My Charming Lady Boss - Bab 371 Rasanya Rumah

Saat subuh jam 2, mobil truk mereka sampai dengan aman di Kota Nanjing.

Saat Andri Chen turun dari truk dan kakinya mendarat di tanah, tiba-tiba dia merasa ada perasaan seperti sudah pulang ke rumah. Tidak tahu mengapa, hatinya menjadi senang. Meskipun tubuhnya lelah, tapi berjalan di jalan yang dingin dengan Nora Shen, mereka seperti tidak ada kekhawatiran, hanya seperti berjalan santai saja.

Mereka berjalan lurus, juga tidak tahu mau kemana. Andri Chen tiba-tiba menghentikan langkah, seperti teringat akan sesuatu, lalu dia bertanya dengan cemas, "Oh iya, Nora, dimana ayah dan ibuku?"

Melihat tampang Andri Chen yang cemas, Nora Shen menenangkan dengan suara lembut, "Andri, tenang saja! Ibu angkat dan yang lainnya sekarang sangat aman. Sekarang sudah malam, besok saja aku bawa kamu bertemu dengan mereka."

Andri Chen menunduk lalu melihat jam di pergelangan tangannya. Saat ini sudah hampir subuh jam 3, ayah dan ibu pasti sudah tidur. Kalau sekarang mengganggu mereka, rasanya tidaklah enak. Jadi dia hanya bisa mengangguk dan menjawab, "Baiklah!"

Sampai di sini, Nora Shen tidak bisa tahan untuk menguap beberapa kali. Selama hari-hari di HuaiJiang ini, dia tidak pernah tidur nyenyak satu malam pun. Sekarang kembali lagi ke Nanjing, dia tidak ingin melakukan apa-apa, hanya ingin tidur saja. Masalah lain, tunggu besok saja baru dibicarakan. Lagipula Tuan Ketiga juga sudah mati, tidak ada lagi yang perlu dia takutkan.

Melihat itu, Andri Chen tertawa dan berkata, "Nora, kamu pulang saja dulu!"

Mendengar itu, Nora Shen balik bertanya, "Lah, kamu?"

Sebenarnya, Andri Chen sudah tahu kemana dia mau pergi sejak lama, dan dia menjawab dengan jujur, "Aku pulang ke Komunitas Perumahan Xin Hua."

Bagi Nora Shen, Komunitas Perumahan Xin Hua tidaklah asing. Dia tahu disanalah rumah Andri Chen yang ada di Nanjing. Meskipun hanya satu komunitas perumahan kecil, tapi apa arti tempat itu bagi Andri Chen, mungkin dulu Nora Shen tidak tahu, tapi setelah melalui serangkaian kejadian yang terjadi di HuaiJiang, dia menjadi mengerti.

Jadi, Nora Shen tidak mengatakan apapun, hanya berkata, "Baiklah!"

Tepat di saat itu, sebuah taksi tiba-tiba berjalan ke arah mereka. Andri Chen langsung menghentikannya dan taksi itu berhenti di depan mereka. Dia membukakan pintu untuk Nora Shen lalu berkata dengan perhatian, "Nora, sudah malam, kamu cepat mandi dan tidurlah!"

Nora Shen menganggukan kepala sambil tersenyum, setelah itu masuk ke dalam taksi, dan Andri Chen membantunya menutup pintu.

Nora Shen menurunkan kaca mobil, dan setelah melambaikan tangan ke arah Andri Chen, dia berkata, "Kalau begitu aku pergi dulu. Kalau ada sesuatu, aku akan menelponmu."

"Ok, bye-bye." Andri Chen juga melambaikan tangan pada Nora Shen.

Dengan cepat, taksi melaju pergi, dan semakin menjauh dari pendangan Andri Chen.

Hingga taksi itu tidak kelihatan lagi, Andri Chen baru mengalihkan perhatian. Lalu dia melihat sekeliling, namun tidak menemukan adanya taksi lagi. Akhirnya setelah berdiri di sana selama beberapa puluh menit, ada taksi yang melalui tempat itu. Dia kemudian menghentikan taksi dan kembali ke Komunitas Perumahan Xin Hua.

Saat kembali ke Komunitas Perumahan Xin Hua, jam sudah menunjukkan pukul 3 subuh. Perumahan ini sangatlah tenang. Andri Chen berdiri di gerbang perumahan, tidak buru-buru untuk masuk, melainkan berdiri di gerbang masuk sambil memanang ke lantai dimana dia tinggal. Dia tidak tahu apakah Yuni Lin masih tinggal di sana. Beberapa hari lalu Yuni Lin sudah kembali ke Nanjing, dan Andri Chen sangat merindukan wanita itu, tidak tahan untuk langsung memeluknya dalam pelukan.

Dia berdiri di gerbang masuk selama beberapa saat, lalu dengan meminjam cahaya lampu jalan, kembali pada lorong yang baginya sangat familiar itu.

Dia berdiri di lorong lalu memandang pintu tempat Yuni Lin tinggal. Dia menyadari ada yang berbeda dengan pintu itu, menjadi sangat bersih, bahkan juga bertambah satu tong sampah yang cantik di depannya. Andri Chen melihat dengan seksama, dan langsung tahu kalau Yuni Lin tinggal di sini. Saat ini, entah seberapa senang hatinya, ingin sekali langsung mengetuk pintu rumah Yuni Lin.

Tapi saat Andri Chen mengangkat tangan dan ingin mengetuk pintu, tangannya terhenti di udara. Karena dia sadar sudah sangat malam. Yuni Lin pasti sudah tidur. Kalau mengetuk pintu sekarang, pasti akan mengganggu tidur nyenyak wanita itu.

Memikirkan ini, hati Andri Chen mendadak menjadi kasihan. Akhirnya dia menurunkan lagi tangannya, berbalik dan berjalan menuju rumahnya sendiri. Lalu dengan perlahan mencari kunci yang dia sembunyikan di sekitar pintu dan membuka pintu rumahnya. Setelah pintu terbuka, dia masuk dengan diam-diam, takut kalau membuat suatu suara, seperti menjadi pencuri saja.

Detik dimana Andri Chen membuka pintu, dia mencium bau pengap dari dalam. Sudah lama tidak tinggal di sini, dan rumah sudah ada bau tertentu. Tapi karena tubuhnya sangat lelah, dia tidak bisa mempedulikan begitu banyak lagi. Setelah pulang, dia langsung mandi, lalu tidur di ranjang yang familiar itu. Ada perasaan nyaman yang tidak dapat dia deskripsikan, hanya ingin tidur di ranjang itu tiga hari tiga malam, hingga dia akhirnya terbangun.

Karena Andri Chen terlalu lelah, dia tertidur begitu saja, bahkan selimut pun lupa dia pakai.

Saat tidur, dia membuat mimpi lagi. Dalam mimpi dia bertemu dengan Rico Wang. Tubuh pria itu berlumuran darah. Andri Chen tidak tahu apa yang terjadi pada pria itu, dan dia bertanya dalam mimpi, "Rico, ada apa denganmu?"

Rico Wang juga tidak mengatakan apa-apa, hanya memandangnya dengan wajah tanpa ekspresi. Setelah itu, Rico Wang tiba-tiba mengangkat sebuah pistol yang diarahkan ke arah Andri Chen, dan tanpa ragu menekan tompol peluru.

Terdengar suara "dor" dan peluru itu terarah pada Andri Chen.

Tepat di saat suara pistol itu terdengar, Andri Chen tersadar. Saat duduk di atas ranjang, dia baru menyadari tadi hanyalah mimpi buruk saja. Dia bernapas terengah-engah, dan dahinya dipenuhi dengan keringat dingin. Dari luar jendela kadang-kadang terdengar bunyi siulan.

Dia menenangkan diri selama beberapa saat lalu memandang ke luar jendela. Ternyata langit sudah terang. Dia tidak tahu sekarang jam berapa, lalu menunduk untuk melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, dan baru menyadari ternyata sudah sore. Dia tertidur begitu lama, dan tubuhnya terasa sangat lelah, apalagi perutnya juga terasa kosong. Setelah dia dan Nora Shen kembali ke Nanjing, dia tidak makan apapun. Sekarang dia lapar hingga kedua matanya terasa kabur. Andri Chen turun dari ranjang, ingin mencari sesuatu yang bisa dimakan di rumah. Tapi setelah mengobrak-abrik dapur, selain menemukan mie yang sudah kadaluarsa, dia tidak menemukan apa-apa lagi.

Karena tidak ada cara lain lagi, dia mengganti baju lalu keluar dari rumah. Dia pikir pasti ada makanan di rumah Yuni Lin. Dia juga ingin memberikan kejutan bagi wanita itu, karena wanita itu tidak tahu kalau dia sudah kembali ke Nanjing.

Tapi, saat Andri Chen mengetuk pintu rumah Yuni Lin dengan sekuat tenaga, dari dalam rumah tidak terdengar suara apapun. Dia mengetuk hingga 5 menit lamanya, tapi tetap tidak ada pergerakan apapun. Tapi lihat dari lubang pintu, rumah tidak seperti sebelumnya kosong melompong, melainkan ada banyak perabotan rumah. Andri Chen bahkan melihat banyak pakaian yang Yuni Lin sering pakai. Dari hal-hal itu dapat dilihat, Yuni Lin benar-benar sudah kembali.

Kalau sekarang wanita itu tidak ada di rumah, mungkin sedang keluar.

Andri Chen akhirnya menunggu di depan pintu selama setengah jam. Tapi setelah lewat lama, Yuni Lin tetap tidak kembali. Dia terpaksa pergi ke restoran di lantai bawah dan memesan beberapa makanan.

Dia asal memesan beberapa makanan rumahan. Tepat saat makanan-makanan itu diantar ke meja makannya, ponsel yang dia taruh di atas meja itu berbunyi. Dia menoleh, dan melihat nama "Kak Nora" yang terpampang di layar ponsel.

Andri Chen langsung meletakkan sumpit dan menjawab telepon.

"Halo!"

Nora Shen bertanya dari ujung sambungan, "Andri, kamu sudah bangun?"

Andri Chen menjawab dengan jujur, "Aku baru bangun, sedang mau makan. Aku tadi lapar hingga mataku saja terasa buram. Kamu sudah makan?"

Nora Shen menjawab, "Aku juga baru bangun, nanti aku cari kamu ya. Tadi aku sudah menelpon ibu angkat, dan mengatakan kalau nanti kita akan pergi melihatnya. Dia sangat senang."

Mendengar itu, Andri Chen segera menjawab, "Oke, aku tunggu kamu di Komunitas Perumahan Xin Hua."

"Kira-kira 10 menit lagi aku sampai." selesai mengatakan itu, Nora Shen menutup sambungan.

Andri Chen melanjutkan makan dengan lahap karena benar-benar sangat lapar. Dia merasa makanan di atas meja itu sangatlah enak.

Tidak berapa lama, Andri Chen melihat di gerbang Komunitas Perumahan Xin Hua berhenti sebuah mobil Honda berwarna hitam. Dia tidak tahu mobil siapa itu, tapi dilihat lebih rinci lagi, dia baru menyadari orang yang turun dari mobil adalah Nora Shen. Nora Shen sudah berganti pakaian, dan Andri Chen hampir tidak mengenalinya. Dia baru pertama kali melihat Nora Shen berpakaian begitu sopan, pakaian formal untuk bekerja, dan kelihatannya sangat berbeda.

Saat Andri Chen menilai Nora Shen di dalam restoran, ponselnya berbunyi lagi.

Kali ini, Andri Chen tidak menjawab telepon dari Nora Shen, melainkan membawa ponselnya dan berjalan ke arah wanita itu.

Nora Shen yang berpakaian formal menoleh, lalu melihat Andri Chen yang masih memakai pakaian kemarin.

"Andri, kenapa kamu masih memakai pakaian ini?" melihat itu, Nora Shen mematikan sambungan, dan bertanya dengan sedikit penasaran.

Andri Chen menjawab, "Tidak sempat ganti. Kamu tunggu aku sebentar, aku pulang dan ganti baju dulu."

Nora Shen segera menghentikannya, "Andri, tidak usah lagi. Nanti aku membawa kamu beli saja di mall. Sekalian membeli hadiah untuk ayah dan ibu angkat. Begitu lama baru pulang dari HuaiJiang, mana mungkin tidak membawakan mereka hadiah."

Andri Chen awalnya ingin sungkan dengan Nora Shen, tapi setelah berpikir lagi, diantara mereka tidak perlu merasa sungkan. Memang seharusnya membeli hadiah untuk ayah dan ibu. Ayah dan ibu datang ke Nanjing, tapi dia sebagai anak malah tidak menemani mereka. Mereka dulu sudah terbiasa tinggal di desa, sekarang pindah tinggal ke kota, pasti merasa tidak terbiasa.

Memikirkan ini, Andri Chen hanya bisa mengangguk dan naik ke mobil bersama Nora Shen.

Setelah naik ke mobil, Nora Shen mengendarai mobil honda itu melaju di atas jalan. Selama perjalanan, Andri Chen terus merasa penasaran kenapa Nora Shen memakai pakaian seperti ini.

Nora Shen juga merasakan tatapan yang tidak biasa dari Andri Chen, dan memperlambat laju mobil lalu bertanya, "Ada apa? Tatapanmu melihatku agak aneh."

Andri Chen tersenyum datar lalu berkata, "Pertama kali melihatmu berpakaian seperti ini."

"Tidak bagus?" Nora Shen bertanya balik.

Andri Chen menggeleng sambil tersenyum, "Tidak, sangat cantik."

Nora Shen tersenyum lalu menjelaskan, "Di rumah tidak ada banyak pakaian, jadi aku hanya asal memakai satu stel pakaian. Bertemu dengan ibu dan ayah angkat, tidak mungkin memakai terlalu asal-asalan 'kan?"

Saat mereka sedang mengobrol, mata Andri Chen dari kaca mobil melihat tubuh Yuni Lin yang familiar. Dia segera berkata pada Nora Shen, "Cepat hentikan mobil!"

Nora Shen tidak tahu apa yang terjadi, dan langsung menghentikan mobil di samping jalan, kemudian bertanya dengan cemas, "Andri, ada apa?"

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu