My Charming Lady Boss - Bab 104 Ponsel yang Berbahaya (2)

‘Rossa, terimakasih atas tawaranmu. Aku akan mengurus hal ini sendiri.’

Tidak lama setelah Andri mengirim pesannya, Rossa membalasnya lagi, ‘Untuk apa terimakasih? Apa kamu lupa yang kukatakan padamu? Kita ini teman. Yang bilang terimakasih akan menerima hukuman.’

‘Hukuman apa?’ tanya Andri Chen.

Beberapa saat kemudian Rossa membalas pesannya lagi, ‘Hukumannya kamu mengirim dua kata itu ke Direktur Lin’.

Andri Chen paham maksud Rossa Du, namun dia sengaja membalas, ‘Dua kata yang mana?’

Kali ini, Rossa Du membalas pesannya dengan cepat, ‘Aku mencintaimu!’

Melihat dua kata itu, Andri Chen tersenyum, ‘Rossa, kamu sungguh kelewatan.’

‘Hm, kamu menyebutku kelewatan, aku tidak akan mempedulikanmu lagi. Kamu cepatlah mengirim pesan ke Direktur Lin. Kalau tidak, aku akan…’ balas Rossa.

Andri Chen menarik nafas dalam-dalam setelah membaca pesan dari Rossa, ‘Baiklah. Aku akan mengirimnya. Siapa peduli. Kemungkinan terburuk hanyalah ditolak. Sialan…’

Dia mengumpat di akhir pesannya untuk menyemangati dirinya sendiri.

‘Hahaha! Ini baru terdengar seperti pria sejati. Pria sejati, aku tidur dulu. Aku harus bangun awal besok!’

Setelah pesan itu, ponsel Andri tidak lagi bergetar. Sepertinya kali ini Rossa benar-benar tertidur.

Setelah mengeringkan rambutnya, Andri Chen berebah di ranjangnya. Dengan ponsel di tangannya, dia pun memantapkan hati, lalu membuka kotak pesan. Andri mulai menulis pesannya, ‘Direktur Lin, aku sudah lama memendam kata-kata ini di dalam hatiku. Aku menyukaimu!’

Usai menulisnya, Andri merasa pesan yang baru saja ditulis terkesan provokatif. Dia pun menghapusnya, lalu menulis pesan baru lagi.

‘Direktur Lin, aku ingin memberitahumu sebuah rahasia. Sebenarnya, orang yang selama ini menyukaimu, adalah aku.’

Andri merasa pesannya kali ini kurang rasa kasih sayang. Dia lalu menghapusnya lagi dan menulis yang baru.

‘Yuni, aku mencintaimu seperti tikus mencintai padi.’

Andri merasa sangat tersiksa dengan pesan itu, dia merasa hampir gila. Dia lalu menghapusnya lagi. Dengan kesal, dia menulis pesan baru. Sebenarnya dia menulisnya untuk melampiaskan rasa kesalnya. Tanpa sengaja, Andri menekan tombol kirim. Pesan itu langsung terkirim ke ponsel Yuni Lin. Andri terlambat menarik pesan itu.

Ponsel yang canggih itu baru saja menyelesaikan tugasnya.

Andri melihat pesan yang barusan dikirimnya. Andri merasa ingin mati saja. Dia lalu melempar ponselnya ke atas ranjang sambil mengumpat, “Sialan!”

Usai mengumpat, Andri berkata pada dirinya, “Tamat. Tamat riwayatku setelah ini.”

Tidak lama kemudian, ponselnya bergetar. Andri bergegas meraih ponselnya dan mendapati nama Yuni Lin di layarnya.

Seketika Andri merasa takut untuk membuka pesan itu. Benaknya bertanya-tanya bagaimana reaksi Yuni Lin setelah menerima pesannya tadi. Dia juga bertanya-tanya seperti apa pesan balasannya.

Andri Chen mengambil nafas dalam-dalam sambil mengumpulkan keberanian untuk membuka pesan itu.

‘Apa yang sedang kamu bicarakan? Apa kamu ingin mati?’

Setelah membaca pesan itu, Andri bergegas menulis pesan untuk menjelaskan maksudnya. Namun, usai menulis pesannya, tepat ketika dia mengirimnya, dia mendapat notifikasi bahwa pesaannya gagal terkirim. Dicobanya berkali-kali, masih juga gagal.

Saat itu juga, lampu diatas kepalanya berkedip-kedip. Tidak lama, lalu gelap gulita.

Di ruangan yang gelap itu, dengan setengah terkejut, “Tidak mungkin mati listrik, ‘kan?”

Dia menunggu sejenak, kamar itu masih juga gelap. Dia memandangi layar ponselnya. Pesan perminta maafannya belum juga terkirim. Setelah mengecek ponselnya, ternyata pulsanya habis.

Dia ingin mengisi ulang pulsanya, namun listrik sedang padam. Komputernya juga tidak berfungsi.

Pesan biadab itu membuatnya ingin mati. Dia ingin menghubungi Rossa Du untuk meminta bantuannya. Namun, pulsanya tidak mengijinkan Andri untuk menelepon Rossa Du.

Malam itu, hati Andri berkecamuk luar biasa. Entah apa yang akan terjadi di kantor besok. Entah Direktur Lin akan menghabisinya atau tidak.

Dengan terpaksa, Andri Chen terlelap dengan suasana hatinya yang berantakan. Lewat tengah malam, dia baru benar-benar bisa terlelap.

Pagi itu, suara bersiul yang keras dari lantai bawah membangunkannya.

Andri meraih ponsel dari meja di sebelah ranjangnya. Sudah pukul tujuh lewat tiga puluh.

Dia melompat dari ranjang dengan panik, lalu mandi dengan kilat. Sesampainya di lantai dasar, dia mendapati Audi merah milik Direktur Lin telah berangkat. Dia lalu keluar kompleks dan bergegas berangkat dengan taksi.

Tepat ketika Andri Chen tiba, suasana di dalam kantor tampak tidak beraturan. Dia sendiri tidak tahu mengapa.

Andri berlari mendekati Dea yang sedang sibuk menerima telepon di meja resepsionis, lalu dengan tegang bertanya, “Dea, apa yang terjadi?”

Saat itu Dea terlalu sibuk untuk langsung menjawab Andri Chen. “Hm, baiklah. Saya akan putuskan sesegera mungkin.” ujar Dea pada orang di seberang telepon.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu