My Charming Lady Boss - Bab 401 Mengumumkan Peraturan

Andri menjawab dengan simpel, “Tenanglah! Saat tiba waktunya aku akan memberitahumu.”

Selanjutnya, Angelina tidak menanyakan apa-apa lagi, tadinya banyak isi hati yang ingin ia utarakan pada Andri, namun setelah mengetahui masalah pernikahan Andri dan Yuni, serta merta ia tidak ingin bertanya lagi, karena semua sudah tidak penting lagi.

Ia menarik napas panjang, memandangi pemandangan di luar jendela mobil, tiba-tiba bertambah kecemasan di dalam hatinya, tadinya ia mengira penantiannya akan segera berakhir, tapi akhir ini adalah benar-benar berakhir.

Ketika mobil Audi milik Andri tiba di tengah kota, langit perlahan menjadi gelap, Andri tidak tahu di mana Angelina tinggal, ia menoleh dan bertanya: “Angelina, di mana tempat tinggalmu?”

Angelina tersadar dari lamunannya, tadinya ia ingin menyuruh Andri mengantarnya ke hotel, tapi teringat akan Jane, jika saja berpapasan dengannya, maka akan menjadi masalah, jadi ia hanya bisa melihat ke depan, mengisyaratkan: “Andri, turunkan aku di halte di depan saja!”

Andri memandang sekelilingnya, bertanya dengan penasaran: “Kamu tinggal di sekitar sini?”

Angelina menggeleng dan menjawab: “Tidak, ada mall di dekat sini, tiba-tiba aku lupa hari ini mau membeli sesuatu, kamu turunkan saja aku halte depan, lebih mudah bagimu.”

Andri pun hanya bisa menjawab: “Baiklah.”

Tapi, baru saja selesai berbicara, ponsel Andri berdering, tadinya ia kira panggilan dari Nora, namun setelah melihat ponselnya, tertulis nama Yuni di layarnya, Angelina menatap sejenak layar ponsel di tangan Andri, tak sengaja ia melihat nama Yuni.

Andri khawatir terjadi sesuatu dengan Yuni, ia buru-buru mengangkat telepon.

“Halo! Yuni!”

Dengan cepat langsung terdengar suara Yuni dari balik ponsel: “Andri, kamu tidak apa-apa kan? Mengapa pergi begitu lama?”

Andri tahu Yuni sedang khawatir, ia langsung menjawab: “Aku tidak apa-apa, aku akan segera pulang.”

Mendengar ucapannya, Yuni pun langsung tenang, ia melanjutkan berbicara: “Andri, sebentar lagi aku akan selesai menyiapkan makan malam, kamu cepatlah pulang!”

“Baiklah, aku mengerti.” Selesai berbicara, Andri menutup telepon, dan memberhentikan mobilnya di depan halte.

Angelina tidak terburu-buru untuk membuka pintu mobil, ia menoleh dan bertanya dengan iri: “Telepon dari pacarmu?”

Andri tersenyum, menjawab dengan bahagia: “Iya.”

Angelina memburu-burunya: “Kalau begitu kamu cepatlah pulang! Jangan membuatnya menunggu lama di rumah, tunggu hingga ada waktu luang, aku akan bertamu ke rumahmu, bolehkah?”

“Tentu saja boleh!” Andri menjawab dengan senang.

Angelina bertanya demikan, karena ia ingin tahu seperti apa kekasih Andri, apakah lebih cantik dari dirinya, atau lebih sabar darinya, karena di dalam hatinya, ia iri pada wanita bernama Yuni ini.

“Dadah! Kapan-kapan bertemu lagi.” Selesai berbicara, Angelina membuka pintu mobil dan turun.

Andri melambaikan tangannya pada Angelina, dan mengingatkannya: “Hati-hati!”

“Kamu cepatlah pulang!” Sekali lagi Angelina memburu-buru Andri.

Andri pun menyalakan mobilnya, mengemudikannya di antara mobil-mobil lain, dengan cepat menghilang dari tatapan Angelina, Angelina berdiri di pinggir jalan dan tidak bergegas pergi, malahan setelah melihat mobil Andri hilang dari tatapannya, ia tidak kuasa menghela napas, yang telah ditunggunya selama beberapa tahun, tapi tidak didapatkannya.

Tidak lama kemudian, ia berjalan sendiri di trotoar, orang-orang yang lewat mulai membicarakannya.

“Cepat lihat! Bukankah itu adalah guru paling cantik yang sedang viral, Daisy?”

“Benar, sepertinya adalah dia, aku pernah melihatnya di internet.”

“……”

Semakin lama semakin banyak orang yang membicarakannya, tadinya ia hanya ingin menjadi seorang guru biasa, namun tidak disangka ia malah menajdi viral, dirinya yang dari guru biasa berubah menjadi guru populer, banyak orang yang ingin berfoto bersamanya, bahkan sekarang ada wartawan yang diam-diam mengikutinya, ingin menjadikan kehidupannya sebagai topik majalah.

Ada saatnya begitu banyak guru pria mencurahkan perhatian padanya, ingin mengejarnya untuk dijadikan kekasih, tapi semua ditolaknya, hatinya masih memikirkan si brengsek yang waktu itu melindunginya.

Ketika wartawan mewawancarainya, banyak wartawan yang menanyakan pertanyaan serupa, yaitu mengapa ia belum menikah, karena umurnya sudah tidak muda lagi, banyak yang menyukainya, ia sangat mungkin untuk tidak menjadi guru, berubah menjadi artis, ini adalah impian begitu banyak wanita, namun di mata Angelina, ia hanya menjadi seorang guru wanita normal, ini adalah impiannya dari kecil, namun pemikirannya ini, membuat Jane sungguh tidak mengerti, Keluarga Chen bukanlah keluarga biasa, harga mereka cukup untuk beberaa turunan, namun Angelina justru ingin hidup sebagai orang biasa.

Ayahnya tidak memiliki anak laki-laki, hanya memiliki dua putri, ayahnya juga berharap putrinya akan mewarisi usaha keluarga, namun pemikiran Anastasia, membuat Ayah dan adiknya benar-benar tidak mengerti.

Anastasia juga karena seorang penjaga pribadi, bertengkar dengan ayahnya sendiri, bahkan hampir memutuskan hubungan Ayah anak yang ada, ia adalah Nona kaya, tapi memilih menjadi orang biasa, jatuh cinta pada seorang miskin, Jane sendiri sudah mengatakan bahwa Anastasia gila.

Apakah benar ia sudah gila? Bahkan ia sendiri pun tidak tahu, dari saat ia tahu Andri akan menikah, ia sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi, hanya ingin mencari tempat tanpa manusia, menangis dengan lega.

Tapi karena begitu banyak pejalan kaki, ia pun hanya bisa menaiki sebuah taksi, di jalan kembali menuju hotel, ia duduk sambil menangis, menangis hingga supir taksi juga kebingungan, tidak henti-hentinya bertanya: “Nona, ada apa denganmu?”

Anastasia tidak menghiraukannya, ia menangis semakin tersedu-sedu.

Saat itu Andri yang berada di dalam mobil tidak tahu apa yang terjadi di dalam taksi, di dalam hatinya, hanya ada Yuni, ia hanya ingin cepat pulang, lalu makan malam bersama dengan Yuni, menikmati dunia milik berdua.

Lima belas menit kemudian, barulah mobil Andri berhenti di sebuah jalan di dekat Komunitas Perumahan Xin Hua, dari jauh ia melihat mobil yang mengikutinya juga berhenti di tempat, ia hanya bisa menghentikan mobilnya jauh sebelum gang Komunitas Perumahan Xin Hua, sebelum turun dari mobil, ia memeriksa penampilannya, setelah yakin tidak ada kekurangan, barulah ia turun.

Andri memakai sepatu hak, dengan percaya diri pulang ke Komunitas Perumahan Xin Hua, polisi yang mengawasinya tetap tidak menyadarinya.

Setelah kembali ke rumah dengan lancar, Yuni sedang menata makanan di atas meja, Andri melihat meja yang dipenuhi santap malam, perutnya pun langsung berbunyi, ia benar-benar lapar, baru saja akan mengulurkan tangan untuk mengambil sepotong daging, Yuni yang menggunakan apron menyadarinya, dengan sigap ia memukul tangan kanan Andri, berkata: “Cepat cuci tangan, cuci tangan dulu baru makan, kamu seperti ini, nanti anak akan mencontohmu.”

“Baiklah, baiklah, aku mendengarkan istriku.” Andri pun menarik tangannya, segera pergi ke dapur.

Dengan cepat, Andri sudah membenahi diri, duduk di sisi meja makan memandangi lauk yang memenuhi meja, ia mengambil sumpit dan mengambil lauk, memasukannya ke mulut dan mengunyah, menyadari rasanya enak, kemampuan memasak Yuni berkembang cukup cepat, tapi Andri menyadari hal yang aneh dan langsung bertanya: “Yuni, hari ini kamu pergi keluar?”

Yuni membalas, “Kalau aku tidak keluar, dari mana datangnya lauk-lauk ini?”

“Polisi di depan rumah tidak menunjukkan pergerakan apapun?” Andri bertanya dengan khawatir.

Yuni tersenyum bangga dan berkata: “Kamu pikir aku bodoh! Kamu sendiri bisa berdandan menjadi seorang wanita, mengapa aku tidak bisa berdandan menjadi nenek tua?”

Begitu mendengarnya, Andri langsung tertawa, ia pun memuji Yuni: “Wah! Pintar juga, tidak lain adalah istriku, sini, sini, suami akan memberimu hadiah.”

Sambil berbicara, Andri berdiri, berjalan menghampiri Yuni, berencana menciumnya.

Yuni menyadri, dan langsung menghindar, ia mencegahnya dan berkata: “Apa yang kamu lakukan, bukankah kamu lapar? Cepat makan.”

“Cium dulu baru makan.” Andri berkata dengan keras kepala.

“Tidak bisa!” Yuni langsung menolaknya.

“Kenapa tidak boleh?” Andri bertanya.

“Tidak ada alasan, hanya saja tidak boleh.” Yuni bersikeras.

Tadinya Andri menginginkan ciuman liar, tapi melihat tatapan Yuni yang setajam pisau, ia hanya bisa menyerah, karena Yuni sudah mengeluarkan sebuah gunting, buru-buru mengancam Andri: “Lain kali tanpa persetujuanku, kamu tidak boleh mendekat, kalau tidak gunting ini akan menyapamu.”

Melihat gunting itu, Andri tidak bisa berkata-kata, ia bertanya dengan sedih: “Kamu kapan membeli gunting?”

“Atas dasar apa aku harus memberi tahumu!” Yuni sengaja mengucapkannya.

Andri tahu hari sulitnya dimulai, tadinya ingin berciuman sekembalinya ke rumah, sekarang sepertinya sudah tidak ada harapan.

Selesai berbicara lagi-lagi Yuni mulai menyampaikan aturannya, ia berkata: “Sekarang kita adalah teman serumah, jika kamu berani melewati aturan selangkah saja, aku akan memakai gunting ini untuk menggunting adik kecilmu.”

Andri bertanya dengan putus asa: “Kalau begitu aku harus menunggu sampai kapan?”

Yuni menjawab dengan yakin: “Tentu saja setelah menikah, sekarang jika aku membiarkanmu mendapatkannya, siapa tahu nantinya kamu tidak akan sebaik ini lagi padaku, pria-pria yang aku lihat di drama televisi semuanya seperti itu.”

“Drama jelek apa itu, itu semua adalah bohong!” Andri mencoba membalikkan pola pikir Yuni.

Yuni menjawa: “Sekarang begitu banyak wanita di sisimu, semuanya cantik, kalau-kalau suatu hari kamu tidak bisa menahan napsumu, bersama dengan orang lain, bukankah aku yang rugi, jadi demi masa depanku, kamu tidak usah berpikir bisa menyentuhku sebelum menikah!”

Andri tidak tahu bagaimana Yuni bisa mempunyai pemikiran seperti ini, menunggu hingga menikah, sepertinya ia akan menahan setengah mati, jadi ini harus secepatnya menikah dengan Yuni, siapa tahu nantinya akan timbul masalah lain yang tidak di sangka.

Ketika Yuni masih terus menyampaikan aturan-aturannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar mereka, awalnya keduanya tidak mendengar apapun, namun dengan kuping tajam Andri, ia sibuk menghentikan ucapan Yuni, berbisik: “Dengarkan, apakah ada orang mengetuk pintu?”

Yuni pun berhenti, mendengarkan dengan seksama, ternyata benar terdengar suara pintu diketuk, ia mengangguk, “Iya.”

Selesai berbicara, Yuni pun langsung panik, mendengar suara ketukan, mengejutkannya hingga ia tidak berani menggumam.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu