My Charming Lady Boss - Bab 191 Sunny Bay

Rossa Du memperlihatkan foto di dalam handphone, berkata dengan kaget: “Andri, mobil yang dikemudikan perempuan ini pernah aku temui di perumahan.”

“Perumahan mana?” Andri Chen pun mulai penasaran.

Rossa menjelaskan: “Tentu saja perumahan tempat aku tinggal.”

“Kamu yakin?” Andri lanjut bertanya.

Rossa mengingat kembali dan berkata dengan pasti: “Yakin, beberapa waktu lalu, saat aku memundurkan mobil, hampir saja menabrak mobil sport itu. Untung saja reaksiku cepat, jika tidak sungguh akan tertabrak.”

Mendengar perkataan Rossa, Andri pun membuka pesan singkan dalam handphonenya, karena baru saja Sisca Mi mengirimkan data perempuan bernama Florida itu padanya.

Saat membuka pesan singkat itu, tertulis: “Florida, perempuan, 24 tahun, alamat Nanjing, daerah Poly, Northern Road 22, Sunny Bay Gedung D, nomor 1101.”

Di bagian belakang juga tertulis sejak kapan Florida membeli mobil, dan semua data lainnya, bahkan nomor teleponnya.

Setelah melihat alamat Florida dengan jelas, memang benar Sunny Bay yang dimaksud Rossa.

Rossa menyampingkan kepala dan ikiut melihatnya, lalu berkata dengan semangat: “Lihatlah, aku sudah bilang pernah melihat mobil ini di kawasan perumahanku!”

Setelah melihat pesan singkat itu, Andri kembali merasa heran, untuk apa perempuan bernama Florida itu.

Andri Chen berpikir sejenak, Rossa Du yang berdiri di samping kembali bertanya: “Andri, bagaimana kamu bisa tahu Tommy Sun akan bertemu perempuan itu?”

Andri sembarang mengarang: “Aku diam-diam mendengarnya dari Tommy.”

“Oh!” Rossa mengangguk sambil memikirkan jawaban itu.

Berpikir demikian, Andri melihat jam di tangannya, hari sudah sangat malam. Jika tidak, dia sungguh ingin menelepon perempuan bernama Florida itu. Tetapi dia juga takut, jika menelepon Florida, apakah dia akan tahu hubungan dirinya dengan Yuni Lin, lalu tidak mau mengakui hubungan di antara mereka lagi?

Maka dari itu, Andri pun berencana menyelidiki secara diam-diam. Dengan begitu, dia pun tidak akan merusak semua rencana.

Saat ini, Rossa pun tidak tahan dan menguap lagi, kelihatannya memang sangat ngantuk, tetapi Andri malah tidak merasakan kantuk sedikitpun.

Dia menyimpan handphone, berkata lembut pada Rossa di samping: “Rossa, aku yang menyetir saja!”

Rossa menggelengkan kepala pertanda menolak: “Tidak perlu, aku saja.”

Dengan begitu, Rossa pun lanjut melajukan mobil lurus ke depan, dengan tujuan Komunitas Perumahan Xin Hua.

Beberapa menit kemudian, Andri turun di Komunitas Perumahan Xin Hua, lalu menoleh ke arah Rossan yang sedang mengemudi: “Rossa, hati-hati di jalan!”

Sebenarnya Rossa ingin sekali menetap dan menemani Andri, karena dia tahu suasana hatinya tidak baik karena masalah Rico Wang. Dia pun hanya bisa berusaha menghiburnya: “Andri, Rico baik-baik saja, cepat pulang istirahat! Hari sudah malam.”

“Baiklah, kamu juga cepat pulang!” Andri berpesan.

“Sampai jumpa!” Rossa melambaikan tangan pada Andri, lalu mengemudikan mobil melaju pergi.

Mobil Rossa sudah pergi jauh, Andri masih saja berdiri di depan gerbang Komunitas Perumahan Xin Hua. Setelah mobil itu menghilang di balik gang, dia baru berjalan ke dalam.

Saat ini suasana di perumahan sangat sunyi, Andri Chen melihat sekilas ke arah parkiran dengan bantuan lampu jalan, terlihat mobil Yuni masih disana, hatinya pun terasa tenang. Entah kenapa, dia sangat takut jika suatu hari nanti , saat berjalan ke dalam kawasan perumahan, mobil Yuni tergantikan oleh mobil lain, hatinya pasti akan terasa sangat hampa.

Dengan sangat cepat dia tiba ke rumahnya. Saat berdiri di depan koridor, dia melihat ke arah kamar Yuni Lin dengan tidak sabar, entah Yuni marah karena masalah kemarin atau tidak.

Andri sungguh tidak berdaya, tidak menyangka hanya menghadiri sebuah pesta minum saja akan menimbulkan masalah seperti itu.

Setelah melihat sekilas pintu rumah Yuni, dia baru mengeluarkan kunci dan membuka pintu rumahnya sendiri, lalu masuk ke dalam.

Sesampainya di dalam rumah, Andri langsung mandi. Saat berjalan ke dalam kamar, handphonenya bergetar beberapa kali, dalam hati berpikir, apakah Rossa sudah sampai rumah?

Karena penasaran, dia pun berjalan ke arah meja komputer, lalu mengeluarkan handphone dan melihatnya. Tak disangka terlintas nama Yuni Lin di layar handphone, Andri Chen bahkan ragu dengan penglihatannya sendiri. Sudah semalam ini, kenapa Yuni masih saja mengirimnya pesan singkat.

Tetapi, setelah dilihat dengan jelas, itu memang pesan singkat dari Yuni.

Pesan itu berbunyi: “Andri, kenapa kamu pulang begitu malam? Malam ini aku telah meneleponmu berkali-kali, kenapa kamu tidak mengangkatnya?’

Setelah membaca pesan singkat itu, Andri segera memeriksa daftar panggilan masuk dalam handphone, dan memang ada banyak panggilan tak terjawab disana. Dia melihat waktu panggilannya, tepat disaat dia pingsan di dalam taksi.

Andri Chen langsung membalas pesan singkat Yuni: “Yuni, maafkan aku, hari ini ada sedikit urusan, jadi tidak melihatnya.”

Di ujung telepon, Yuni juga merasakan ada yang berbeda dari Andri, karena Andri pulang begitu malam, takutnya terjadi sesuatu padanya. Selama semalaman dia bingung apakah harus meneleponnya lagi, tetapi atas identitas apa dia menelepon? Pacar? Atau atasan? Atau bahkan teman?”

Oleh karena itu, dia pun kembali membalas pesan Andri: “Andri, apakah terjadi sesuatu?”

Tadinya Andri ingin menyampaikan masalah Rico padanya, tetapi setelah berpikir sejenak, akhirnya hanya membalas dua kata: “Tidak kok.”

Tak berapa lama setelah Andri membalas pesan itu, terdengar suara ketukan pintu yang pelan di luar pintu ruang tamu.

Andri melihat ke arah pintu, dalam hati berpikir apakah Yuni yang datang.

Oleh karena itu, dia pun melangkah cepat menghampirinya. Saat membuka pintu, Yuni yang sedang berpakaian tidur pun berdiri di depan pintu.

Andri Chen bertanya dengan kaget: “Yuni, kenapa kamu belum tidur?”

Yuni tidak menjawabnya, langsung masuk ke dalam, bertanya dengan cemas: “Andri, malam ini kamu kemana? Kenapa begitu malam baru pulang? Apakah terjadi sesuatu?”

Berhadapan dengan pertanyaan Yuni, Andri tidak enak untuk menutupinya lagi. Karena dia tahu, pelan atau cepat Yuni Lin pasti akan tahu.”

Dia pun menganggukkan kepala: “Memang terjadi sesuatu.”

Mendengar kata ‘Terjadi Sesuatu’ keluar dari mulut Andri, Yuni langsung panik, lanjut bertanya: “Ada masalah apa?”

Andri Chen menjawab sesuai kenyataan: “Rico ditangkap.”

“Apa?” Yuni sangat terkejut mendengar kabar itu, dengan alis mata yang langsung mengerut hebat.

Di tengah kekejutan itu, Yuni lanjut bertanya: “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Rico bisa ditangkap?”

Andri sungguh tidak berdaya, hanya bisa menceritakan ulang kejadian yang terjadi di bar saat jam 8 malam.

Setelah mendengar cerita itu, Yuni Lin tercengang, sungguh tidak menyangka dalam waktu beberapa jam terjadi begitu banyak masalah. Dia tidak tahu apapun soal itu.

Saat ini, Yuni pun hanya bisa menghibur Andri: “Andri, jangan terlalu sedih. Rico berbuat seperti itu memang karena ingin menjadikanmu sebagai Kakaknya.”

Begitu teringat Rico, Andri merasa sangat sakit hati, menyalahkan diri berkata: “Semua karena aku.”

Yuni lanjut menenangkannya: “Jangan menyalahkan diri sendiri lagi. Masalah sudah seperti ini, seharusnya kita pikirkan cara untuk membantu Rico bebas, seharusnya dia termasuk membela diri.”

Andri Chen menjawab: “Semua bergantung pada keputusan hakim.”

“Kapan sidang akan dilakukan?” Yuni Lin lanjut bertanya.

Andri menjawab dengan tidak pasti: “Untuk sementara belum tahu, setelah jadwal sidang sudah pasti Sisca akan memberitahuku.”

Selesai berkata, Andri kembali duduk di sofa ruang tamu dengan wajah murung. Dia menyalakan sebatang rokok, menghisapnya sekali demi sekali, sambil berpikir. Jika Rico sungguh diberi hukuman berat, maka dia pasti akan jauh lebih sedih, dan ingin menggantikan posisinya untuk menerima hukuman.

Yuni Lin pun duduk di sofa samping, mendekatkan diri ke Andri. Saat Andri menghisap rokok, Yuni pun menyandarkan kepala ke bahunya sembari berkata dengan suara pelan: “Andri, sebentar lagi tahun baru, aku akan temani kamu pulang ke kampung halaman!”

Jika Yuni tidak mengungkitnya, Andri hampir saja melupakan hal itu.

Dia pun ingin kembali ke Kota D, tetapi Rico masih sedang tertangkap, bagaimana dia bisa pulang begitu saja? Dia bahkan tidak tahu arah jalan pulang.

Tetapi saat teringat Ayah dan Ibu, dia merasa sudah seharusnya pulang untuk melihat mereka. Selama sepuluh tahun, entah Ayah dan Ibu sudah cemas hingga seperti apa, mereka pasti akan senang jika tahu dirinya masih hidup.

Andri menghisap rokok lagi, lalu menghela nafas dan berkata: “Aku bahkan tidak tahu arah jalan untuk pulang.”

Yuni lanjut berkata: “Bukankah Rico tahu? Tanyakan saja pada dia, nanti juga tahu.”

Saat ini Andri masih belum punya suasana hati yang baik untuk pulang. Karena masalah Rico belum selesai, dan dia sedang memikirkan cara untuk mengeluarkan Rico.

Andri Chen berpikir beberapa saat, lalu menjawab: “Yuni, setelah masalah Rico sudah selesai, baru temani aku pulang saja!”

Baru saja selesai berkata, Yuni langsung masuk ke dalam pelukan Andri, dan berkata dengan sedih: “Andri, belasan hari lagi aku akan menikah, aku tidak tahu apakah setelah itu masih bisa temani kamu pulang atau tidak.”

Mendengar perkataan itu, hati Andri menjadi semakin tersiksa. Dia memeluk Yuni dengan erat dan berkata dengan sedih: “Yuni, aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Tommy Sun.

Sebenarnya Yuni juga tidak ingin, tetapi Ayahnya sudah membuat keputusan itu, dia sungguh tidak bisa membantahnya.

“Jangan dibahas lagi!”

Saat ini Yuni tidak ingin mendengar apapun, hanya ingin menikmati dengan baik setiap detik bersama Andri.

Tidak lama kemudian, kamar itu kembali tenang. Andri merasa saat memeluk Yuni, hatinya sangat tenang. Kini dia tidak memikirkan apapun lagi, hanya ingin memeluk Yuni hingga masuk ke dunia mimpi.

Hingga pada tengah malam, Yuni pun tertidur di pelukan Andri. Andri menggendong Yuni dengan pelan, bersiap-siap berjalan ke arah kamar.

Tetapi baru saja sampai di depan pintu kamar, ketukan pintu di luar rumah tamu kembali terdengar/

Ketukan yang sangat mendadak itu membuat hati Andri menjadi tegang. Sudah semalam ini, siapa lagi yang mungkin mengetuk pintu.

Berpikir demikian, bulu kuduk Andri pun merinding, apakah ada benda kotor yang datang lagi?”

Tetapi ketukan pintu itu terus berbunyi, Andri membaringkan Yuni di atas ranjang, berbalik badan melangkah cepat ke arah pintu ruang tamu. Saat melihat menembus meta kucing pintu, tidak ada seorangpun di luar sana.

Andri Chen memanggil orang di luar pintu: “Siapa?”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu