My Charming Lady Boss - Bab 345 Tatapan Tajam dan Mematikan

Andri Chen menerima kartu nama yang diberikan dan melihatnya dengan jelas, tertulis: Sales Pt. Bir Diana Lu, Sisca Mi.”

Melihat nama Bir Diana, Andri Chen pun mengerti, ternyata Keluarga Mi bergerak di bidang produksi bir, pantas saja mereka begitu kaya, dan pastinya Diana Lu memiliki kedudukan yang tidak biasa.

Tetapi, kenapa tertulis kata ‘Sales’ di dalam kartu nama itu, Andri pun bertanya dengan penasaran: “Sisca, kenapa tidak langsung menyerahkan perusahaan ini padamu? Kenapa kamu hanya berprofesi sebagai sales?”

Sisca Mi mulai menjelaskan apa yang Andri bingungkan: “Ibuku berkata, aku belum sepenuhnya mengerti di bidang bir, dia ingin aku memulainya dari awal. Dia tidak ingin usaha selama puluhan tahun hancur di tanganku, makanya memintaku bertanggung jawab atas pemasaran di Kota D, dan Manager di Kota D sama sekali tidak tahu bahwa aku adalah anak Diana Lu. Aku dengar bar ini adalah bar terbaik di Kota D, makanya ingin mengembangkan dan memperdalam pemasaran disini.”

Setelah mendengarnya, Andri pun menganggukkan kepala, dan membuang jauh rencana lain dalam pikirannya.

Saat ini, Sisca Mi kembali bertanya dengan penuh penasaran: “Andri, kenapa kamu disini?”

Andri tersadar dari lamunan, spontan berbohong: “Oh, kamu lupa ya, Kota D adalah kampung halamanku, beberapa waktu lalu Ibuku dirawat di rumah sakit, makanya aku pulang menjenguknya.”

Mendengar penjelaskan itu, Sisca bertanya dengan sangat kaget: “Andri, ingatanmu sudah pulih?”

Berbicara soal ingatannya, Andri Chen mulai murung. Dia terus menggelengkan kepala dan berkata: “Belum, tetapi aku mengira kembali ke kampung halaman dan melihat kembali kamar yang pernah aku tinggali bisa membantu memulihkan ingatan, tetapi semuanya tetap saja kosong dan hampa. Hanya saja saat melihat Ayah dan Ibu, ada rasa akrab dan familiar dalam diri, aku pun tahu dengan jelas merekalah orang tua-ku. Berkali-kali aku berusaha mengingat kembali semua masa lalu, tetapi tetap saja gagal.”

Setelah mendengarnya, Sisca mengangguk sambil berpikir, kemudian mengalihkan topik pembicaraan, bertanya dengan perduli: “Di rumah sakit mana Ibu dirawat? Apakah keadaannya sudah membaik?”

Andri menjawab sesuai kenyataan: “Oh, aku sudah membawa Ibu ke Nanjing. Mulai sekarang mereka akan tinggal di Nanjing.”

“Oh, begitu ya! Kalau begitu setelah kembali ke Nanjing, aku akan pergi mengunjungi mereka.” Sisca Mi sedang bekerja, tidak bisa pergi begitu saja.

“Sisca, tidak perlu buru-buru, aka nada kesempatan di kemudian hari, lanjutlah bekerja.” Andri membujuknya.

“Baiklah, sini, cobain bir Nanjing buatan perusahaan kami, bagaimana rasanya. Ini adalah produk terbaru, 1982.” Sisca mulai memperkenalkan produk buatan perusahaannya, sambil mengeluarkan sebotol bir dari dalam tas.

Setelah membukanya, dia berinisiatif menuangkan ke dalam gelas Andri dan berkata: “Andri, coba dulu, bagaimana rasanya?”

Andri Chen melihat sekilas bir dalam gelas, dan meneguknya hingga habis tanpa ragu sedikitpun, lalu berkata dengan puas: “Rasanya enak, aku percaya orang-orang di Kota D akan suka dengan rasa ini.”

Begitu mendengar pujian itu, Sisca langsung bertanya dengan senang: “Benarkah?”

“Hm.” Andri mengangguk dengan yakin.

Sisca kembali bertanya: “Andri, apakah kamu kenal dengan Manager bar ini? Tolong kenalkan padaku, aku sudah promosi seharian disini, tetap tidak ada yang memperdulikanku.”

Berbicara soal Manager bar itu, Andri langsung kepikiran Gill, dan segera membujuk Sisca: “Sisca, lebih baik ganti bar lain saja!”

“Kenapa memangnya?” Sisca Mi bertanya dengan heran dan ekspresi penuh rasa bingung.

Andri Chen tidak leluasa menjelaskan lebih lanjut, karena itu adalah daerah kekuasaan Gill. Jika sampai identitasnya terbongkar, maka masalah pasti menjadi runyam.

Oleh karena itu, dia pun berbisik di telinga Sisca: “Sisca, disini tidak leluasa, kita ganti tempat lain saja!”

Melihat Andri yang begitu misterius, dia hanya bisa mengiyakan: “Baiklah.”

Dengan begitulah, Andri membawa Sisca keluar dari bar milik Gill, dan masuk ke sebuah kafe terdekat. Dia ingin menceritakan semua yang terjadi di Kota D, dan harus memberitahunya, bahwa Nora ada di sekitar, jika terus menetap di Kota D, Sisca sungguh akan terkena masalah.

Sesampainya di kafe, Andri Chen pun melepaskan kacamata hitam, memesan segelas kopi dan meneguknya, lalu berkata pada Sisca Mi: “Sisca, lebih baik kamu jangan menetap di Kota D, mintalah pada Ibumu untuk memindahkanmu ke daerah lain!”

Mendengar perkataan Andri, Sisca Mi semakin merasa penasaran, lanjut bertanya: “Kenapa?’

Awalnya Andri masih merasa bingung, dia tidak ingin Sisca Mi terlibat dalam masalah itu. Tetapi Sisca sudah berpengalaman menjadi polisi selama bertahun-tahun, interogasi adalah salah satu keahliannya, begitu ada sesuatu yang membuat penasaran, dia pasti akan mencari tahu hingga jelas.

Andri terpaksa mengatakan yang sebenarnya: “Sisca, apakah kamu masih ingat dengan orang bernama Nora?”

Mendengar nama Nora, Sisca Mi mengerutkan kening, dan berkata dengan serius: “Tentu saja ingat.”

Andri Chen lanjut berkata: “Dia ada di Kota D.”

Sisca lanjut bertanya: “Dimana dia? Beritahu aku, aku akan segera menelepon pihak kepolisian Kota D untuk terus memantaunya, dia sudah melakukan banyak tindakan kriminal di Kota Nanjing, kita harus menemukan bukti yang kuat untuk memasukkannya ke penjara.”

Melihat Sisca begitu semangat, Andri mencoba bertanya: “Sisca, saat ini kamu bukan lagi seorang polisi, bolehkah lepaskan dia.”

Sisca tidak menyangka Andri akan memohon seperti itu, langsung bertanya dengan curiga: “Memangnya kenapa?”

Andri tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Setelah berpikir keras, dia pun mencoba berkata: “Karena….dia pernah meneyelamatkan nyawaku, dan juga nyawa Ibuku, aku tidak ingin…”

Tanpa menunggu Andri selesai berkata, Sisca langsung mangajarinya dengan sabar: “Andri, ada apa denganmu? Kenapa kamu bisa bergaul dengannya? Tahukah kamu apa yang dia kerjakan? Tindakan melindunginya seperti ini bisa mencelakai banyak orang.”

Andri Chen kembali menjelaskan kejadian di Kota S, saat itu Erwin Lu yang mengutusnya kesana.

Setelah mendengar penjelasan Andri, pandangan Sisca pada Nora tidak berubah sedikitpun, melainkan terus memperingatkan Andri: “Andri, di mata hukum, balas budi tidak ada gunanya. Meskipun dia pernah menyelamatkanmu, tetapi pernahkah kamu berpikir, berapa banyak warga biasa yang telah dia celakai. Pamanku berbuat demikian juga karena terpaksa. Dalam kasus ini, kamu tidak boleh lengah, kalian berada di dua jalan yang berbeda. Aku tidak ingin kamu menjadi seperti dia, dan menjadi seorang buronan. Andri, sadarlah! Jangan terjatuh semakin dalam, tiba saatnya nanti semua akan terlambat.”

Yang dikatakan Sisca memang masuk akal, tetapi saat kepikiran Nora rela mengalami luka pisau demi menyelamatkan dirinya, dan jika bukan karena Nora, mungkin saja dia tidak akan bertemu dengan Ibunya lagi.

Selain itu, jika Nora tiba-tiba menghilang dari dunia ini, bagaimana caranya menjelaskan pada Ibu. Di mata Ibu, di hati Ibu, Nora sudah dianggap sebagai putri sendiri.

Andri sungguh tidak berdaya akan masalah ini, di satu sisi harus ingat berbalas budi, di sisi lain ada hukum yang berdiri tegak.

Dia langsung meneguk kopi dengan cepat, tetapi kopi dalam gelas itu tidak mampu membuat pikirannya jernih.

Saat meletakkan gelas kopi, dia mengangkat kepala melihat Sisca dan berkata dengan penuh rasa maaf: “Sisca, maafkan aku, aku sungguh tidak punya cara lain dalam masalah kali ini, dan aku sarankan kamu untuk cepat tinggalkan Kota D, jika tidak, dia akan melakukan sesuatu padamu. Waktu itu kamu melepaskan tembakan hingga membuatnya kehilangan rahim, dia sangat dendam padamu, aku sudah membujuknya berkali-kali, tetapi tetap saja tidak berguna.”

Mendengar kabar itu, Sisca merasa sangat terkejut, sungguh tidak menyangka tembakan waktu itu sampai membuat Nora kehilangan rahim.

Tetapi Sisca sama sekali tidak merasa menyesal, melainkan mengingat kembali kejadian itu dan berkata pada Andri: “Andri, tahukah kamu, 6 tahun yang lalu, Nora adalah seorang pelaku transaksi narkoba. Jika aku tidak melepaskan tembakan itu, dia pasti sudah kabur ke tempat lain, dan membawa banyak narkoba bersamanya. Setelah aku menembak dan mengejarnya, rekan-rekannya telah membawa pergi narkoba itu. Tahukah kamu, narkoba yang mereka bawa bisa membahayakan banyak orang, berapa banyak orang yang kehilangan keluarga karena narkoba, berapa banyak orang yang menjemput kematian karena benda itu. Soal dia yang telah kehilangan rahim, mungkin bisa termasuk salah satu balasan dari perbuatannya.”

Andri Chen tidak tahu harus berkata apa, dia tahu narkoba memang sangat mencelakai hidup orang-orang, tetapi dia sungguh tidak berdaya.

Dengan gelisah dia membakar sebatang rokok, dan menghisapnya sekali demi sekali.

Sisca lanjut berkata: “Andri, cepat beritahu aku dimana dia berada, aku akan langsung menelepon pihak kepolisian Kota D, aku punya rekan yang baru dipindahkan dari Nanjing.”

Berhadapan dengan pertanyaan Sisca, Andri tetap tidak goyah. Dia mematikan rokok di tangan dan berkata: “Sisca, bolehkah berikan aku waktu untuk mempertimbangkannya?”

Sisca berkata dengan tak berdaya: “Andri, apalagi yang mau kamu pertimbangkan? Ini adalah kesempatan bagus, manfaatkan kesempatan ini sebelum dia sadar. Kita lapor polisi, dan lakukan penangkapan. Jika tidak, jika dia berhasil kabur lagi, entah berapa lama baru bisa menemukannya. Kamu juga tahu, demi menangkapnya, banyak sekali polisi Nanjing yang siaga di berbagai titik hingga bermalam-malam. Bahkan di saat tahun baru tiba pun mereka tidak bisa pulang untuk berkumpul dengan keluarga. Ada juga polisi muda satu sekolah denganku, mereka mati di usia yang sangat muda, tahukah kamu semua ini adalah karya terindah dari Nora, apakah kamu tega melihat mereka mati di tangan Nora?”

Mendengar perkataan Sisca, Andri berkata dengan penuh rasa maaf: “Sisca, maaf, aku tidak bisa.”

“Andri, kamu!” Mendengar perkataan itu, Sisca kesal hingga kehabisan kata-kata.

Andri lanjut berkata: “Sisca, aku juga sangat kesusahan, semoga kamu bisa mengerti!”

“Andri, sadarlah! Jangan seperti ini terus, atau semuanya akan berantakan.” Melihat keadaan Andri saat ini, Sisca merasa semakin panik, sungguh takut Andri akan tenggelam di bawa Nora.

Tetapi kini, saat sedang berbicara, keduanya tidak menyadari sebuah bayangan badan langsing berjalan memasuki kafe. Hingga muncul di ruang utama, Andri Chen baru menyadari orang itu, yang tak lain adalah Nora yang sedang mereka bicarakan, tatapan tajam dan mematikan itu jatuh pada posisi dimana Andri berada.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu