My Charming Lady Boss - Bab 344 Pilihan Tersulit

Melihat air mata Nora semakin deras, Andri tahu masalah yang terjadi tahun itu tidaklah sepele.

Saat melihat Nora berteriak keras pada Andri, Rico Wang merasa kurang tepat untuk terus berada di kamar. Dia pun berjalan ke samping Andri dan berbisik: “Abang Andri, aku keluar sebentar.”

Selesai berkata, Rico Wang pun berjalan pergi.

Andri pun mengambil selembar tisu dari meja dan berjalan ke depan Nora, menyodorkan tisu untuknya. Baru saja berniat lanjut bertanya, Nora langsung menerima tisu itu dan menangis histeris di depannya.

Selama mengenal Nora, jarang sekali Andri melihatnya menangis. Sekalipun hampir mati di Kota S, dia pun tidak meneteskan air mata sedikitpun. Hanya saja saat Desi meninggal, dia pernah menangis sekali, tetapi itupun tidak separah sekarang.

Andri mencoba menenangkan hati Nora, berkata dengan pelan: “Jika kamu tidak ingin membahas masalah tahun itu, kita tidak akan membahasnya lagi.”

Nora masih saja menangis. Andri langsung menyalakan sebatang rokok dan memberikannya pada Nora. Nora menghapus air mata, menerima rokok itu dan menghisapnya dengan kuat. Setelah menghembuskan asap tebal, barulah dia berkata dengan serak: “Andri, tahukah kamu? Aku adalah seorang perempuan, hanya karena 1 tembakan waktu itu, aku kehilangan harkat dan martabat sebagai seorang perempuan.”

Andri merasa heran, entah kenapa Nora berbicara seperti itu. Dia juga menghisap rokok, berpikir beberapa saat, kemudian lanjut bertanya: “Kenapa berkata seperti itu?”

Nora mengingat kembali semuanya, berkata: “6 tahun yang lalu, aku membantu Taopa menyelesaikan tugas, tanpa disangka bertemu polisi yang sedang patroli di tengah jalan, polisi itu adalah Sisca Mi. Saat itu aku tidak berpikir banyak, langsung berbalik badan pergi melarikan diri. Aku tahu, jika sampai tertangkap, aku pasti akan dikurung dalam waktu lama. Setelah berlari beberapa saat, tanpa disangka dia berhasil mengejarku, dan menodongkan pistol ke arahku sambil berteriak ‘Berhenti! Jika tidak aku akan melepaskan tembakan ini!’. Aku masih terus berlari, tak berapa lama terdengar suara pistol yang keras, dan bagian bawah badanku mulai terasa nyeri bercampur sakit. Karena tembakan itu, rahimku terpaksa diangkat oleh dokter. Saat sadar, dokter memberitahu semua yang telah terjadi, akupun bersumpah untuk membuatnya ikut merasakan bagaimana rasanya tidak memiliki Rahim.”

Andri tidak menyangka Nora tidak memiliki rahim lagi. Sebuah rahim sangatlah penting bagi seorang perempuan, sama halnya dengan sebuah nyawa. Dengan tidak adanya rahim, seorang perempuan akan kehilangan kesempatan dan harkat sebagai seorang Ibu.

Tetapi, setelah mendengar penjelasan Nora, Andri juga berpikir dalam hati. Saat itu Sisca sungguh dalam posisi tidak berdaya, semua yang dilakukan Nora memang dilanggar hukum, sekalipun Andri yang berada pada posisi itu, pasti juga akan melakukan hal yang sama. Tetapi ada satu hal yang tidak dia mengerti, kenapa Sisca bisa bertekad membidik area rahim Nora, ini sungguh mengherankan.

Masalah sudah seperti itu, Andri Chen hanya bisa membujuknya: ”Nora, aku tahu kamu sangat sedih, tetapi aku juga tahu Sisca pasti tidak sengaja. Dia adalah seorang polisi, semua ini adalah tanggung jawabnya, dia….”

Sebelum Andri selesai berkata, Nora langsung memotong pembicaraannya, dan berkata dengan dingin: “Aku benci polisi, aku benci dia. Seumur hidup aku akan terus membencinya, dialah yang membuatku tidak bisa menjadi Ibu, dialah yang mencelakaiku……”

Saat ini Nora sudah tidak bisa tenang lagi. Dia sama sekali tidak bisa memaafkan Sisca atas apa yang telah dilakukannya.

“Nora, sekalipun kamu membunuhnya, memangnya semua keadaan bisa kembali seperti dulu?” Andri Chen bertanya.

Nora tiba-tiba berkata dengan dingin: “Aku tidak akan membiarkannya mati dengan mudah, aku akan membuatnya merasakan penderitaanku waktu itu, lebih baik aku beritahu kamu saja! Akulah yang meminta orang merebut pistol polisi Sisca, aku juga yang jerumuskan dia ke dalam penjara, aku ingin melihatnya menderita, bukankah dia mendapat julukan sebagai seorang polisi profesional? Aku ingin membuatnya tidak bisa menjadi polisi lagi, membuatnya terperangkap di tengah kesusahan, berada di tengah hidup dan mati!”

Saat ini, ekspresi wajah Nora menjadi sangat menakutkan, hingga tidak seperti Nora yang selalu Andri kenal.

Tetapi, mendengar perkataan itu, Andri ingin sekali membunuhnya. Dia langsung mengambil sebuah pisau buah dari atas mejah dan menodongkan ke leher Nora. Nora tidak menghindar sedikitpun, malah mengangkat kepala dengan tinggi dan sangat santai, sembari berkata: “Andri, aku sarankan kamu bunuh aku sekarang saja, jika tidak, Sisca-lah yang akan mati lebih dulu, lagipula nyawaku saat ini adalah berkat pertolonganmu waktu itu. Bunuh saja, aku tidak akan menyalahkanmu! Ayo bunuh!”

Mendengar perkataan itu, Andri kesal hingga terus menggigit gigi. Matanya berkedip beberapa kali, lalu melemparkan pisau buah di tangannya. Terdengar suara tancapan pisau pada pintu kamar, karena dorongan yang terlampau besar, gagang pisau itu masih terlihat bergoyang saat tertancap.

Saat ini, Nora membuka kedua mata, melihat Andri sambil berkata dengan jelas: “Andri, jika tidak melakukannya hari ini, suatu hari nanti kamu pasti akan menyesal.”

Selesai berkata, Nora pun berbalik badan berjalan ke arah pintu. Andri ingin sekali memanggilnya, tetapi kata-kata itu selalu tertahan di ujung mulut.

Nora yang sampai di depan pintu malah menghentikan langkahnya, menoleh melihat Andri, tiba-tiba bertanya: “Andri, jika suatu hari nanti kamu diharuskan memilih antara aku dan Sisca, di pihak mana kamu akan memilih?”

Andri sungguh tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan itu, karena pilihan apapun akan salah baginya. Dia pun melihat Nora dan berkata: “Nora, haruskah seperti itu?”

Nora tidak menjawab, langsung berbalik badan meninggalkan kontrakan.

Mendengar suara langkah kaki Nora yang menjauh, Andri merasa sangat tidak nyaman, karena dia sama sekali tidak mampu memilih antara Nora dan Sisca. Jika Sisca sampai tahu Nora adalah penyebab dia dipenjara, dia juga tidak mungkin melepaskan Nora, apalagi Nora telah membuatnya kehilangan kesempatan untuk menjadi polisi seumur hidup. Bagi Sisca, penderitaan itu sama saja dengan Nora yang kehilangan kesempatan menjadi seorang Ibu.

Berpikir demikian, pikiran Andri terasa sangat kacau, tidak henti-hentinya dia menghisap rokok yang dipegang.

Tidak lama kemudian, asap tebal memenuhi kamar, saat ini pintu kamar didorong hingga terbuka oleh seseorang.

Andri mengangkat kepala melihat ke arah pintu, Rico telah kembali, dengan sebuah semangka besar di pelukannya.

Dia meletakkan semangka ke atas meja, melihat sekilas ke seluruh ruangan dan bertanya dengan pensaran: “Abang Andri, dimana Kak Nora?”

Rico Wang sama sekali tidak tahu apa yang baru terjadi saat dia meninggalkan kamar, dan dia baru saja menyadari sebuah pisau buah tertancap di balik pintu, menjadi semakin penasaran akan apa yang baru terjadi.

Andri menghembuskan asap tebal, lalu menjawab: “Sudah pergi.”

Rico sangat terkejut, langsung lanjut bertanya: “Sudah pergi?”

Andri hanya menganggukkan kepala: “Hm.”

“Apa yang terjadi?” Rico merasa ada yang tidak beres, langsung bertanya lebih lanjut.

Andri baru menceritakan segala yang dialami Nora selama 6 tahun pada Rico. Setelah mendengarnya, Rico pun sangat kaget, sungguh tidak menyangka Nora tidak bisa melahirkan anak lagi, bagi seorang perempuan, ini adalah kenyataan yang sangat menyakitkan, siapapun tidak akan sanggup menanggung beban ini.

Rico berpikir beberapa saat, lalu lanjut bertanya: “Abang Andri, apa rencanamu?”

Andri menghela nafas, menghembuskan asap tebal dan berkata dengan tidak yakin: “Aku tidak tahu, Sisca temanku, Nora juga penyelamatku. Aku tidak ingin kehilangan siapapun, aku tidak tahu harus bagaimana.”

Berbicara soal itu, Rico merasa ikut bersedih, tidak ada pilihan yang benar. Kenapa Dewa berkali-kali memberikan soal pilihan ganda yang menyulitkan untuk Andri.

Setelah Andri menghabiskan sebatang rokok dan berdiri, Rico mengambil pisau buah yang tertancap di pintu kamar dan menggunakannya untuk membelah semangka menjadi 4 potong, lalu menyodorkan pada Andri dan berkata: “Abang Andri, makan semangka!”

Andri menjawab: “Kamu makan saja! Aku keluar dulu.”

Rico Wang segera bertanya: “Kemana?”

Andri menjawab sesuai kenyataan: “Mencari Sisca.”

Mendengar jawaban itu, Rico menganggukkan kepala. Dia pun meletakkan potongan semangka ke meja dan berkata: “Abang Andri, aku ikut bersamamu saja!”

Andri spontan menolak: “Tidak perlu, kamu pantau saja dari sini, bantu aku cari cara untuk membujuk Nora kembali.”

“Baiklah! Aku usahakan.” Rico tahu sepertinya kurang tepat jika dia ikut dengan Andri, lebih baik memilih menjalankan perintahnya.

Setelah itu, Andri pun meninggalkan kontrakan itu, dan pergi membeli topi serta kacamata hitam di sebuah toko pakaian. Setelah menyamar, dia berjalan memasuki bar milik Gill.

Bar itu baru dibuka tidak lama, pengunjungnya terbilang tidak terlalu banyak. Sejak masuk ke dalam bar, tidak terlihat bayangan Sisca keluar. Andri berkeliling di dalam ruang utama bar dan melihat Sisca sedang meneguk bir di sebuah meja bar.

Andri melihatnya sekilas, lalu berjalan cepat ke arahnya. Saat tiba di sisinya, Sisca tidak menyadari yang datang adalah Andri, langsung berkata: “Maaf, sudah ada orang…”

Sebelum selesai berkata, Sisca terkejut setengah mati, dia tidak menyangka laki-laki yang memakai kacamata hitam di depannya adalah Andri.

Sisca spontan memanggil nama Andri dengan sangat kaget: “Andri, kenapa kamu bisa disini?”

Andri tidak melepaskan kacamata hitamnya, langsung memberi isyarat pada pelayan di seberang meja bar: “Berikan aku segelas bir.”

“Baik, Tuan.” Pelayan itu mengiyakan permintaan Andri, lalu membuka tutup botol bir dan menaruh segelas bir ke depannya, sembari berkata dengan sopan: “Tuan, silahkan.”

“Terima kasih.” Andri Chen menjawab sambil menggenggam gelas bir dan mulai meneguknya.

Selesai minum, barulah dia menoleh dan bertanya: “Kenapa kamu disini?”

Sisca Mi hanya menghela nafas berat, menundukkan kepala dan berkata dengan murung: “Sudah tidak bisa menjadi polisi, aku hanya bisa meneruskan usaha Ibu.”

Hingga sekarang, Andri Chen masih saja tidak tahu pekerjaan apa yang ditekuni Diana Lu.

Di saat Andri sedang kebingungan, Sisca tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam tas dan memberikannya pada Andri, sembari berkata dengan sedih: “Kata Ibu, sekarang aku sudah tidak bisa menjadi polisi lagi, hanya bisa meneruskan usahanya. Jika tidak, dia akan segera menjodohkanku dengan orang lain, saat ini aku sungguh tidak ingin menikah.”

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu