My Charming Lady Boss - Bab 477 Suatu Kebenaran

Dua orang yang jatuh dari motor segera bangkit dan berlari ke arah lain dari sawah.

Melihat itu, Andri Chen yang duduk di bagian depan mobil, segera turun dari mobil. Baru saja turun dari mobil, dia langsung terjengkal ke depan. Karena tadi mendapat pukulan dari Jane Chen, kakinya terluka dan jadinya agak sulit berjalan.

Tiga orang lain yang berada di dalam mobil juga segera turun dari atas mobil. Sisca Mi yang membawa pistol yang saat ingin mengejar Jane Chen dan pengawal wanita itu, melihat Andri Chen terjatuh di samping mobil, segera berjalan menghampiri Andri Chen dan memutuskan untuk membantu pria itu berdiri.

Tapi baru saja sampai di hadapan pria itu, Andri Chen sudah berkata dengan panik dulu pada Sisca Mi, "Sisca, jangan pedulikan aku. Cepat kejar mereka, jangan sampai mereka berhasil kabur."

Mendengar itu, Sisca Mi baru tidak ragu dan berbalik mengejar orang yang kabur tadi dengan dua orang polisi lainnya.

Bersamaan saat lari, Sisca Mi tidak hentinya berteriak, "Berhenti! Kalau kalian lari lagi, maka kami akan menembakkan peluru."

Baru saja selesai berkata, dua orang yang kabur terlebih dahulu menembakkan pistol.

Saat peluru ditembakkan, Sisca Mi dan kedua polisi lain menunduk ke atas sawah, menghindari peluru, lalu bangkit dan terus mengejar.

Lima orang itu berkejar-kejaran di dalam kegelapan. Sisca Mi dan yang lainnya mengejar cukup lama, juga sudah menembakkan peluru. Tapi karena dua belah pihak saling menembakkan peluru, jadi tidak ada yang terluka.

Saat Andri Chen bisa berdiri, lima orang itu sudah berada cukup jauh darinya. Dia tahu dia sudah tidak dapat mengejar lagi. Mengangkat kepala, dia naik lagi ke atas mobil, lalu menstarter mobil dan mengendarai mobil menelusuri jalan itu.

Dalam proses pengejaran, suara pistol tidak henti-hentinya terdengar. Andri Chen tidak dapat melihat mereka, tapi samar-samar dapat melihat api dari tembakan mereka. Jarak jalan dengan pengejaran mereka sekitar 100 meter jauhnya. Saat awal-awal pengejaran, kecepatan mereka sangat cepat. Tapi setelah 10 menit pengejaran, kecepatan keduanya mulai melambat, mungkin karena pertahanan tubuh sudah mulai habis.

Tepat di saat itu, Andri Chen menekan pedal berhenti dan dengan lampu mobil, dia menyadari mereka di tengah sawah sedang memulai pertarungan hebat dengan pistol. Jarak dengan mobil Andri Chen tidak sampai 100 meter jauhnya. Baru saja Andri Chen turun dari mobil, dia mendengar ada suara orang yang berteriak kesakitan. Didengar dengan lebih seksama lagi, sepertinya pihak polisi mereka yang terkena peluru.

Andri Chen tahu pengawal yang ada di sisi Jane Chen pasti lumayan hebat. Dia pun memutuskan untuk turun dari mobil dan pergi membantu.

Kedua belah pihak bertarung selama kurang lebih 15 menit, Andri Chen akhirnya sampai pada tempat mereka bertarung. Di antara dua jalan sawah, terdapat sawah di tengahnya. Jalan di sisi Jane Chen lebih tinggi dan lebih cocok untuk penembakan. Hal itu langsung membuat mereka menang dalam melawan tiga orang polisi ini.

Polisi yang terkena peluru tidak hentinya berteriak di tengah sawah. Sepertinya peluru mengenai organ penting tubuhnya.

Andri Chen segera menghampiri polisi itu. Sisca Mi mendengar ada pergerakan di belakangnya dan hampir menembak, tapi untung Andri Chen terlebih dahulu berkata, "Sisca, ini aku."

Begitu Sisca Mi mendengar suara Andri Chen, dia langsung menurunkan pistolnya. Lalu melihat ke arah mobil yang berada di jalan tidak jauh dari mereka. Tidak menyangka Andri Chen mengejar sampai kemari.

Tidak lama kemudian, Sisca Mi melihat ada orang yang diam-diam menyusup ke sawah milik mereka. Saat dia melihat Andri Chen, dia terkejut dan bertanya, "Andri, kenapa kamu bisa datang ke sini?"

Andri Chen menjawab, "Aku tidak tenang, jadi datang ke sini untuk membantu."

Berkata sampai sana, Andri Chen mendengar teriak kesakitan seorang polisi, lalu dia pun mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, "Sisca, kapan orang-orangmu datang?"

Tadi anggota tim sudah menelpon kemari dan bertanya dimana posisi mereka, tapi Sisca Mi tidak tahu tempat di mana mereka berada sekarang. Selain itu, ditambah dengan langit yang gelap, dia sama sekali tidak tahu arah mata angin. Juga tidak mampu memberikan gambaran pada anggota tim, hanya bisa berkata, "Dimana kalian dengar ada suara tembakan pistol, kalian ikuti saja suara tembakan itu."

Jadi, Sisca Mi tidak tahu kapan anggota timnya sampai.

Sisca Mi menjawab, "Aku tidak tahu apakah mereka bisa menemukan tempat ini atau tidak."

Mendengar itu, Andri Chen tahu kalau sekarang mereka tidak terlalu ada harapan. Andri Chen menunduk di sawah dan memandang sawah yang jauh lebih tinggi dari mereka itu. Dari pengamatan, Jane Chen dan pengawalnya itu sedang bersembunyi di sawah itu. Polisi tadi karena ingin masuk ke sawah itu, jadi terkena tembakan dan sekarang masih berbaring di sawah berteriak kesakitan.

Sekeliling terlalu gelap, Andri Chen sama sekali tidak dapat melihat keadaan di depan sana, hanya bisa menganalisis dari suara saja.

Andri Chen mengamati selama beberapa saat, baru kemudian berkata dengan suara kecil pada Sisca Mi, "Sisca, kita harus melewati jalan di depan sana."

Sisca Mi menjawab, "Andri, teknik tembakan mereka sangat hebat. Sebaiknya jangan memaksa masuk ke dalam sawah itu."

Andri Chen menjelaskan, "Kalau kita tidak maju sekarang, bagaimana kalau mereka ternyata sudah kabur?"

Penjelasan Andri Chen sangat masuk akal. Sawah tempat mereka berlindung sekarang lebih rendah, jadi mereka sama sekali tidak bisa melihat apakah Jane Chen dan prianya itu masih ada di atas sana atau tidak. Kalau ternyata dua orang itu sudah kabur, bukankah sia-sia mereka menunggu di sini.

Sisca Mi balik bertanya, "Bagaimana kalau kita kena jebakan?"

Andri Chen berkata, "Kita cobai mereka."

"Bagaimana caranya?" Sisca Mi bertanya lagi.

Andri Chen memandang ke atas lalu menyampaikan idenya, "Aku pancing mereka untuk menembak, dan kamu cari kesempatan."

Mendengar itu, Sisca Mi langsung menolak, "Andri, tidak boleh. Tubuhmu masih terluka, lebih baik aku saja yang pergi."

"Tidak, aku yang pergi." keduanya jadi berbeda pendapat.

Saat itu, polisi yang menunduk di samping langsung menghampiri mereka dan berkata, "Kapten Mi, lebih baik aku saja yang pergi. Aku larinya paling cepat, selain itu aku juga sudah mengenakan baju anti peluru."

Selesai mengatakan itu, sang polisi memberikan pistol kepada Andri Chen lalu bergerak maju.

Saat dia berlari, suara kakinya menimbulkan suara berisik di bawah kakinya. Hal itu membuat pria di sebelah sawah yang sedang bersembunyi terkejut, dari suara menentukan letak polisi dan langsung mengangkat pistol ke arah sini.

"Dor!" suara tembakan terdengar, dan ternyata polisi tadi berhasil menghindar.

Melihat itu, Andri Chen dan Sisca Mi langsung berdiri dan secara bersamaan menembak ke arah pengawal.

"Dor! Dor! Dor!" suara tembakan memenuhi udara, hingga peluru di pistol Andri Chen habis, baru terdengar suara pengawal yang berteriak kesakitan. Selain itu juga terdengar suara pistol yang terjatuh ke tanah. Meskipun sangat kecil, tapi mereka berdua dapat mendengarnya.

Setelah menembak, Andri Chen samar-samar dapat mendengar teriakan Jane Chen.

"Henry Tian! Kamu terluka di mana?"

Mendengar itu, Andri Chen baru mengetahui kalau dia sudah menembak pengawal yang bernama Henry Tian. Tapi mereka berdua sudah menghabiskan peluru di pistol mereka. Tidak berani maju ke depan. Bagaimana kalau mereka masuk ke dalam perangkap lawan, jadi mereka hanya bisa dengan sabar menunggu di sawah. Asalkan bisa mendengar suara Jane Chen, artinya dua orang itu belum kabur.

Selesai Jane Chen berteriak, terdengarlah suara batuk Henry Tian.

"Uhuk! Uhuk!" Henry Tian terbatuk beberapa kali. Dengan bersusah payah, pengawal itu berkata pada Jane Chen, "Nona ketiga, cepat pergi! Jangan pedulikan aku!"

Jane Chen tidak pergi begitu saja, melainkan memeluk Henry Tian yang terus terbatuk, dan berkata dengan pasti, "Henry, kalau mau pergi, kita harus pergi bersama."

Selesai berkata, Henry Tian tidak tahan untuk terbatuk lagi. Selain itu, dari mulutnya juga mengalir banyak darah, membuat merah baju Jane Chen. Meskipun Jane Chen tidak dapat melihatnya, tapi juga dapat memegangnya. Beberapa tembakan tadi, kalau bukan Henry Tian yang menahannya, dia juga sudah akan mati dari tadi.

Melihat tangan yang penuh dengan darah, Jane Chen langsung menangis hebat dan menggelengkan kepala, "Henry, kamu tidak akan kenapa-napa, kamu mengatakan akan terus menjagaku. Cepat berdiri, kita pergi bersama."

Sisca Mi yang mendengar itu, menebak Henry Tian benar-benar sudah tertembak dan baru saja ingin berdiri untuk pergi ke sawah seberang, dia ditarik kembali oleh Andri Chen yang menyuruhnya untuk tetap ke posisi semula.

Meskipun Andri Chen tidak mengatakan apa-apa, tapi Sisca Mi mengerti apa yang pria itu pikirkan.

Dengan begitu, mereka berdua lanjut mendengarkan dengan tenang.

Tangis Jane Chen semakin terdengar, tidak hentinya wanita itu meneriakkan nama pengawal, "Henry, kamu jangan mati. Jangan tinggalkan aku ..."

Henry Tian terbatuk beberapa kali, dan lanjut berkata dengan susah payah, "Nona ketiga, Henry tidak dapat memenuhi janji lagi. Kamu harus hidup baik-baik, kalau tidak setelah aku sampai ke surga, tuan tidak akan mengampuni aku."

"Hiks, hiks, hiks ..." Jane Chen menangis dengan lebih sedih lagi.

Henry Tian mengulurkan tangan dan mencoba menghapus air mata yang ada di ujung mata Jane Chen. Napas pria itu berat, dan terus berkata dengan kesusahan, "Jane ... sebenarnya ... ada suatu hal ... yang sudah aku simpan dalam hati selama bertahun-tahun ... hari ini ... aku ingin memberitahumu secara langsung ... semoga kamu bisa memaafkanku!"

Mendengar itu, Jane Chen langsung menangis dan menjawab, "Aku akan memaafkanmu apapun masalahnya."

Henry Tian terus berkata dengan terengah-engah, "Sebenarnya ... kejadian sepuluh tahun lalu ... bukan Andri, melainkan aku."

Mendengar itu, Jane Chen sangat terkejut, bahkan menjadi terdiam.

Henry Tian tiba-tiba menggenggam tangan Jane Chen, dan dengan sangat kesulitan mengucapkan kalimat terakhir, "Jane, maaf, sudah membohongimu selama bertahun-tahun ini. Aku bukan sengaja. Aku sudah mau mati, tapi aku ingin memberitahumu. Aku, Henry Tian, benar-benar sangat menyukaimu. Maafkan semua perbuatanku waktu itu ... maafkan aku ..."

Selesai berkata itu, tangan yang menggenggam tangan Jane Chen terlepas, dan kedua mata Henry Tian pelan-pelan tertutup.

Saat ini, Jane Chen sedikit tidak dapat terima mendengar kebenaran itu. Dia awalnya kira Andri Chen. Tidak disangka malah pengawalnya sendiri, Henry Tian. Tapi setelah dia tersadar, Henry Tian sudah meninggal.

Dia ingin mengatakan sesuatu pada Henry Tian, tapi sudah terlambat. Dia hanya bisa memeluk Henry Tian yang sudah meninggal dan menangis hebat.

"Hiks, hiks, hiks ..." tangisan yang begitu meyayat hati memecah kesunyian malam itu.

Mendengar tangisan itu, Andri Chen dan Sisca Mi yang berbaring di atas sawah seberang mengetahui bahwa pengawal Jane Chen sudah meninggal. Mereka tidak berkata apapun, hanya terus berbaring di atas sawah sambil memandang bintang-bintang di langit.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu