My Charming Lady Boss - Bab 261 Hotel Nanjing

Bersamaan dengan rencana laba-laba, Andri Chen juga membangun sebuah departemen baru---Departemen penjualan online.

Tugas utama departemen ini adalah mengurus semua hal mengenai rencana laba-laba, terlebih lagi Andri menempatkan Steven Jiang dan Hendy Wang di departemen baru ini, menugaskan mereka mengurus pengiriman dan gudang, berharap mereka bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat.

Rossa Du yang sedang mengandung juga tidak bersantai, demi platform penjualan perusahaan, dia juga ikut sibuk.

Andri ingin ikut membantu, tapi karena kakinya terluka, dia tidak bisa membantu, hanya bisa duduk di perusahaan dan menjadi otak dari rencana kali ini, sekalian mendesain iklan, karena begitu berhasil membangun platform online, maka langkah selanjutnya adalah iklan.

Tepat saat ini, telepon kantor Andri mendadak berbunyi, dia langsung mengangkat tanpa melihat siapa yang menelepon, "Halo!"

Dari speaker telepon terdengar suara Dea yang familiar, dia langsung memanggil Andri dengan panggilan mesra: "Bang Andri, di meja depan ada seorang tante-tante yang mencarimu!"

Semenjak kedua perusahaan bergabung menjadi satu, Dea sudah meninggalkan jabatannya sebagai seorang penerima tamu dan menjadi sekretaris Andri.

Mendengar perkataan Dea, Andri terdiam sejenak, bertanya dengan bingung: "Tante-tante?"

Dea menjawab: "Bang Andri, benar, dia berkata bahwa dia adalah ibu angkatmu."

Mendengar Dea berkata seperti itu, Andri pun akhirnya mengerti, kemudian memesan Dea: "Cepat bawa dia masuk ke kantorku."

"Baik, Bang Andri." Dea menjawab dengan ramah kemudian menutup telepon.

Tidak sampai semenit, terdengar suara ketukan pintu kantor Andri, dia mendongak dan menjawab: "Masuk!"

Dea yang memakai baju kerja membawa Diana Lu masuk ke kantor Andri, ketika Diana melihat Andri, dia lebih dulu melihat sekilas kantor Andri yang berkelas, berkata memuji: "Andri! Pertama kali melihatmu, aku sudah tahu kamu pasti akan sukses, lihat-lihat kantormu ini, masih lebih luas dari punyaku!"

Mendengar pujian Diana, Andri tersenyum, segera bertanya dengan ramah: "Ibu angkat, kamu kenapa kesini?"

Diana baru mengarahkan tatapannya ke arah Andri, menjawab dengan penuh kasih sayang: "Ibu angkatmu ini pas lewat sini, jadi kesini lihat-lihat kamu."

Andri langsung memesan Dea yang berdiri di belakang Diana dengan lembut: "Dea, cepat pergi buat teh untuk Ibu angkat!"

"Baik, Bang Andri, kalian ngobrol dulu." Dea mengangguk, kemudian berbalik badan keluar dari kantor, dan sekalian membantu Andri menutup pintu kantor.

Diana pun berkata dengan sopan: "Andri, aku hanya duduk sebentar, tidak usah serepot itu."

Andri awalnya bermaksud berdiri, tapi karena masalah kakinya, dia hanya berkata dengan nada maaf: "Ibu angkat, duduklah!"

Andri baru saja selesai berbicara, Diana langsung sadar ada yang aneh dengan kaki Andri, dia segera menunduk melihat dan langsung mengetahui alasannya, dia bertanya bingung: "Andri, ada apa dengan kakimu?"

Andri menjawab dengan santai: "Tidak apa-apa, hanya kecelakaan kecil."

Diana pun langsung merasa sedih, bertanya: "Kamu ini, kenapa begitu tidak hati-hati? Siapa yang melakukannya? Dia....."

Diana bertanya dari awal sampai akhir, tapi dari percakapan ini, ada satu yang bisa dipastikan, Diana benar-benar sangat menyayangi Andri.

Mengungkit luka di kakinya, Andri sangat ingin memukul Komandan Lu, karena hal ini disebabkan olehnya, tapi di depan Diana, dia hanya bisa berbohong: "Ibu angkat, kamu tidak usah khawatir, masalah ini sudah diselesaikan, lukaku ini tidak terlalu parah, lewat beberapa hari juga sembuh."

Diana lagi-lagi berkata dengan sedih: "Andri, kakimu luka sampai seperti ini, kamu seharusnya istirahat di rumah, lepaskan dulu masalah perusahaan sejenak, kalau tidak serahkan ke bawahan."

Andri tetap memasang ekspresi santai, berkata: "Ibu angkat, benar-benar tidak apa-apa."

Tepat saat ini, Dea mengetuk pintu kantor kemudian berjalan masuk dan meletakkan gelas teh yang sudah dia siapkan di depan Diana, dia juga mengikuti Andri dan berkata: "Ibu angkat, minum teh."

Diana berkata dengan sangat segan: "Terima kasih, terima kasih."

"Sama-sama." Dea menjawab, kemudian keluar dari kantor.

Andri segera berkata: "Ibu angkat, coba teh kantor kita."

Diana tidak terburu-buru meminum teh, malah mengambil tehnya ke depan hidungnya dan mencium aroma teh, kemudian berkata dengan senang: "Teh ini lumayan."

Andri tahu Diana suka minum teh hitam, teh hitam di kantor ini diberikan oleh seorang customer, berkata bahwa teh ini adalah teh hitam kelas atas, tidak bisa dibeli di toko teh biasa, Andri tidak begitu tahu masalah teh, tapi dia pernah meminumnya sekali, teh ini memang bagus, seharusnya cocok dengan selera Diana.

Mendengar jawaban Diana, Andri pun lansung mengeluarkan daun teh yang sudah dipersiapkan dari laci meja, dan menyerahkannya kepada Diana, berkata: "Ibu angkat, anak angkatmu ini tahu kamu suka minum teh, teh ini kuberikan untukmu sebagai tanda berbakti."

Melihat bungkusan daun teh ini, Diana sangat terharu, karena dia secara tulus menyukai Andri, dari dalam hati menganggap Andri sebagai anak kandungnya sendiri. Tapi, mengingat putrinya yang tidak berguna itu, dia pun merasa sedih, betapa baiknya kalau Andri benar bisa menjadi menantunya.

Tapi, Andri tidak menyangka Diana akan menangis.

"Ibu angkat, kamu kenapa?" Andri tidak tahu harus melakukan apa.

Diana menghapus air matanya, mendongak dan berkata secara langsung: "Andri, betapa baiknya kalau Sisca sepenurut kamu."

Mengungkit hal Sisca, Andri tahu Diana merasa sedih, karena bagaimanapun Diana adalah ibu kandung Sisca, sekarang Sisca ada di penjara, tidak mungkin Diana tidak merasa sedih.

Andri hanya bisa menghibur Diana: "Ibu angkat, Sisca adalah seorang polisi yang baik, aku sangat menghormatinya, perempuan lain hanya memikirkan ingin melewati hidup yang nyaman, tapi dia! malah ingin membasmi kejahatan, sepenuh hati ingin melayani rakyat, ibu angkat seharusnya senang mempunyai putri sehebat Sisca."

Mendengar perkataan Andri, Diana tiba-tiba merasa emosi, berkata: "Andri! Tantemu ini sudah hidup setengah abad, mana mungkin aku tidak mengerti hal ini? Dia memang adalah seorang polisi yang baik, tapi apa gunanya? Sekarang di penjara, siapapun tidak bisa menolongnya, aku sebagai ibunya sakit hati! Dulu ketika dia masuk sekolah kepolisian, demi menjadi seorang polisi, dia mengikuti pelatihan yang kejam, berusaha sekuat tenaga, akhirnya berhasil menjadi polisi, tapi sekarang mau hidup di penjara selama 3 tahun...."

Ketika berbicara sampai sini, Diana tidak bisa mengontrol emosinya, air mata di sudut matanya mengalir turun tanpa bisa ditahan.

Andri segera menyerahkan tisu, terus menghibur Diana: "Ibu angkat, aku mengerti."

Diana menghapus air matanya, baru teringat tujuannya kesini hari ini, dia pun mengubah topik dan berkata: "Oh iya, Andri, hampir saja lupa mengatakan masalah utama."

"Apa, ibu angkat?" Di dalam hati, Andri menebak, hal ini pasti ada hubungannya dengan Sisca.

Diana tidak terburu-buru berbicara, dia mengeluarkan sebuah ponsel tiruan dari tas genggamnya, langsung menyerahkannya kepada Andri, berkata: "Adikku menyuruhku menyerahkan ponsel ini kepadamu."

Melihat ponsel yang diserahkan Diana, Andri langsung mengerti: "Baik, aku mengerti."

Diana melihat jam tangannya, berkata: "Aku masih ada urusan, aku pergi dulu, kamu istirahat dengan baik, ada perlu apa, beritahu ibu angkat."

"Baik. Ibu angkat." Andri menjawab, melihat Diana bermaksud pergi, dia langsung menelepon dan memesan: "Dea, kemari bantu aku antar Ibu angkat."

"Baik, bang Andri." Tidak lama kemudian, Dea pun masuk ke kantor.

Dea dengan hormat mengundang Diana: "Ibu angkat, sini saya antar."

Sebelum meninggalkan kantor, Diana melambaikan tangannya ke arah Andri sebagai tanda salam perpisahan.

"Ibu angkat, hati-hati di jalan!" Andri juga melambaikan tangan.

Diana pergi tidak sampai setengah jam, ponsel tiruan yang diberikannya kepada Andri mendadak berbunyi, Andri mengambil ponsel dan melihat, dengan kaget melihat tidak ada nomor di layar ponsel, sang penelepon sepertinya sudah memblokir nomornya.

Andri melihat sejenak, kemudian mengangkat telepon: "Halo!"

Baru saja halo, dari speaker telepon terdengar suara yang familiar: "Andri, aku tunggu kamu di pelabuhan nomor 1."

Kemudian, Komandan Lu segera menutup telepon, Andri baru saja mau berbicara, tapi sudah tidak ada kesempatan.

Dia berpikir sejenak di kantor, akhirnya menggertakkan gigi dan berjalan keluar dari kantor dengan langkah pincang, dan mengendarai mobil Audi Rossa langsung ke pelabuhan nomor 1.

Ketika Andri sampai ke pelabuhan nomor 1, dia tidak melihat sosok Komandan Lu, dia tidak tahu apakah Komandan Lu sudah sampai atau belum.

Tepat saat ini, ponsel yang diberikan Komandan Lu kepadanya itu lagi-lagi berbunyi, nomor telepon tetap terblokir, dia tidak berpikir banyak, segera mengangkat telepon: "Halo!"

Komandan Lu menjawab: "Aku berada di atas kapal tepat di depanmu."

Andri langsung melihat ke arah sungai yang ada di depannya, dia melihat sebuah kapal besar yang sedang berhenti di tepi sungai, di atas kapal ada tulisan besar-----Hotel Nanjing.

Kapal ini berhenti di tepi sungai, tujuannya adalah untuk dinaiki oleh para pengunjung, Komandan Lu mengajak Andri bertemu diatas kapal ini, mungkin adalah pilihan paling aman, karena identitas Komandan Lu sedikit spesial.

Melihat kapal ini, Andri segera menutup telepon, kemudian membuka pintu mobil, berjalan ke arah kapal dengan langkah pincang.

Setelah naik kapal, Andri dibawa ke sebuah ruangan oleh bos kapal.

Ketika membuka pintu ruangan, Andri langsung melihat Komandan yang memakai pakaian formal, dia memakai kacamata hitam, ketika dia melihat Andri, dia baru melepas kacamatanya, dan memanggil Andri dengan ramah: "Andri!"

Andri mengangguk, Komandan Lu pun memesan bos kapal: "Tuan Liu, kamu pergi sibuk saja!"

"Baik, kalian ngobrol." Bos kapal yang dipanggil Tuan Liu pun berbalik badan keluar dan menutup pintu.

Saat ini, Komandan Lu baru mengarahkan pandangannya ke kaki Andri, ketika dia baru mau berbicara, Andri tiba-tiba mengepalkan tangannya, kemudian meninju wajah Komandan Lu dengan keras, Komandan Lu langsung terjatuh di lantai.

Ketika Komandan Lu bangun duduk di lantai, sudut bibirnya pun berdarah.

Ketika Andri bermaksud terus memukul, Komandan Lu mendadak berkata dengan nada memohon: "Andri, kamu boleh memukulku sesuka hatimu, tapi bolehkah kamu mendengarkan perkataanku dulu?"

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu