My Charming Lady Boss - Bab 419 Menggoncang Dunia

Andri Chen bermimpi, di dalam mimpinya ada Yuni Lin, Rico Wang, ayah ibunya, bahkan masih ada pula beberapa orang-orang yang dikenalnya yang dia tidak tahu namanya, dia sepertinya berada di sebuah tempat yang asing, bertemu dengan orang yang katanya adalah Tuan Ketiga, dia belum mengerti mengapa demikian, Tuan Ketiga menggunakan sebuah senjata menembak ibunya.

“Dor!” bunyi tembakan satu kali, langsung membangunkannya dari mimpi.

Andri Chen terbangun dari mimpinya, duduk di kolong jembatan terengah-terengah, di dahinya keluar banyak keringat dingin, dalam otaknya masih terbayang mimpinya tadi, tapi dia melihat ke sekelilingnya, didapatinya dirinya duduk di kolong jembatan Nanjing, di samping-sampingnya masih tertidur tidak sedikit gelandangan dengan pakaian compang camping mereka.

Sesaat setelah dia lebih tenang, dia barulah menyadari hujan semalam telah reda, tapi hari ini seluruh Nanjing mendung, seakan masih akan turun hujan.

Pada waktu Andri Chen baru akan berdiri, dia merasa kepalanya sangat pusing, tidak tahu mengapa, baru saja berjalan 2 langkah, dia merasa dunia berputar, bahkan sedikit lagi dia terjatuh, lagipula dia merasa sekujur tubuhnya lemas tidak ada tenaga sama sekali, dan juga tidak bisa menahan bersinnya, sepertinya dia masuk angin.

Di saat ini perutnya lembek, Andri Chen sudah seharian tidak makan, sekarang ingin cari makan, tapi sekarang tenaga untuk berjalan saja tidak ada, bagaimana dia bisa pergi mencari makan.

Begitu duduk kembali di kolong jembatan itu, berpikir sejenak, barulah sambil memaksakan diri dia pergi ke tempat rahasia dia menyembunyikan jam tangannya, diambilnya lagi 4 lembar uang ratusan ribu, dia menyuruh salah seorang laki-laki yang belum lama terpaksa menjadi pengemis untuk membantunya membelikan sedikit makanan, sekalian membelikan obat masuk angina untuknya, tidak disangkanya dia langsung mengiyakannya.

Andri Chen memberikan 400 ribu kepada laki-laki yang terlihat lebih bersih, setelah orang itu pergi, Andri Chen hanya bisa duduk menanti dengan sabar di kolong jembatan.

Satu jam berlalu, Andri Chen belum melihat pengemis itu kembali.

Dua jam sudah berlalu, dia tetap tidak melihat sosok pengemis itu datang, dia mulai curiga, jangan-jangan pengemis ini membawa kabur uangnya?

400 ribu di mata Andri Chen bukanlah uang besar, tapi di mata pengemis itu, itu adalah jumlah yang sangat besar.

Sampai pagi itu lalu, pengemis itu tidak kunjung kembali, Andri Chen barulah percaya pengemis itu demi 400 ribu sudah kabur.

Saat ini Andri Chen sudah kelaparan sampai kedua mata berkunang-kunang, dia tidak tahu apakah ini karena dia lapar atau karena sakitnya yang semakin parah.

Tengah hari Andri Chen sudah tidak bisa bertahan lagi, jalan satu-satunya mengandalkan tenaga paling terakhirnya, berjalan tertatih perlahan ke tempat rahasia dia menyembunyikan jam tangan beserta uang miliknya, dia mencari-cari, dilihatnya di dalam dompetnya hanya tersisa 2 lembar uang seratus ribu, waktu dia pergi membawa uang tersebut, sambil dia membawa kartu atm nya, dia harus pergi mengambil uang, kalau tidak dia betul-betul bisa mati kelaparan di kolong jembatan itu.

Demi bisa terus hidup, dia harus mengisi perutnya.

Jadi, Andri Chen membawa uang 200 ribu ini, pergi ke toko roti terdekat, pada waktu pemilik toko roti melihat Andri Chen yang begitu bau dari ujung rambut sampai ujung kaki, segera dengan sikap jijiknya mengusir Andri Chen.

Sampai pada waktu Andri Chen mengeluarkan lembaran uangnya, pemilik toko roti itu mengambil uangnya, tapi tidak memberikan roti kepada Andri Chen, masih juga memaksa pergi.

Andri Chen melihat roti yang begitu harum menggugah selera, dia sesungguhnya sudah tidak bisa lagi menahan rasa laparnya, direbutnya beberapa buah roti lalu segera mulai berlari pergi, sambil berlari, tidak hentinya memasukkan roti ke dalam mulutnya, kalau saja pemandangan seperti ini direkam, berani jamin, Andri Chen tidak bisa mempercayainya bahwa ini adalah dirinya.

Tapi, Andri Chen yang sedang sakit mana bisa berlari lebih cepat daripada karyawan toko roti, ditambah lagi dia seharian tidak makan apa-apa, tenaganya sudah sampai di titip terendah, lari tidak berapa lama, tubuhnya terhuyung-huyung, langsung rubuh ke tanah, karyawan toko roti yang berhasil mengejarnya mulai memukul dan menendang Andri Chen, dia hanya bisa menggunakan kedua tangannya melindungi kepalanya.

Dia ingin melawan, tapi juga takut mengundang kedatangan polisi, karena kalau polisi menemukan dia, itu artinya orang-orangnya Tuan Ketiga pun akan menemukannya, sampai di saat itu, masalah bagi Andri Chen akan datang bertubi-tubi.

Jadi, Andri Chen hanya bisa bertahan, dia juga tidak tahu orang-orang ini memukul dan menendangnya berapa lama, sampai orang-orang di jalan mengerumuni dan menonton, orang-orang ini barulah berhenti, ada orang yang menunjuk Andri Chen sambil memakinya: “Lain kali berani mencuri lagi, aku buat kamu mati!”

Tidak lama setelah itu, orang-orang ini satu demi satu meninggalkannya, hanya tinggal Andri Chen yang telungkup di atas jalanan tanpa ada orang yang peduli padanya, sekujur tubuhnya terluka, tapi sama sekali tidak berhenti memakan roti di tangannya, melihat seperti ini orang-orang yang lewat pada waktu melihatnya sambil berlalu cepat-cepat, sebagian malah ada yang menutupi hidungnya, memandang Andri Chen dengan tatapan jijik.

Di saat ini, Andri Chen barulah merasakan betapa dinginnya dunia ini, juga sungguh-sungguh bisa mengerti kesedihan gelandangan dan pengemis.

Dia juga tidak ingin menjadi gelandangan, tapi kehidupan ini memaksanya dan tidak ada jalan yang bisa dia tempuh, satu-satunya seperti ini, barulah dia bisa bertahan hidup, satu-satunya seperti ii, barulah bisa menyelamatkan wanita yang paling dia cintai dan orang tua yang telah melahirkan dan memeliharanya, di bahunya terlalu banyak tanggung jawab yang diembannya.

Dalam satu suapan besar Andri Chen menelan roti yang hangat itu, dia merasa ini adalah roti terenak di seluruh dunia.

Selesai menghabiskan roti, dia berbaring sejenak di jalanan, sekujur tubuhnya terasa sakit membuatnya sedikit sulit untuk berdiri, tapi mengingat Yuni Lin yang kehilangan jejak, dia mengatupkan giginya, dicobanya untuk bangkit berdiri, baru saja berdiri dan meluruskan tubuhnya, dirinya kembali seketika terjatuh ke tanah lagi, dia merasa harapannya terlalu muluk sulit untuk terlaksana.

Pada akhirnya, Andri Chen hanya berbaring di tanah, memandang langit yang mendung, dia merasakan nafas kematian mendekat.

Tetapi, tidak tahu lewat berapa lama, Andri Chen yang tertidur setengah pingsan tiba-tiba terbangun, sinar matahari yang terik menusuk dan membuat kedua matanya sedikit sakit, telinganya mendengar suara bisik-bisik, dia tidak tahu apa yang telah terjadi, sampai dia membuka matanya lebar-lebar, barulah didapatinya dirinya berbaring dan dikerumuni oleh banyak orang di jalan.

Ada orang yang melihat Andri Chen membuka matanya, berkata dengan terkejut: “Dia sudah sadar.”

Mendengar perkataan ini, Andri Chen barulah mengerti, ternyata orang-orang ini mengira dia mati di pinggir jalan.

Andri Chen tidak tahu bagaimana dirinya bisa sampai pingsan, tapi melihat langit yang biru, dia tidak menyangka langit kota Nanjing sudah menjadi cerah, dia juga tidak tahu berapa lama dirinya tertidur, dia merasa tubuhnya hangat, lagipula tubuhnya dibanding sebelumnya lebih ada tenaga, kepala juga tidak begitu pusing lagi, hanya saja seluruh tubuhnya atas bawah masih agak sakit.

Di saat orang-orang di jalan itu satu-satu membicarakannya, Andri Chen tiba-tiba duduk, membuat kaget beberapa dari mereka yang melihatnya, beberapa wanita tampak mundur beberapa langkah.

Akhirnya, Andri Chen berdiri, berjalan pincang menuju ke jalan yang ada di depannya.

Setelah Andri Chen berjalan tidak berapa lama, berbunyi suara sirine yang memekakkan telinga, sebuah ambulans dengan lampu sirine merah birunya sudah sampai di lokasi kejadian, tapi bayangan tubuh Andri Chen sudah menghilang di tengah keramaian orang, tidak ada tahu dia pergi ke mana.

Kota Nanjing menjadi cerah, masuk anginnya Andri Chen juga sudah jauh membaik, pakaian yang menempel di tubuhnya pun sudah kering, dia bisa dikatakan sudah melewati malam yang dingin, sungguh tidak tahu bagaimana kalau sedang musim dingin, bagaimana gelandangan ini bisa bertahan, tapi itu masih lama, dia tidak berani memikirkannya, di jalanan dia melihat ke segala penjuru, dia sedang mencari bank, uangnya yang tinggal 200 ribu itu sudah direbut oleh pemilik toko roti yang jahat, lagipula dirinya mendapat pukulan, suatu hari nanti, dia pasti akan membereskan toko roti ini.

Berjalan beberapa saat, Andri Chen melihat sebuah bank, seketika muncul harapan, dia mengeluarkan kartu atm penyelamat hidupnya, segera dia masuk ke galeri atm, memasukkan kartu atm nya, dan memasukkan pin nya, tapi pada waktu mesin atm menambilkan sisa saldonya, Andri Chen terheran-heran menemukan kartu atm nya ternyata sudah dibekukan.

Dia tidak tahu mengapa bisa jadi begini, tapi mesin atm ini menunjukkan, kartu atm ini dibekukan, uang yang ada di dalam tidak dapat diambil, bagaimana dia bisa melewati hari-harinya ke depan?

Berpikir ini, Andri Chen mulai merasa sedih, tapi dia juga tidak bisa diam lebih lama lagi di dalam galeri atm ini, kalau sampai ketahuan orang, bisa repot.

Jadi, mumpung orang di bank tidak banyak Andri Chen sesegera mungkin meninggalkan bank.

Dia berjalan di jalanan, tidak tahu hari-hari selanjutnya dia harus bagaimana melewatinya, barusan beberapa roti itu sudah mengenyangkannya, tapi hari-hari ke depan harus bagaimana, dia tidak punya uang, sebelum orangnya Tuan Ketiga menemukannya, dia sudah mati kelaparan duluan.

Andri Chen berpikir lama, tiba-tiba teringat Dairy Garden, karena Hendy Wang bisa membantunya.

Jadi, Andri Chen melangkah menuju ke Daerah Park Central, kira-kira dia sudah berjalan satu jam lebih, barulah sampai di dekat Daerah Park Central, tapi waktu berjalan sampai di Milky Building, sebuah peristiwa yang tidak terpikirkan sama sekali olehnya terjadi.

Tulisan besar Dairy Garden sudah hilang dari atas gedung, berganti menjadi Grand City

Melihat pemandangan seperti ini, hati Andri Chen sangat terkejut, tak hentinya bertanya pada diri sendiri, bagaimana ini sampai terjadi, bagaimana perusahaannya sendiri bisa berubah menjadi Grand City, sebenarnya apa yang telah terjadi? Dia sangat ingin mencari tahu.

Ketika dia berjalan sampai ke depan pintu mall, Andri Chen mendapati petugas kebersihannya juga sudah berubah, seorang satpam berseragam segera keluar, mengusir Andri Chen.

“Hai pengemis, pergi kamu! Badanmu begitu bau, jangan berdiri di sini, pergilah ke restoran sana meminta-minta.” Satpam sambil menutup hidungnya mengusir Andri Chen dengan perasaan jijik.

Sebelum Andri Chen pergi, tidak lupa bertanya kepada satpam: “Kakak, bukankah di sini adalah Dairy Garden? Mengapa berubah menjadi Grand City?”

Satpam masih dengan menutup hidungnya dan terus tampak jijik menjawab: “Apaan sih Dairy Garden, aku tidak tahu, cepat kamu pergi! Kalau masih tidak pergi juga, aku tidak akan segan-segan kepadamu, kamu bau sekali, cepat menyingkir!”

Andri Chen tidak ingin pergi, takut satpam menggunakan kekerasan, karena dia sudah terluka di mana-mana, kalau kena pukul lagi, dia bisa mati.

Tanpa berbuat lebih jauh, Andri Chen hanya bisa memilih untuk pergi, dengan perasaan tidak rela memandangi gedung Dairy Garden, hatinya dipenuhi banyak pertanyaan, tapi tidak ada orang yang bisa menjelaskan padanya, dia ingin menelepon Hendy Wang, tapi tanpa uang sepeser pun, bisa diperkirakan belum sampai di telepon yang ada di supermarket, dia sudah diusir orang.

Dia sudah mengenal Hendy Wang begitu lama, dia bahkan tidak tahu Hendy Wang tinggal di mana, lagipula semenjak setelah Hendy Wang menjabat sebagai manajer Dairy Garden, terjadi banyak perubahan yang mengguncangkan dunia pada dirinya, pasti punya rumah baru, bahkan sudah menikah dengan Dea.

Hari-hari ini, disibukkan dengan urusan-urusan lainnya, dia juga tidak menelepon menanyakan masalah-masalah di dalam perusahaan, ini baru lewat beberapa waktu, gedung perusahaan sudah berubah menjadi Grand City, sebetulnya apa yang telah terjadi, Andri Chen sungguh bingung.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu