My Charming Lady Boss - Bab 132 Wajahku Memerah (1)

Saat Robin melihat adegan ini didepan matanya, ia tertegun sesaat. Cangkir teh boba dan sebungkus rokok di tangannya jatuh di lantai kamar.

Robin tidak bisa percaya adegan di depannya, dan tidak bisa percaya bahwa gadis yang dia sukai ada di tangan kakak iparnya sendiri.

Pada saat ini, Andri Chen tahu semuanya sudah terlambat, dan dengan sepenuhnya berusaha menjelaskan hal ini kepada Robin: "Robin, dengarkan penjelasanku, Futari hanya ..."

Sebelum Andri Chen selesai menjelaskan, Robin tersenyum seperti orang bodoh, tersenyum dengan acuh tak acuh, berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa.

Ketika Andri Chen yang berbaring di tempat tidur melihat sosok Robin yang pergi menjauh, ia berteriak memanggilnya: "Robin! Robin! Kembali dan dengarkan aku dulu..."

Tidak peduli seberapa keras Andri Chen berteriak, sosok Robin masih tidak muncul di pintu kamar lagi. Pintu kamar tersebut hanya bergoyang dihempas angin layaknya sepasang wiper.

Pada saat ini, Andri Chen tiba-tiba berteriak pada Futari dengan marah: "Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan? Semuanya menjadi seperti ini, apakah kamu bahagia?"

Futari yang tiba-tiba diteriaki oleh Andri Chen merasa sangat kaget, setelah mengenali Andri Chen selama beberapa hari, ini merupakan pertama kalinya dia melihat matanya sangat mengerikan dan sangat dingin.

Dia berdiri kaku di samping tempat tidur, dan tidak pernah berani mengatakan sepatah kata pun.

Andri Chen memelototinya, bergerak ke pintu kamar pasien dan meraung keras: "Keluar kamu! Mulai sekarang, aku tidak ingin melihatmu lagi!"

Begitu Futari diteriaki seperti itu oleh Andri Chen, air matanya mulai menetes karena kesal, mengalir seperti bulir-bulir air dari matanya.

Dia tidak berbicara, hanya mengangguk, lalu melarikan diri dari kamar Andri Chen sambil menangis.

Setelah tidak lama, Andri Chen pun sendirian sekali lagi. Dia terengah-engah, dan tidak terfikirkan olehnya akan terjadi musibah hebat seperti ini.

Dia berhenti sejenak, dan tiba-tiba memikirkan sosok Robin yang tadi telah pergi, dengan susah payah mengambil keluar telepon selulernya, mencoba mencari tahu nomor telepon seluler Robin, dan kemudian menelponnya.

"Bip! Bip! Bip ..."

Nada dering ponsel terdengar berirama, tetapi tidak ada yang menjawab panggilan di sisi Robin.

Namun, Andri Chen tidak menyerah, dia terus berusaha menelponnya, menelponnya berkali-kali, tetapi Robin masih tidak mengangkatnya. Dia sangat khawatir tentang sang bocah Robin, takut dia akan melakukan sesuatu yang bodoh, karena dia tau hati bocah itu kepada Futari sangat tulus, sangat tidak terpikirkan olehnya bahwa Futari, si gadis gila itu, akan berlaku seperti itu padanya.

Hatinya menjadi sangat tidak nyaman ketika memikirkan tentang hal ini.

Andri Chen berusaha menelepon lebih dari satu jam, tetapi Robin masih tidak mengangkatnya.

Dalam keputusasaan, dia menelepon Rossa Du, dan panggilan itu dengan cepat terhubung.

"Hei! Andri Chen!"

Rossa Du menyambutnya dengan sangat lembut di telepon, berpikir ada yang salah dengan Andri Chen.

Andri Chen bertanya dengan ragu, "Rossa, Robin ada menelponmu?"

Rossa Du, yang berada di sisi lain telepon, sedikit bingung, dan bertanya dengan heran, "Untuk apa Robin menelponku? Bukankah dia pergi ke rumah sakit untuk melihatmu?"

Andri Chen terhenti untuk sesaat, dan Rossa Du bertanya dengan sedikit khawatir: "Andri, apa yang terjadi pada Robin?"

Andri Chen terpaksa menjawab dengan jujur: "Ada sedikit kesalahpahaman di kamar pasien tadi. Cepatlah telpon dia untuk menemukannya."

Meskipun Rossa Du tidak tahu apa yang terjadi, satu hal yang dia tahu adalah bahwa Andri Chen benar-benar menganggap Robin sebagai saudaranya sendiri, dan Robin benar-benar menganggap Andri Chen sebagai saudara iparnya sendiri.

Jadi Rossa Du menjawab di telepon: "Oke, saya akan segera menelepon dan bertanya."

Setelah mengatakan ini, Rossa Du menutup telepon. Saat ini, dia dalam keadaan berantakan, dan karena masalah antara dia dan Yuni Lin, dia sudah mengalami sakit kepala. Tidak terbayangkan olehnya masalah lain akan terjadi, yang membuat hatinya semakin semerawut.

Dia menunggu di kamar pasien untuk waktu yang lama sebelum telepon berdering.

Dia menengokkan kepalanya untuk melihat bahwa panggilan itu memang dibuat oleh Rossa Du, dan dia menjawab telepon dengan tergesa-gesa.

"Hei! Rossa, bagaimana? Apakah kamu menemukan Robin?"

Rossa Du, yang berada di sisi lain telepon, menjawab dengan lemas: "Aku menelepon beberapa kali dan dia tidak menjawab. Apa yang terjadi padanya?"

Beberapa hal tidak layak untuk diceritakan lewat telepon, jadi ia hanya bisa menjawab, "Jika kamu tidak sibuk sekarang, datanglah ke rumah sakit dan aku akan memberi tahu kamu lebih banyak."

Rossa Du langsung setuju: "Oke, aku langsung kesana."

Rossa Du pun menutup telepon. Andri Chen menghela nafas di kamar, ia ingin merokok, tetapi ketika ia berbalik dan melihat pintu, dan sebungkus rokok yang dibeli Robin untuk dirinya jatuh di depan pintu kamar, dan teh boba telah tumpah kemana-mana, layaknya seperti kepergian Futari. Ia sangat tidak mengerti mengapa Futari begitu cinta pada dirinya sendiri, hal ini mengerutkan mukanya, ia pun tidak tahu akan apa yang terjadi pada anak perempuan itu.

Kemudian, Andri Chen sekali lagi mencoba menelpon Robin beberapa kali lagi dengan ponselnya, dan hasilnya sama, tidak dijawab.

Setengah jam kemudian, pintu kamar terbuka, dan Rossa Du datang dengan sibuk dan bertanya dengan penasaran, "Andri, apa yang terjadi?"

Tidak ada orang lain di kamar. Andri Chen harus memberi tahu Rossa Du kebenaran tentang apa yang terjadi di kamar. Setelah mendengar ceritanya, Rossa Du terkejut, "Futari, dia ..."

Kata-kata dia terhenti sampai disini, tidak dapat ia lanjutkan. Ini benar-benar hal yang mengejutkan, tentu, ia tahu bahwa Robin telah lama menyukai Futari diam-diam. Menurut orang-orang, Futari merupakan bunga sekolah, untuk mendapatkan hati Futari, Robin melewati banyak kesusahan. Sebagai seorang kakak, ia juga tidak dapat melakukan apa-apa.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu