My Charming Lady Boss - Bab 207 Sebuah Kabar Baik

Andri Chen menunggu lebih dari satu jam di rumah. Ketika menelepon Rossa Du lagi, Andri Chen mendapati ponsel Rossa Du masih mati. Andri Chen semakin bingung, ia berpikir, apakah terjadi sesuatu kepadanya di Kota A jauh di sana?

Memikirkan hal ini, Andri Chen tidak bisa duduk diam di rumah. Jika Rossa Du hanya karena ponselnya mati, tidak mungkin ia tidak menghubungiku selama ini!

Tiba-tiba, Andri Chen yang gelisah berencana untuk terbang ke Kota A, ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Rossa Du karena dirinya.

Ketika Andri Chen selesai berkemas dan berjalan cepat ke gerbang perumahan, ponselnya tiba-tiba berdering. Andri Chen segera mengeluarkan ponsel dan melihatnya. Andri Chen awalnya mengira itu adalah panggilan dari Rossa Du, tetapi tidak disangka panggilan itu berasal dari Robin.

Andri Chen mulai bersemangat begitu melihat nama Robin. Andri Chen berpikir panggilan ini pasti ada kaitannya dengan Rossa Du.

Oleh karena itu, Andri Chen langsung mengangkat telepon itu.

"Halo! Robin. "Di telepon, Andri Chen masih dengan ramah menyapanya. Andri Chen benar-benar merindukan bocah ini setelah beberapa waktu belum bertemu dengannya lagi.

Robin juga menyapanya dengan penuh antusias: "Kakak ipar!"

Setelah menyapa, Robin bertanya dengan rasa ingin tahunya, "Kakak ipar, kenapa kakakku pergi ke kota A?"

Setelah mendengar ini, saraf tegang Andri Chen akhirnya mulai kembali normal. Dari kalimat Robin, Andri Chen yakin Rossa Du sudah menelepon adiknya.

Andri Chen tidak menjawab pertanyaan ini, tetapi buru-buru bertanya, "Robin, apakah kakakmu meneleponmu?"

Robin menjawab dengan jujur: "Ya."

Andri Chen bertanya, "Apa yang dia katakan?"

Robin menjelaskan: "Kakak ipar, kakakku mengatakan bahwa ponselnya jatuh ke toilet, jadi kakak tidak usah mengkhawatirkannya."

Setelah mendengar ini, Andri Chen benar-benar merasa lega, dan bertanya, "Lantas, kakakmu menelponmu lewat apa?"

Robin menjawab: "Tidak, kakakku menelepon di telepon umum dan berkata akan segera kembali setelah menemui seseorang."

Segera setelah menjawab, Robin menjadi lebih ingin tahu dan bertanya, "Kakak ipar, siapa yang kamu cari?"

Andri Chen mengaburkan, "Bukan apa-apa, masalah pekerjaan."

"Oh!"Robin meresponnya dengan penuh pertimbangan dan langsung mengalihkan topik pembicaraan, dengan mengatakan, "Oh iya, kakak ipar, aku ingin memberitahumu sebuah kabar baik."

Andri Chen bertanya dengan penuh minat: "Kabar baik apa?"

Robin berpura-pura menjadi misterius: "Kakak di mana? Mari bertemu untuk membicarakan hal ini, nanti siang traktir aku makan ya!"

Andri Chen langsung bersedia: "Oke, tidak masalah, kamu di mana? Aku akan menjemputmu."

Robin menjawab: "Tentu saja di sekolah!"

"Oke, aku akan menemuimu di sekolah."Sampai di sini, Andri Chen menutup telepon. Dia mengangkat jam tangannya dan melihatnya, waktu sudah siang. Perutnya sudah sangat lapar. Andri Chen juga ingin seseorang menemaninya makan. Hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini membuatnya sangat tertekan, hari ini Rico Wang masuk penjara, Yuni Lin pergi pindah rumah.

Hatinya lebih kosong dari langit biru, ia selalu ingin mencari seseorang untuk menemaninya minum.

Beberapa menit kemudian, Andri Chen mengembalikan barang bawaannya ke rumah, berjalan cepat ke persimpangan XinHua, naik taksi, dan langsung menuju Sekolah Menengah Atas Poly.

Begitu tiba di gerbang SMA Poly, Andri Chen melihat Robin mengenakan seragam sekolah. Ketika melihat Andri Chen, Robin berteriak "Kakak ipar!"

Andri Chen tersenyum dan berjalan cepat menuju Robin. Andri Chen melirik Robin dari atas ke bawah, ia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Robin, kenapa kamu begitu kurus?"

Robin tidak menjawab pertanyaan ini, ia mengubah topik pembicaraan dan berkata, "Kakak ipar, aku kelaparan, ayo makan dulu!"

"Oke, makan di mana?"Andri Chen tidak familiar dengan daerah ini, jadi ia harus bertanya pada Robin.

Robin berbalik dan menunjuk ke jalan di seberang gerbang sekolah, dan berkata, "Kakak ipar, ada sebuah restoran kecil di sana. Hidangan yang dimasak oleh pemiliknya benar-benar luar biasa. Aku akan mengajakmu untuk mencicipinya."

"Oke, ayo pergi."Andri Chen memberi isyarat.

Robin membawa Andri Chen ke jalan di seberang gerbang sekolah. Begitu dia masuk ke restoran Sichuan, pemilik toko menyapa Robin dengan hangat: "Robin, sudah lama sekali kamu tidak datang ke tempatku."

Robin menjawab sambil menghela nafas: "Oh! Aku terlalu sibuk belakangan ini. "

Pemilik restoran berkata sambil tersenyum, "Apa yang sedang disibukkan bocah ini? Aku belum melihatmu makan di sini lagi."

Robin menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Apa lagi yang bisa dilakukan siswa, tentu saja belajar!"

Mendengar kata belajar, pemilik restoran tertawa dan menggoda: "Bocah ini masih suka belajar? Jangan bercanda denganku."

Robin berkata dengan sungguh-sungguh, "Benar-benar belajar!"

Pemilik restoran bertanya, "Ayo, apa yang kamu inginkan hari ini?"

Segera setelah itu, tatapan pemilik restoran jatuh pada Andri Chen,Robin memperkenalkannya: "KaKak Tony, ini kakak iparku."

Pemilik toko langsung menyapa Andri Chen dengan hangat: "Halo, halo!"

Andri Chen juga dengan sopan menjawab, "Halo Kak Tony! Robin, anak ini tidak mengganggumu, kan?"

Pemilik restoran yang terlihat berusia 37 atau 38 tahun dengan celemek di pinggangnya. Seluruh orang terlihat sangat istimewa dan mudah didekati. Pemilik restoran berjalan di depan Andri Chen dan menyentuh kepala Robin. Tertawa hehe dan berkata, "Saya berteman dengan Robin, bocah ini tidak pernah buat onar."

Robin juga menyeringai dan memandangi pemilik restorannya dan berkata, "KaKak Tony, cepatlah dan masak beberapa hidangan yang baik untuk dicoba oleh kakak iparku."

KaKak Tony dengan cepat setuju: "Tidak masalah, tunggu aku sebentar, aku akan menggoreng makanan untuk kalian."

Selesai berbicara, Kak Tony berbalik untuk pergi ke dapur. Setelah beberapa saat, langsung terdengar suara berderak dari wajan, dan aroma wangi yang panas dan asam menyembur keluar.

Pada saat ini, Andri Chen mengalihkan perhatiannya ke Robin lagi, dan bertanya : "Robin, bukankah kamu bilang kamu punya kabar baik?"

Berbicara tentang masalah ini, Robin bereaksi dan memukul dengan jari tersentak, berkata, "Ya, aku hampir melupakan hal besar ini."

Selesai berbicara, Robin mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukannya kepada Andri Chen, dan memberi isyarat, "Kak, lihat ini."

Andri Chen terdiam sejenak, tidak tahu apa yang dilakukan Robin pada dirinya sendiri.

Dia mengambilnya dan melihat ke bawah ke foto-foto di ponsel. Andri Chen terkejut mendapati foto-foto ini adalah foto transkrip Robin, peringkat anak itu benar-benar mencapai peringkat yang dikatakan Andri Chen sebelumnya.

Andri Chen mengerutkan keningnya, melihat dari dekat, Robin memang masuk sepuluh besar.

Dia mendongak dan bertanya dengan ragu, "Kamu curang, kan?"

Setelah mendengar ini, Robin tampak kesal dan berkata dengan sedih, "Kak, tidakkah kamu lihat seberapa kurus aku sekarang?"

Andri Chen bertanya dengan tak terbayangkan: "Begadang sampai turun berat badan?"

Robin mengambil secangkir teh dan menyesapnya, lalu menghela nafas, "Kakak ipar, aku benar-benar bekerja keras selama ini. Aku membaca buku setiap malam, jam 2 dini hari baru tidur."

Andri Chen tidak menyangka Robin berjuang begitu keras, tetapi melihat penampilannya yang menyedihkan ini, Andri Chen pun sepenuhnya percaya kepada Robin.

Andri Chen menyemangatinya: "Anak yang baik, benar-benar hebat sekali kamu ini!"

Robin sangat senang mendengar ini. Dia tidak mengangka dirinya benar-benar melakukannya. Pada beberapa waktu ini, dia benar-benar bekerja keras. Bahkan guru kelasnya sangat terkejut. Para guru sangat tidak terbiasa, selalu bertanya-tanya apakah Robin terpacu oleh sesuatu.

Robin ingat janji Andri Chen untuk dirinya sendiri, dan berkata dengan cepat, "Kakak ipar, kamu masih ingat janjimu kan?"

Andri Chen tertegun sejenak, lalu bertanya, "Hal apa?"

Robin mengingatkannya: "Ajari aku tinju!"

"Oh hal ini! Tentu saja."Andri Chen menjawabnya

Robin berkata dengan gembira, "Luar biasa."

Melihat Robin bahagia, Andri Chen langsung berkata, "Kutegaskan terlebih dahulu, setelah belajar meninju, kamu tidak boleh bertarung, kalau tidak aku tidak akan mengajarimu."

Robin langsung berjanji: "Kakak ipar, tenang saja! Selama tidak ada yang menggertakku, aku tidak akan pernah bertarung dengan siapa pun. "

Andri Chen melirik bir di belakangnya, membuka sebotol bir dan menuangkan dua gelas, hanya mengambil cangkir, Robin juga mengambil, Andri Chen mengambil inisiatif untuk menyentuh Robin dan berkata, "Seorang pria tidak akan melanggar janji yang sudah diucapkan!"

Robin juga berkata dengan tegas, "Seorang pria tidak akan melanggar janji yang sudah diucapkan!"

Keduanya bersulang. Ketika mereka menurunkan gelas, Robin tidak sabar untuk bertanya: "Kakak ipar, kapan kakak akan mengajariku!"

Andri Chen menjelaskan: "Tunggu aku untuk menangani masalahku dulu."

"Baiklah."Robin sangat bahagia, ia langsung memegang botol bir, lalu menuangkan segelas anggur untuk Andri Chen.

Keduanya sedang minum, dan Kak Tony menyajikan hidangan Sichuan yang dimasak di atas piring, termasuk ayam pedas, kacang hijau kering, daging rebus, ayam gongbao, tahu mapo, daging panci panas, dll. Hingga membuat meja mereka penuh.

KaKak Tony berkata kepada Andri Chen, "Ayo, cicipi bagaimana rasanya."

Andri Chen meraih sumpitnya dan menggigit, merespon dengan nyaman: "Rasanya enak, enak sekali."

Ketika mendengar ini, Kak Tony tertawa dan berkata, "Berbincanglah kalian."

Begitu hendak pergi, Robin berteriak, "Kak Tony, kemarilah, kita makan bersama."

Kak Tony menjawab: "Robin, kamu makan dulu saja. Tolong jaga restoran sebentar. Aku mau keluar sebentar untuk membeli beberapa daun bawang."

"Baik, pergilah!"Robin bersedia, Kak Tony pun pergi dengan sepeda listriknya.

Setelah Kak Tony pergi, Andri Chen dan Robin minum secangkir demi secangkir. Minuman bir kecil ini membuat Robin merasa sangat nyaman. Mungkin itulah alasan mengapa ia tidak meninggalkan sekolah untuk waktu yang lama.

Keduanya minum dengan gembira, sebuah van berhenti di pintu restoran, dan empat pria berjas masuk ke dalam restoran, dan berteriak, "Tony Xue!"

Tony Xue adalah nama pemilik restoran ini. Andri Chen tidak tahu, tetapi Robin tahu. Robin yang baru saja berdiri, Kak Tony yang baru saja membeli daun bawang kembali, ia juga terkejut begitu melihat 4 orang berjas ini. Kak Tony langsung berkata dengan penuh hormat: "Kak Yu, beri aku kesempatan beberapa hari lagi, bisakah? Bisnisku tidak berjalan dengan lancar akhir-akhir ini!"

Tanpa berkata apa-apa, pria berambut cepak ini langsung membanting Kak Tony ke lantai, ia meludah ke lantai, dan mengutuk: "Persetan! Kemarin diundur ke hari ini, hari ini diundur ke besok, kamu main-main dengan kami?"

Ketika Robin melihat ini, dia segera berjalan dan bertanya dengan tajam, "Kalian kenapa memukul orang lain?"

Begitu mengatakan ini, pria berambut cepak ini mengangkat tangannya dan mencoba untuk menampar keras Robin, tetapi ketika melakukan ini, dia langsung merasa sangat menyesal.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu