My Charming Lady Boss - Bab 172 Berpelukan Semalaman (2)

Yuni menegakkan tubuhnya di atas sofa dan menatap Andri, dia merasa sedikit bingung dan berkata: "Andri, kenapa kamu baik sekali padaku?"

Andri pun tersenyum dan berkata: "Membuat air madu saja kamu bilang aku baik?"

Yuni tetap bertanya: "Kenapa kamu baik padaku?"

Melihat ekspresi Yuni yang serius, Andri tersenyum kaku, dia berhenti sejenak dan mengangkat kepalanya, dia menatap Yuni dan berkata serius: "Yuni, karena aku mencintaimu."

Yuni mengangguk, menoleh dan melihat keluar jendela, lalu melihat kembali Andri yang duduk di depannya, dia juga berkata serius: "Andri, aku ngaku aku suka padamu, tapi kamu juga tahu aku akan segera menikah, kita tidak mungkin bisa bersama, aku tidak mungkin menentang ayahku karena kamu, kamu ngerti?"

Andri pun mengangguk: "Aku tahu."

Andri mengangkat kepalanya dan melanjutkan: "Tapi, Yuni, apakah kamu tahu? Setiap hari aku memikirkanmu, aku sudah hampir gila, apalagi saat melihatmu bersama Tommy, aku bisa merasakan nafasku sesak, aku tidak bisa mengontrol diriku, aku takut kamu menikah dengannya.

Yuni mengerti perasaan Andri, karena dia juga merasakan hal yang sama.

Andri ingin melanjutkan lagi, tapi Yuni langsung bersandar ke dalam pelukannya, dan memeluknya erat, dia berkata pelan: "Andri, aku tahu apa yang kamu rasakan."

Andri berhenti, dan memeluknya erat, lalu mencium keningnya.

Mereka berdua berpelukan selama beberapa saat, lalu suara Yuni terdengar kembali, tapi suaranya sangat kecil.

"Andri, kalau kita tidak bisa bersama, apakah kamu akan membenciku?"

Andri menjawab: "Tentu, aku akan membencimu selamanya."

Yuni bertanya lagi: "Andri, kamu bisa janji padaku?"

"Apa?" Andri penasaran.

Yuni berkata: "Kamu janji dulu."

Andri menjawab: "Oke, aku janji."

Yuni berkata pelan: "Tidak peduli nanti bagaimana, kamu tetap harus baik-baik saja."

Andri menjawab: "Oke." lalu mengepal tangannya dan berkata: "Yuni, bagaimanapun juga, aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Tommy."

Saat itu juga, hp Yuni berbunyi, Yuni menoleh dan melihat hpnya di meja, itu telepon dari ayahnya.

Dia pun duduk tegak dan mengangkat telepon itu, lalu memberikan isyarat jangan bersuara ke Andri: "Halo! Ayah!"

Saat itu terdengar suara Nick: "Yuni, kenapa kamu masih tinggal di Xin Hua?"

Yuni pun menjawab: "Ayah, aku suka tinggal disini, saat tinggal disini, aku bisa merasakan kalau ibu masih hidup."

Mendengar ini, Nick pun merasa sedih dan berkata: "Yuni, maafkan ayah, ayah membuatmu kehilangan ibumu, ayah! bersalah padamu..."

Mendengar ini, mata Yuni seketika menjadi basah, tapi dia menahan air matanya dan berkata: "Ayah! Aku tidak menyalahkanmu, mungkin Tuhan sengaja memberi cobaan ini kepadaku..."

Melihat mereka berdua menangis, Andri juga merasa tidak enak, dia tidak tahu ibu Yuni meninggal karena apa.

Tapi dia juga tidak berani menanyakannya, karena dia tahu ini kesedihan terbesar dalam hidup Yuni.

Setelah beberapa saat, Nick pun menenangkan dirinya dan berkata: "Yuni! Aku tahu kamu rindu dengan ibumu, tapi orang yang sudah meninggal tidak akan kembali lagi, kamu harus bisa keluar dari keadaan ini, jangan terlarut dalam kenangan."

Yuni pun menggigit bibirnya dan berkata: "Ayah, aku tahu."

"Yuni, dengar kata ayah, cepat pindah kesini!" Kata Nick.

Yuni pun memohon: "Ayah, biarkan aku tinggal disini lagi selama beberapa hari ini!"

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik, cepat istirahat." Mendengar permintaannya, Nick hanya bisa menyetujuinya, dia tahu di dalam hati Yuni, dia masih merindukan ibunya yang sudah meninggal.

Setelah Nick menutup telepon, Yuni pun menutup mulutnya dan menangis kencang.

Melihat Yuni yang sedih dan menangis, hati Andri pun hancur, dia tahu Yuni sedang merindukan ibunya.

Andri langsung memeluknya dan berusaha menenangkannya: "Yuni, jangan nangis lagi."

Yuni berkata: "Aku rindu ibuku..." Dan menangis semakin kencang, seolah hanya air mata sajalah yang bisa membantunya menyampaikan rindunya pada ibunya.

Setelah setengah jam, Yuni pun berhenti menangis.

Andri masih memeluknya, mengelus rambut panjangnya, Yuni seperti seekor kucing kecil yang bersandar di dalam pelukannya.

Hingga akhirnya mereka pun ketiduran di atas sofa. Keesokan harinya, Andri melihat ada selimut di atas badannya, tapi Yuni sudah menghilang.

Dia menegakkan tubuhnya, dan memanggil: "Yuni!"

Saat memanggilnya, dia melihat ada secarik kertas di atas meja, sepertinya ada tulisan di kertas itu.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu