dia tidak boleh karena sedih lalu kehilangan akal sehatnya, karena pengorbanan yang telah diberikan Nora Shen hari ini adalah demi Andri Chen bisa mengurus kedua orangtuanyam dan juga memikirkan cara untuk menyelamatkan Yuni, serta menggantikan Nora Shen membalas dendam dengan membunuh Tuan Ketiga.

Berpikir sampai di sini, Andri Chen meneruskan berjalan tanpa henti, otaknya kacau, tidak tahu dirinya berjalan ke mana, lagipula seluruh kota Nanjing sekarang terdengar suara sirine polisi yang memekakkan telinga, bahkan ada mobil polisi yang melaju cepat lewat di sampingnya menuju ke arah jalan tempat kejadian tersebut.

Andri Chen belum pernah sefrustasi ini sebelumnya, memandang jalan di depannya, dia tidak tahu harus pergi ke mana, otaknya kosong, terbayang kembali perkataan Nora Shen kepadanya tadi, hatinya semakin susah, bahkan untuk bernafas pun terasa berat.

Andri Chen berjalan tanpa arah tujuan di kota Nanjing, berjalan sekian lama, dia pergi ke tepian sungai, duduk di sana menangis sedih.

10 menit kemudian, Andri Chen menghapus airmatanya, karena dia tidak boleh menyerah begini, Yuni masih ada dalam bahayam kalau dia tidak segera memikirkan cara untuk menyelamatkannya, dikhawatirkan dia pun akan sama seperti Nora Shen, meninggalkan dirinya.

Dia tidak berani membayangkan hal yang belum terjadi, dia juga tidak tahu langkah selanjutnya harus bagaimana, Rico Wang sudah mati atau masih hidup dia tidak tahu, Tuan Ketiga bersembunyi di mana, dia lebih-lebih tidak tahu, bahkan sekarang seluruh kota Nanjing adalah orang-orangnya Tuan Ketiga, bahkan semua anak buahnya Nora Shen, satu persatu menghilang, keberadaan ayah ibunya sendiri dia terlebih tidak tahu, karena tadi terlalu buru-buru, sama sekali lupa untuk menanyakannya.

Saat ini pikiran Andri Chen sungguh kacau, dia harus menenangkan pikirannya, dia tidak bisa menyerah begini, harus terus melawan Tuan Ketiga, jika tidak sia-sialah pengorbanan Nora Shen.

Jadi, seperti biasa menyalakan sebatang rokok, duduk di pinggir sungai merenung sambil mengamati perahu yang berlayar di sungai.

Asap rokok Andri Chen mengepul naik, juga membuatnya berpikir lebih jernih akan banyak hal, sekarang situasi yang dihadapinya sangat berbahaya, orangnya Tuan Ketiga pasti sedang memikirkan cara untuk menemukan dirinya, dia harus bersembunyi, menghilang dari pengamatan Tuan Ketiga, dengan begini baru ada kesempatan untuk membalikkan kekalahan menjadi kemenangan.

Pada akhirnya, Andri Chen mematikan sisa rokoknya, dia sudah berhasil memikirkan suatu cara, bisa menyembunyikan dirinya.

Setengah jam kemudian, Andri Chen pergi ke jembatan Nanjing di dekatnya, di kolong jembatan Nanjing ini adalah sebuah tempat berkumpulnya para gelandangan dan pengemis, di sini ada sekitar puluhan orang, baju mereka compang camping, lagipula badannya kotor dan bau, bau orang-orang seperti ini memang membuat orang tidak tahan, kebanyakan orang mencium bau seperti ini, kepengen muntah rasanya, terlebih tidak mungkin ada orang yang akan mencoba mendekati mereka.

Andri Chen waktu baru datang ke sini pun ada pemikiran yang sama, mencium bau badan gelandangan yang sangat aneh itu dia hampir muntah, tapi demi menyembunyikan dirinya, dia harus menyamar sebagai gelandangan, lagipula harus punya bau badan yang spesial seperti para gelandangan ini, kalau tidak orangnya Tuan Ketiga akan dengan cepat menemukannya.

Jadi, Andri Chen membeli pakaian dari gelandangan, waktu gelandangan itu menanggalkan pakaiannya, dan dia bersiap mengenakannya, tapi tercium bau yang sangat menyengat itu, dia langsung muntah, lebih hebat muntahnya daripada karena mabuk arak.

Tapi teringat kematian Nora Shen, hilangnya jejak Yuni, dia mengatupkan giginya dan berusaha bertahan, kalaupun lebih bau dari ini dia harus lanjut, kalau dia sampai mati, semuanya habis, dendam Nora Shen tidak terbalaskan, bahkan Yuni dan orangtuanya pun akan ikut mati.

Demi mengenakan pakaian gelandangan ini, Andri Chen menghabiskan waktu berjam-jam, setelah seluruh pakaian ini berhasil dipakainya, dia hampir-hampir pingsan saking baunya, tapi dia harus berusaha keras bertahan, belajar penampilan dan gerak gerik gelandangan.

Satu jam kemudian, di kolong jembatan Nanjing Andri Chen menemukan sebuah tempat yang sangat tersembunyi, uang dan jam tangan Rolex yang sangat penting dan berharga disembunyikannya di sana, karena semua ini adalah barang-barang yang sangat penting, kalau sampai hilang, seumur hidup Andri Chen tidak ad acara untuk menemukan kembali masa lalunya.

Ketika Andri Chen sudah mengatur semuanya dengan baik, ketika kali ini dia dengan berpakaian gelandangan muncul di jalanan Nanjing, dia terkejut mendapati polisi ada di mana-mana di kota Nanjing ini, mereka terlihat sedang mencari sesuatu, dia juga diam-diam pergi ke jalanan tempat kejadian, jalanan itu telah kembali menjadi sunyi, beberapa mobil tadi sudah tidak ada, dia juga tidak tahu mayat Nora Shen dibawa ke mana.

Cepat sekali malam tiba, Andri Chen yang berpakaian gelandangan itu bersin-bersin, karena kota Nanjing malam ini suhunya turun dan berangin, dia merasa agak kedinginan, ingin mencari tempat untuk bermalam, pikir-pikir, tidak ada tempat lain, dia lalu berencana kembali ke Komunitas Xin Hua dan bermalam sementara di sana.

Tetapi, ketika Andri Chen tiba di Komunitas Xin Hua, dia hampir saja kehilangan nyawanya.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu