My Charming Lady Boss - Bab 424 Menahan Malu

Satu hal Andri Chen yakini adalah wanita bernama Felicia Xia itu tidak baik bagi Futari Tsu. Andri Chen masih belum tahu apa yang sedang direncanakan oleh dua orang itu.

Ketika Futari Tsu menutup teleponnya, Andri Chen langsung bertanya, “Apa Felicia Xia meneleponmu?”

Futari Tsu mengangguk, “Ya. Dia bilang dia sedang jatuh cinta. Pacarnya mengidolakanku. Dia mengundangku untuk makan malam dengannya.”

Andri Chen berfirasat kalau makan malam itu hanyalah jebakan. Dia tidak tahu apa yang akan dihadapi Futari Tsu mala mini.

“Futari, kamu sebaiknya jangan datang.”

“Mengapa?” Futari Tsu tampak bingung.

“Futari, aku khawatir dengan rencana Felicia Xia. Aku tahu dia sahabat baikmu, tapi kadang kamu perlu untuk waspada supaya kamu tidak menyesal ketika dia benar merencanakan sesuatu yang buruk padamu.”

Futari Tsu tahu Andri Chen khawatir, namun dia yakin Felicia Xia bukan orang semacam itu. Mereka sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Beberapa tahun ini, Felicia Xia sudah merawatnya selayaknya seorang adik. Felicia Xia sudah banyak membantunya bertahan hidup dalam industri ini.

Andri Chen juga sama baik hatinya. Futari Tsu juga mengenalnya dengan baik, “Oh, Paman! Bagaimana kalau kamu datang denganku malam ini?”

Andri Chen tidak menolaknya. Dia juga ingin melihat rupa Felicia dan Kak Xu. Dia akan berusaha memperingatkan mereka berdua jika mereka berencana melukai Futari Tsu.

“Baiklah!” Andri Chen menyetujuinya.

Futari Tsu lanjut mengemudikan mobilnya. Ini pertama kalinya Andri Chen mengunjungi kota ini. Kota Qu Yang tampak biasa saja dibanding dengan Kota Nanjing, tapi kota ini memberi kesan damai pada Andri Chen. Jalannya terlihat bersih, juga tidak sesesak Nanjing.

“Paman, kamu harus mencoba hidangan kelinci khas kota ini. Aku pernah memakannya, enak sekali.”

Andri Chen bisa memakan apa saja karena saat ini dia sedang sibuk memikirkan beberapa hal lain. Dia sedang memikirkan kabar orang tuanya dan Yuni Lin. Dia tidak tahu bagaimana kondisi mereka saat ini. Sebenarnya, Andri Chen juga tidak tahu harus bagaimana.

Andri Chen merasa enggan menolak undangan Futari Tsu. Jadi, dia terpaksa menyetujuinya.

“Baguslah!”

Futari Tsu sibuk mengemudikan mobilnya. Andri Chen sibuk memikirkan langkah berikutnya. Dia tidak tahu apakah anak buah Tuan Muda Ketiga mengikutinya ke Kota Qu Yang atau tidak. Apa mereka berusaha mencarinya melalui Futari Tsu? Banyak orang tahu hubungannya dengan Futari Tsu.

Sepuluh menit kemudian, Futari Tsu mengemudikan mobilnya dengan lambat. Dia lalu menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran. Andri Chen melihat keluar jendela mobil. Banyak orang datang ke restoran itu untuk makan hidangan kelinci ini. Jika orang-orang melihat Futari Tsu makan di tempat itu, apa yang harus dia lakukan? Andri Chen tidak ingin insiden Kota S terulang lagi. Andri Chen masih mengingatnya karena mereka kehilangan Kak Desi karena kejadian itu.

Sebelum Futari Tsu membuka pintu mobilnya, Andri Chen menghentikannya, “Futari, ada banyak orang disini. Bagaimana jika mereka mengenalimu?”

Futari Tsu lupa akan hal itu. Dia lalu ragu sambil melihat pintu restoran di depannya, “Tapi, aku benar-benar menginginkan hidangan kelinci ini.”

Andri Chen melunak, “Hidangan apa yang kamu suka?”

“Apa?” Futari Tsu kebingungan.

“Aku akan turun dari mobil dan membelikan hidangan favoritmu. Aku akan membungkusnya, setelah itu kita bisa makan bersama.” ujar Andri Chen.

“Baiklah! Bagaimana bisa aku lupa kalau restoran ini selalu ramai?”

“Kamu tunggu aku disini. Jangan keluar. Aku akan kembali secepat mungkin.” Ujar Andri Chen khawatir. Futari Tsu datang ke Kota Qu Yang diam-diam untuk membuat film. Jika satu kota tahu Futari Tsu datang ke tempat ini, mereka akan langsung heboh. Andri Chen tidak tahu bagaimana Futari Tsdu bisa seterkenal sekarang. Apa anak muda jaman sekarang menyukai bintang macam Futari Tsu? Dia tidak paham.

Di mata Andri Chen, Futari Tsu masih seorang gadis kecil.

Futari Tsu merasakan hal yang sama. Setiap Andri Chen muncul, dia seakan kembali ke masa-masa belianya. Dia suka berlagak manja didepannya. Di mata Andri Chen, dia masih seorang bocah. Jika bukan karena Andri Chen, dia pasti sudah mati.

“Baik. Cepatlah!” ujar Futari Tsu.

Andri Chen pun turun dari mobil dan masuk ke restoran itu.

Ketika Andrti Chen berjalan melewati kerumunan itu, tidak ada lagi yang menatapnya dengan jijik. Sebaliknya, banyak wanita yang menatapnya sambil berbisik, “Wow! Ada pria tampan!”

Andri Chen telah berubah dari laki-laki tampan menjadi pria dewasa. Ketika dia mengenakan setelan formal, dia terlihat jauh lebih stylish daripada model prianya. Saat ini, banyak gadis belia yang menyukainya. Mereka menganggap Andri Chen adalah seorang bintang.

Sebaliknya, Andri Chen tidak peduli dengan penampilannya. Dia juga tidak peduli wanita secantik apa yang menginginkannya karena di hatinya hanya ada Yuni Lin seorang.

Andri Chen pun masuk ke restoran itu.

Restoran itu bernama Qu Yang Rabbit Pot. Desain restoran ini cenderung sederhana, namun hidangannya sangat terkenal. Ketika dia masuk, dia mendapati meja-mejanya penuh dengan pelanggan. Restoran itu diterangi cahaya remang-remang. Musik hip-hop mengalun dibalik layar. Tampak antrean panjang di depan kasir.

Dia tidak tahu seenak apa hidangan di tempat ini hingga tempat ini penuh sesak. Futari Tsu bahkan sangat ingin menyantap hidangan kelincinya saat itu juga. Andri Chen juga ingin mencicipinya.

Andri Chen berjalan ke kasir, “Halo. Apa bisa bungkus satu porsi?”

Karyawan kasir menoleh ke Andri Chen, “Tentu, tapi Anda harus menunggu sebentar.”

“Baiklah.”

Karyawan kasir memberi daftar menunya ke Andri Chen, “Silakan pilih hidangannya.”

Andri Chen melihat menu itu dan mendapati ada banyak rasa untuk hidangan kelincinya. Pedas, asam, dan masih banyak lainnya. Dia tidak tahu rasa apa yang Futari Tsu sukai. Dia lalu meraih ponselnya dan menelepon Futari Tsu.

“Halo. Paman?”

“Futari, kamu suka rasa apa?”

“Pedas!”

“Baiklah. Kamu tunggu aku di mobil. Aku akan membungkusnya.” Andri Chen memesan lalu menutup teleponnya.

Dia lalu berdiri disamping kasir sambil menunggu pesanannya. Dia melihat ke sekeliling restoran yang penuh sesak itu. Untung saja dia tidak membawa Futari Tsu kedalam. Jika dia membawanya kedalam, seisi ruangan akan heboh dan nama Futari Tsu akan muncul di tajuk utama berita esok harinya karena reporter sudah lama memburunya di hotel-hotel berbintang lima di Kota Qu Yang.

Setelah menunggu lama, pesanannya tidak kunjung datang. Dia lalu menyalakan cerutunya. Dia belum merokok beberapa hari ini. Dia merasa nyaman setelah menghisap cerutunya.

Tiba-tiba, seorang pria berteriak, “Pelayan! Pelayan!”

Pelayan yang sedang sibuk menjawab, “Ya, Tuan.”

“Pelayan!” suara pria itu semakin kencang. Dia menarik perhatian pelanggan di dalam restoran itu. Kini semua orang menatapnya.

“Panggil bos-mu!” ujar pria itu dengan geram.

Pelayan itu terkejut, “Tuan, bos kami tidak ada disini. Saya akan meminta manajer lobi untuk menjelaskan semuanya pada Anda.”

“Manajer lobi apa? Aku ingin bertemu dengan bos-mu! Apa kamu tuli?” teriak pria itu. Pelanggan lain menghentikan aktivitasnya dan menatap pria berisik itu. Mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Wanita dengan setelan formal bergegas masuk ke restoran. Dia meminta maaf dengan sopan pada pria itu, “Maafkan kami, Tuan. Maafkan pelayanan kami yang buruk. Jika Anda ada masalah, Anda bisa memberi masukan pada kami.”

Pria itu mengabaikannya, “Apa kamu tuli? Panggil bos-mu!”

Manajer lobi ingin menjelaskan sesuatu, namun pria itu malah membanting gelas.

Suara gelas yang pecah itu mengejutkan manajer lobi. Dia lalu berkata dengan lirih, “Baiklah, Tuan. Saya akan segera memanggil bos.”

Manajer lobi itu berjalan ke kasir. Wanita dengan setelan formal lain menghampirinyay, “Manajer Tan, ada apa?”

Manajer lobi itu juga sama bingungnya. Dia menggelengkan kepalanya, “Aku juga tidak tahu. Panggil bos segera.”

Ketika pelayan itu hendak mengatakan sesuatu, dia melihat sesuatu di luar jendela restoran. Mobil BMW merah berhenti di depan restoran, “Sepertinya bos telah kembali. Manajer Tan, itu mobil bos, ‘kan?”

“Tunggu disini. Aku akan memanggil bos.” ujar Manajer Tan.

“Baiklah.” Manajer Tan pun keluar menyambut bos-nya.

Andri Chen masih berdiri di dekat kasir. Dia terlihat tenang. Hal seperti ini biasa terjadi di restoran. Dia teringat pesanannya lalu bertanya dengan sopan, “Halo, kapan pesananku siap?”

“Tunggu sebentar, Tuan. Aku akan ke dapur dan menanyakannya.”

“Baiklah. Terimakasih.”

“Sama-sama, Tuan.”

Manajer lobi itu kembali ke dalam. Wanita dengan rambut panjang bergelombang berjalan di belakangnya. Dia mengenakan rok pendek dan kemeja formal.

Andri Chen mengerutkan dahinya. Dia ragu dengan apa yang sedang dilihatnya.

Andri Chen pikir dia melihat orang yang salah. Namun, dia melihatnya dengan lebih hati-hati. Wanita yang berjalan di belakang manajer lobi itu adalah Rossa Du, yang telah lama hilang. Kini, Rossa Du tampak lebih dewasa.

Andri Chen tidak menyangka Rossa Du akan muncul di Kota Qu Yang. Dia tidak menyangka Rossa Du adalah pemilik restoran ini.

Andri Chen tidak bisa menjelaskan perasaannya.

Dia melihat Rossa Du mengikuti manajer lobi tadi. Dia lalu menyapa pria itu dengan dengan senyuman, “Halo, Tuan. Aku adalah pemilik restoran ini. Jika Anda tidak puas dengan sesuatu dari restoran kami, Anda bisa mengatakannya padaku. Aku akan menanganinya.”

Kemunculan Rossa Du mengejutkan pria itu. dia tidak menyangka pemilik restorannya dalah wanita secantik ini. amarahnya mereda. Dia lalu menunjuk ke hidangannya, “Nona cantik, coba lihat hidangan yang kamu buat. Ada rambut di dalamnya. Bagaimana aku bisa memakannya?”

Kesalahan seperti ini sangat umum terjadi di restoran. Ini adalah kesalahan dapur. Namun, ini menjadi tanggung jawab restoran. Adanya rambut di dalam hidangan tentu membuat pelanggan kehilangan selera makannya.

Rossa Du meminta maaf, “Ini adalah kesalahan restoran kami. Aku akan menyuruh pelayan untuk membuatkanmu hidangan yang baru. Anda juga tidak perlu membayar hidangan Anda hari ini.”

“Kalau bisa diselesaikan dengan hidangan lain, lalu apa gunanya Departemen Kesehatan?” tanya pria itu.

Rossa Du menanggapinya dengan sabar. Banyak orang sedang menyaksikan hal ini. Hal ini juga sangat berpengaruh pada reputasi restoran. Dia harus menangani masalah ini sesegera mungkin, “Baiklah, Tuan. Tuan ada masukan apa? Selama kami bisa memenuhinya, kami akan melakukan yang terbaik.”

Pria itu lalu berbalik badan dan membuka sepuluh botol bir di mejanya, “Baik! Kamu minum semua bir ini lalu kuanggap masalahnya selesai.”

Rossa Du melihat botol-botol bir itu, “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bisa meminumnya.”

Sepuluh botol bir terlalu banyak untuk Rossa Du. Dulu, dia bisa saja meminumnya namun sejak dia tinggal di Kota Qu Yang dan harus merawat anaknya, dia memutuskan untuk berhenti minum.

Pria itu kehilangan kesabarannya. Dia lalu mengambil ponselnya, “Aku akan menelepon Departemen Kesehatan dan meminta mereka untuk mengecek kebersihan restoranmu.”

Rosa Du melihat pria itu dengan ponsel di tangannya. Dia terpaksa berkompromi. Restoran ini adalah hasil kerja kerasnya. Dia tidak akan membiarkan pria itu menghancurkannya.

Rossa Du lalu berkata, “Baiklah. Aku akan meminumya.”

Pria itu tersenyum puas, “Itu baru benar.”

Andri Chen lalu berjalan ke meja itu dan mengambil salah satu botol birnya.

Pria itu terkejut. Dia tidak tahu siapa Andri Chen.

Pria itu bukan satu-satunya orang yang terkejut. Rossa Du berbalik badan dan melihat Andri Chen tepat di depannya. Semua ini terasa seperti mimpi.

Andri Chen mengangkat botolnya sambil menatap pria itu, “Aku akan menggantikannya.”

“Kamu siapa? Jangan mengganggu.”

“Aku kekasih wanita itu.”

“Apa?” pria itu terkejut, begitu juga dengan pelanggan lain di restoran itu.

Andri Chen mendongakkan kepalanya sambil menenggak sebotol bir itu. Setelah itu, dia meletakkan botolnya di atas meja.

“Siapa yang menyuruhmu minum? Aku menyuruh wanita itu minum!”

“Tuan, kamu jangan membuat keributan disini atau kamu akan menyesalinya.”

“Menyesal? Apa yang akan kamu lakukan padaku?”

Pria itu berniat mengambil botol bir di atas meja dan memukulkannya ke Andri Chen. Andri Chen sudah menebaknya. Dia menangkis lengan pria itu dan mendorongnya ke meja sekuat tenaga. Hot pot tempat hidangan itu masih panas.

Tiga orang teman pria ini ingin membnatunya, namun Andri Chen langsung menggertaknya, “Kalian diam saja kalau tidak ingin begini juga.”

Ketiga pria itu mengabaikannya. Andri Chen lalu menekan wajah pria itu ke hot pot disamping kepalanya. Asap mengepul dari wajah pria itu. Jika Andri Chen menekannya lebih kuat, pria itu bisa buta.

“Jangan mendekat!” ujar pria itu ke ketiga temannya.

Ketiga pria itu lalu berhenti. Mereka tidak menyangka Andri Chen semengerikan ini. Mereka melihat wajah pria itu hanya berjarak 1 cm dari tempat penggorengan. Wajahnya bisa terkena percikan minyak panas.

Andri Chen menekan badan pria itu dengan kedua tangannya. Pria itu tidak bisa bergerak. Dia tidak menyangka Andri Chen sangat kuat dan tangkas. Pria itu lalu menyesali ulahnya.

“Tuan, tolong hentikan!” teriak pria itu ke Andri Chen. Dia tidak ingin cacat.

“Kamu menyesal bertindak angkuh barusan?” tanya Andri Chen.

“Maafkan aku, Tuan. Aku hanya bercanda.”

“Bercanda? Aku juga sedang bercanda sekarang.” Andri Chen menekan wajah pria itu ke hot potnya lagi. Minyak panas hampir mengenai wajahnya. Pria itu berteriak ketakutan, ‘Tuan, aku salah. Aku salah. Tolong maafkan aku!”

Andri Chen melunak. Dia tahu dia tidak bisa membuat pria ini cacat, kalau dia melakukannya, hal itu akan berdampak buruk pada bisnis Rossa Du.

Andri Chen menoleh ke ketiga pria itu dan berkata, “Kalian minum bir ini sampai habis.”

Mereka terkejut dan tampak ragu. Lalu, mereka mulai meminum bir itu botol demi botol.

Pelanggan menyaksikan seluruh kejadian itu.

Salah satu pria itu tidak henti-hentinya bersendawa dan bahkan hampir muntah. Tidak ada seorang pun yang kuat meminum bir sebanyak itu.

Pria itu tidak tahan lalu muntah.

Andri Chen berteriak, “Kamu! Beri dia sebotol lagi!”

Pria itu tidak mengerti maksud Andri Chen.

Andri Chen menekan wajah pria di tangannya ke hot pot lagi.

Pria itu menjerit kesakitan sambil menahan malu.

Pria yang kebingungan itu lalu mengambil sebotol bir dan memukulkannya ke kepala temannya sendiri.

Suara pecahan botol itu sangat keras. Hal itu membuat pelanggan lain terkejut.

Ketiga pria itu dibantai oleh Andri Chen dari awal hingga akhir tanpa perlu mengulurkan satu tangan pun. Mereka membantai satu sama lain. Jika polisi menangkapnya, pembantaian itu tidak ada hubungannya dengannya karena dia tidak main tangan dengan ketiga pria itu. Dia juga tidak mencelupkan wajah pria ditangannya ke minyak panas.

Akhirnya, keempat pria itu membayar pesanan mereka dan pergi dari restoran itu sambil menahan malu.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu