My Charming Lady Boss - Bab 529 Pandangan kosong

Di saat seperti ini, Andri hanya bisa memilih untuk diam di tempat, ia mendengar motor yang Sisca kendarai berhenti di samping para polisi yang lain, setelah turun, ia pun menegur : “Siapa yang menyuruh kalian melepaskanya? Kalian lupa apa yang aku katakan? Siapa pun yang meninggalkan pusat kota, harus digeledah, tidak boleh membiarkan buronan itu kabur lagi di depan mata kita, kalian anggap perintahku angin lalu saja?”

Seorang polisi membantah : “Ketua Mi, dia hanya pengemis, bau di tubuhnya menyengat sekali.”

Sisca menekankan sekali lagi : “Kalau pun bau juga harus diperiksa, bagaimana kalau dia adalah samaran pembunuh?”

“Tapi……” Ketika polisi tersebut mau membantah lagi, langsung disela oleh Sisca : “Jangan tapi lagi, laksanakan perintah!”

Polisi ini tidak punya cara lain lagi, akhirnya hanya bisa menjawab dengan keras : “Siap!”

Semua percakapan mereka didengar oleh Andri, dia tahu keadaan sudah gawat, sekarang dia harus memikirkan cara lain, kalau tidak, ia akan ketahuan oleh Sisca.

Setelah berpikir beberapa saat, otaknya seperti kornsleting, bagaimana pun ia berpikir juga tidak terpikirkan cara yang paling tepat.

Dua polisi bersenjata datang dari belakang, dan jaraknya semakin dekat, tanpa sadar membuat dirinya semakin gugup, tak hentinya ia bertanya dalam hati, bagaimana ini? Bagaimana ini?

Tidak tahu berapa banyak kali bagaimana yang ia tanyakan ke dirinya sendiri, di saat ujung tanduk begini, seketika matanya berbinar, seolah terpikirkan cara yang bagus.

Di saat ini juga, dua orang polisi tersebut datang ke hadapan Andri sambil menutup hidung, mereka mengamati Andri dari atas sampai bawah, dilihat bagaimana pun juga tidak seperti seorang pembunuh, serta sekujur badannya begitu kotor sekali.

Kedua polisi tersebut ragu sejenak, lalu salah satunya membuka mulut : “Kamu saja yang geledah!”

“Kamu yang geledah!” Keduanya saling menunjuk.

Melihat itu, tanpa ragu-ragu Andri mendorong salah satu polisi tersebut hingga jatuh ke tanah, polisi tersebut kaget hingga meronta, lalu ditendangnya Andri yang kotor dengan sekuat tenaga, setelah itu Andri kembali bangkit berdiri.

Di detik berikutnya, apa yang dilakukan Andri sungguh tidak terpikirkan, bahkan Sisca sendiri juga tidak tidak menyangka.

Andri membuang air kecil di depan banyak orang.

Sisca terkejut hingga membalikkan badan, bagaimana pun juga pengemis di depannya adalah seorang pria, dan dirinya adalah wanita, tentu saja ada perbedaan antara pria dan wanita.

Selesai membuang air kecil, Andri masih berencana untuk membuang air besar di situ juga, karena hanya dengan demikian baru bisa menghindar dari pemeriksaan polisi.

Melihat itu, kedua polisi tersebut kaget sekali, segera mereka menutup hidung dan berjalan ke hadapan Sisca, lalu bertanya : “Kapten Mi, apa masih perlu digeledah? Dia sudah mau buang air besar di sini.”

Mendengar ini, Sisca mengernyitkan dahi, tak disangka pengemis ini menjijikkan sekali, ia pun memberi perintah : “Cepat usir dia, jangan sampai mengganggu pemeriksaan kita.”

Sebenarnya, Sisca sendiri juga tidak tahan, pembunuh mana yang akan melakukan hal sejijik ini, jadi dia pun percaya orang ini benar-benar pengemis.

Dengan demikianlah, Andri diusir secara paksa oleh dua polisi tersebut, Andri pun pergi sambil mengangkat celananya, sampai menghilang dari pandangan Sisca, dia pun jongkok dan mulai muntah, jangankan Sisca, dia sendiri saja sudah tidak tahan, lagi pula dia membuka celana hanya untuk menakut-nakuti polisi, kalau masih tidak berpengaruh juga barulah dia memilih untuk membuang air besar di depan mereka, meskipun sangat memalukan sekali, tapi sudah tak ada cara lain lagi.

Untungnya ia sudah berhasil lolos, hal pertama yang terpikirkan olehnya adalah melepas pakaian pengemis di badannya.

Dia berjalan agak jauh sampai menemukan sebuah kolam air di tepi perkotaan, ia melompat ke dalam untuk membersihkan diri, kemudian mencuri satu setel pakaian dari rumah petani di sekita sana, setelah memakainya barulah ia pergi ke tempat perjanjiannya dengan Rose untuk bertemu, sebelum meninggalkan kota, untuk berjaga-jaga, Andri menyimpan handphone dan dompetnya di tempat ia sebelumnya menyembunyikan jam tangan.

Dalam sekejap dia sudah berjalan jauh sekali, Rose pernah mengatakan, tempat ketemua mereka berjarak beberapa kilometer dari perkotaan.

Oleh karena itu, dia hanya bisa sambil berlari kecil, setelah berlari hampir satu jam, akhirnya dia melihat sebuah mobil sedan terparkir di tepi jalan, Andri juga melihat sosok Laver yang familiar di sekitar mobil tersebut. Laver melihat sekilas, lalu langsung berkata kepada Rose yang di dalam mobil, “Kak Rose, abang lebah sudah datang.”

Andri berlari ke situ, ia terengah-engah ketika berhenti, beberapa kilometer ini sungguh membuatnya kecapekan, sudah lama ia tidak berlari seperti ini, rasanya tenaganya tidak mendukung.

Rose yang baru saja turun dari mobil melihat pakaian Andri yang aneh pun bertanya dengan penasaran : “Sayang, kenapa kamu berpakaian seperti ini?”

Andri berkata dengan tak berdaya : “Sudah untung aku bisa keluar, ini pakaian yang aku curi.”

“Hasil curian?” Rose sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Andri.

Andri menjelaskan : “Aku keluar dengan menyamar menjadi pengemis.”

Mendengar itu, Rose mencium badan Andri dengan sekuat tenaga, lalu berkata sambil mengernyitkan dahi : “Kenapa bau sekali?”

Andri pun menjelaskan : “Yang namanya pakaian pengemis tentu saja bau! Kalau tidak, bagaimana bisa lolos dari mata sakti polisi?”

Rose masih ingin lanjut bertanya, namun Andri sudah bertanya terlebih dahulu : “Di mana Season?”

Laver menjawab : “Dalam mobil.”

“Kalian tidak apa-apa?” Andri memberikan perhatian kepada mereka berdua.

“Kami tidak apa-apa.” Rose menjawab.

Barulah Andri menganggukkan kepala dengan lega, dia berjalan ke mobil, lalu mengamati Season yang pingsan dari kaca jendela, dilihatnya beberapa saat, kemudian baru mengalihkan pandangan ke Laver, “Adik Laver, masih berapa lama lagi dia bisa sadar?”

Laver mengeluarkan handphone melihat waktu dan berkata : “Mungkin masih setengah jam lagi.”

Mendengar itu, Andri pun mengangguk-anggukkan kepala, diamatinya sekitar sana, rasanya tempat ini tidak begitu aman, di sini hanya berjarak beberapa kilometer saja dari daerah perkotaan Nanjing, bagaimana kalau ada mobil polisi yang melewati sini dan mereka ketahuan.

Teringat akan hal ini, Andri pun menyarankan : “Kita harus pergi dari sini.”

“Ke mana?” Tanya Rose.

Dalam sekejap, Andri juga tidak tahu harus pergi ke mana, selain Nanjing, dia belum pernah ke daerah lain, kalau pergi ke kota terdekat, mungkin juga akan ketahuan, tapi sekali mereka pergi, bagaimana dengan Yuni dan Nora yang masih di Nanjing, Peony adalah orang yang berbahaya, setelah ia tahu bom itu palsu, dia pasti akan memikirkan cara untuk membalas dendam, dan hanya akan mencari orang dekat Andri ketika ia tidak bisa menemukannya.

Andri berpikir sejenak dan berkata : “Kita harus memikirkan cara untuk menemukan Peony.”

“Bagaimana mencarinya?” Tanya Laver.

Di saat ini Andri sungguh tidak mempunyai cara, Peony bisa menyamar, serta samarannya susah untuk ketahuan, ditambah lagi pemeriksaan di seluruh kota Nanjing sangat ketat, jika dia ditangkap oleh Sisca juga tidak akan sebebas ini.

Andri berpikir lagi, tiba-tiba ia menaruh harapan kepada Season, segera ia berkata : “Tunggu Season bangun, manfaatkan dronenya dia.”

Mendengar itu, Rose langsung memuji : “Ini memang cara yang baik.”

Andri kembali mengamati sekitar dan membuat keputusan, “Kita sembunyikan mobil dulu, tunggu Season bangun baru kita mengatur rencana.”

Kedua wanita tersebut menjawab bersamaan : “Baik.”

Selanjutnya, Laver dan Rose mengangkat Season keluar dari mobil, Andri membawa mobil ini ke dalam hutan, setelah menutup mobil dengan rumput padi, ia pun mengangkat Season yang masih pingsan ke ladang jagung di sekitar sini, bersama dengan Rose dan Laver.

Setelah semuanya beres, Laver bertanggung jawab untuk mengamati keadaan sekitar, Andri dan Rose tetap di sana untuk menjaga Season.

Keduanya mengisap rokok di ladang jagung tersebut, tiba-tiba Rose menyadari adanya sebuah jam tangan di pergelangan tangan Andri, ia pun mengernyitkan dahi dan bertanya dengan penasaran : “Sayang, kamu sudah mencari kembali jam tangan itu?”

“Iya.” Andri menganggukkan kepala sambil menghisap rokok.

Melihat jam tangan ini, Rose menjadi khawatir, dengan gugup ia berkata : “Sayang, kamu memakai jam tangan ini, tidak takut dilacak?”

Dengan tenang Andri berkata : “Mesin pelacaknya sudah aku bongkar, sekarang jam tangan ini sudah seperti jam tangan biasa.”

Rose tidak menyangka barang hasil penelitian Raja bunga bisa di bongkar oleh Andri, tak heran Raja bunga selalu mengantisipasi Andri, khawatir dia akan merebut posisi Raja bunga di Florist Big Company.

Ketika keduanya sedang mengobrol, dari sudut matanya Andri menyadari tangan Season bergerak sedikit, hanya sedikit saja, tapi tetap tertangkap oleh mata Andri.

“Season sudah sadar.” Andri segera mematikan rokok di tangannya.

Mendengar itu, Rose langsung tercengang, segera pula ia menundukkan kepala mengamati Season yang terbaring di depannya, juga menyadari bulu matanya sedang bergerak.

Melihat ini, Andri berkata kepada Rose, “Rose, kamu lihat dia, aku panggil Laver.”

“Baik.” Rose menganggukkan kepala, tidak tahu ada efek apa dengan obat penurutnya.

Dengan cepat, Andri sudah memanggil Laver yang mengamati keadaan sekitar untuk kembali, di saat ini kedua mata Season sudah terbuka total, dia mengamati langit di depan matanya, cahaya matahari begitu menyilaukan mata, dia tidak tahu di mana dirinya berada, wajahnya penuh dengan tanda tanya.

Rose melihat sekilas dan memanggil : “Season!”

Mendengar itu, Season tidak berbicara, hanya menatap Rose dengan pandangan kosong.

Rose tidak tahu kenapa Season bisa menjadi seperti ini, ia bertanya kepada Laver, “Dia ini kenapa?”

Laver memeriksa dengan teliti, tanpa langsung menjawab pertanyaan Rose.

Andri juga baru pertama kali melihat Laver menggunakan obat penurut, hasil dari obat ini yaitu bisa mengendalikan otak manusia, mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang sama sekali tidak mereka ketahui, seperti mayat hidup, sama sekali tidak mempunyai pikiran.

Laver memeriksa agak lama, baru kemudian dengan suara kecil ia menjawab : “Jangan bicara dulu!”

Rose akhirnya diam dan menatap Season yang tampak linglung di depannya, seolah berubah menjadi orang lain.

Andri juga tidak tahu keadaan apa ini, dan hanya mengamati dengan serius, Season membuka mata dan tutup kembali setelah tidak lama kemudian.

Rose bertanya dengan kebingungan : “Laver, kenapa dia tertidur lagi?”

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu