My Charming Lady Boss - Bab 10 Di Satu Ranjang

Godaan yang samar-samar itu membuat kedua mata Andri tertuju padanya, ia tak pernah menduga bahwa Yuni begitu menawan,  dada yang montok, tulang selangka yang indah, rambut yang berantakan, tubuh yang seksi, kaki panjang yang cantik dan ramping, pemandangan ini membuat Andri tergiur, yang paling menggodanya terutama adalah yang dipakai di tubuh Yuni itu…

Meskipun hanya samar-samar terlihat, namun memberinya dampak visual yang kuat.

Ia tak tahan menelan ludah, juga seketika teringat kembali pemandangan indah di atas yang ia lihat dari bawah kantor, Yuni bahkan lebih memesona daripada model dalam pameran mobil, ia merasa model-model ini setingkat jika dibandingkan dengan Yuni.

Memikirkannya, berbagai pikiran terus muncul di benaknya…

Entah sudah berapa lama Andri tak berhubungan dengan wanita, karena dirinya tak mengingat kejadian yang terjadi bulan lalu, namun ia tetap bisa menggunakan berbagai kemampuan yang dimilikinya dengan baik, pengetahuannya yang luas juga muncul begitu saja dalam otaknya.

Beberapa bagian tubuhnya menguat karena pengaruh arak, tatapannya pada akhirnya tak bisa lepas dari godaan kancing kemeja Yuni, bagian kancing kemejanya yang terbuka menampakkan kulit putih yang lembut di bawah cahaya lampu.

Setelah melawan diri sendiri beberapa kali, akhirnya Andri gagal menahan nafsunya, sisi jahat dalam dirinya berkata, sia-sia kalau tidak menyentuhnya, bagaimanapun juga bisa dianggap kau melakukannya karena minum arak.

Namun sisi baik dalam dirinya berkata, kau adalah orang baik-baik, bukan seorang bajingan!

Akhirnya, Andri dipengaruhi oleh sisi buruknya, ia mengusap dengan keras kedua puncak yang menjulang tinggi itu menggunakan kedua tangannya seperti orang gila, suhu yang panas membuat pembuluh darah Andri berkontraksi, sarafnya menegang, entah kata-kata apa yang tepat untuk melukiskan perasaan berkobarnya saat ini.

Saat itu juga, sebuah handphone tiba-tiba berdering, Andri terkejut hingga tangan kanannya yang sedang memegang senjata itu bergetar, ia mencari sumber bunyi itu, ia pun menemukan dering handphone itu berasal dari tas Yuni.

Ia dengan cepat menarik kembali tangannya, mendengar suara deringan dari tas LV itu, dadanya berdegup kencang, ia merasa dirinya bagaikan orang yang telah melakukan tindakan kriminal, ia sangat amat panik, jika hal ini diketahui oleh Yuni, ia pasti dipecat.

Handphone yang berdering itu membuat Yuni yang sedang pingsan sedikit tersadar, dengan malas ia menggerakkan bibir merahnya yang seksi, tangannya menggeliat sebentar di atas sofa, namun tak lama kemudian, Yuni kembali tertidur.

Tetapi handphone di tasnya tetap berdering, Andri membuka tas Yuni karena penasaran, ia mengambil iPhone putih dari dalam tas itu, lalu dilihat nya dengan teliti, di layar handphone itu tertulis nama seorang pria, Tommy, ia tak tahu siapa itu Tommy, apalagi hubungannya dengan Yuni.

Andri sama sekali tak berniat mengangkatnya, namun ia tak sengaja menekan tombol terima telepon.

Lawan bicara dalam telepon itu seketika berkata, "Yuni, kudengar kau pulang, kenapa tidak meneleponku? Di mana kau sekarang?"

Andri tak tahu harus bagaimana, ia mencoba menjawab, "Ia sedang mabuk."

Pria itu mendengar suara Andri, seketika bertanya dengan panik, "Siapa kau? Kenapa handphone Yuni bisa ada padamu? Berikan teleponnya pada Yuni!"

"Dan siapa kau?" Andri bertanya balik padanya, ia khawatir wanita incarannya memiliki pacar.

Suara Tommy tiba-tiba terdengar kasar. "Siapa aku? Aku adalah pacarnya, aku beri tahu, jangan macam-macam! Cepat beri tahu aku di mana dia, kalau tidak aku akan membuatmu menyesal!"

Andri mendengar kata "pacar", seketika marah besar, meskipun ia belum tahu apakah benar pria ini pacar Yuni, tetapi saat ia bertabrakan dengan Yuni ia tahu wanita itu adalah untuknya, jika ada orang yang berani merebutnya, orang itu benar-benar tak sayang nyawa.

"Lalu tahukah kau siapa aku?" Andri balik bertanya padanya.

"Siapa?" Tanya pria itu penasaran.

Andri mengucapkan kata demi kata, "Dengar, aku adalah lelakinya, ia sekarang berada di ranjangku, mau aku kirim foto padamu?"

"Apa?  Lelaki Yuni? Hei bocah, jangan sok, aku beritahu kau, jika kau berani menyentuhnya, akan kubunuh kau!" Teriak pria itu dengan kasar dari ujung telepon, seperti tak tahan ingin datang kesana menembus telepon.

"Sudahlah, aku sedang sibuk."

Andri tak mau terlibat lagi dengan pria bernama Tommy itu, ia pun segera menutup telepon, lalu menghapus nomor telepon Tommy, kemudian ia mematikan handphone Yuni dan mengembalikannya ke dalam tas.

Saat itu, Andri merasa dalam bahaya, jika pria bernama Tommy ini benar adalah pacar Yuni, ia sebaiknya bagaimana, bisa-bisa dirinya dipecat dari perusahaan.

Setelah ia berpikir beberapa saat, ia tak ingin memikirkannya lagi, bodoh amat, toh sudah terjadi, apa lagi yang harus ditakutkan, asalkan pria itu tadi bukan ayah Yuni, ia tak peduli.

Akhirnya, ia menengok kembali Yuni yang masih sangat mabuk, ia berbaring di atas sofa bak putri tidur, namun saat ia menundukkan kepala dan mencium aroma badannya yang penuh bau muntah Yuni, ia segera melepas bajunya dan melemparkannya ke mesin cuci di kamar mandi, kemudian mesin cucinya berputar, besok ia masih harus mengenakan jas untuk pergi kerja! Kalau tidak bisa-bisa ia didenda karena tak mengenakan seragam kerja, ia tak mau melakukan hal tak menguntungkan begitu.

Ia menghabiskan waktu setengah jam lebih di kamar mandi, akhirnya jasnya selesai dicuci, ia pun menjemurnya di depan jendela.

Saat ia kembali ke ruang tamu, ia melihat Yuni tertidur pulas, merasa bahwa permukaan sofa itu dingin, maka ia menggendong Yuni masuk ke kamarnya, kemudian ia menyelimuti wanita itu.

Melihat Yuni yang tertidur pulas, Andri tak tahan ingin mengecupnya, namun saat ia baru menyodorkan bibirnya, Yuni yang tertidur pulas itu membalikkan tubuhnya, membuat wajahnya berpaling ke sisi satunya.

Andri terpaksa menyerah, ia kembali pergi ke ruang tamu, namun ia menyadari di dalam rumah kontrakannya ini hanya ada satu ranjang, bahkan sofanya adalah sofa kayu, kalau malam ini ia tidur di sofa, pasti ia akan sangat kedinginan.

Ini adalah rumah yang baru disewanya belum lama ini, selimutnya tak banyak, karena ia tak punya uang lebih.

Karena itu, ia berencana pisah ranjang dengan Yuni, ia tak ingin memanfaatkan keadaan ini, namun ini sudah akhir musim semi, angin malam bertiup seperti pisau, jika bertiup di wajah orang pasti akan terasa sakit.

Ia juga takut jika ia tidur satu ranjang dengan Yuni, wanita itu salah paham bahwa ia telah melakukan sesuatu padanya, itu akan seperti menodai namanya sendiri, mau melompat ke sungai pun ia tak akan kembali suci lagi.

Karena itu, ia mengambil langkah aman, ia menyalakan komputer bekas di kamarnya, lalu mengunduh aplikasi perekam video, setelah memasangnya, ia mengarahkan kamera ke ranjang, ia memencet tombol mulai, aplikasi itu mulai merekam. Ia berharap dengan begini ia bisa membersihkan namanya yang tidur seranjang dengan Yuni.

Ia mandi dan mengenakan pakaian tidur, kemudian masuk ke selimut bersama Yuni.

Baru saja tertidur tak lama, tiba-tiba sebuah kaki menimpa tubuhnya, saat ia menoleh, itu adalah kaki Yuni, ia tak tahu wanita ini saat tidur begitu tak bisa diam, ia pun memasukkan kaki itu ke dalam selimut, ia takut Yuni kedinginan.

Setelah tidur sebentar lagi, Yuni memeluk erat Andri dari belakang, nafasnya sewangi bunga, gumpalan daging di dadanya itu menempel erat pada tulang belakang Andri, ini membuat Andri tak habis pikir, kejadian macam apa ini!

Ia berbisik dalam hati, hei cewek, kalau kau tak melepaskanku, aku akan ambil tindakan.

Yuni memeluknya tak lama, ia berbalik badan lagi, ia membelakangi Andri, saat itu Andri menghembuskan nafas lega, meskipun bagian bawah tubuhnya terasa tak enak, namun ia tak ingin memanfaatkan keadaan orang seperti itu.

Malam yang panjang ini dilalui Andri dengan susah payah, tetapi untungnya ia bisa tidur juga, ia bermimpi melakukan "hal itu" dengan Yuni beratus kali.

Keesokan harinya, cahaya matahari pagi memasuki kamar Andri yang tak mencapai 10 meter persegi itu, alarm di atas meja komputernya berdering.

Setelah Andri terbangun, ia menyadari tubuhnya tak bisa bergerak, begitu ia menoleh, Yuni sedang memeluknya erat-erat, bulu matanya yang lentik itu perlahan terbuka.

Wajah tampan Andri perlahan muncul di pandangan Yuni, ia mengedip-ngedipkan mata, terasa seperti sedang bermimpi.

Andri menguap, kemudian menyapanya duluan, "Pagi!"

Baru selesai berkata, teriakan tinggi Yuni memecah keheningan di pagi hari.

"Aaa..."

Di saat Yuni berteriak, Andri juga tertendang oleh kedua kaki Yuni hingga terjatuh ke bawah ranjang.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu