My Charming Lady Boss - Bab 106 Mimpi yang Lama Terpendam (1)

Terdengar suara segerombolan siswa perempuan dari seberang gedung kelas, “Paman, kami mencintaimu!”

Usai meneriakkannya, segerombolan siswa perempuan itu tertawa malu.

Andri Chen langsung menoleh ke arah Robin, “Robin, apa yang telah kamu lakukan? Ada apa ini?” tanya Andri Chen yang kebingungan melihat segerombolan siswa perempuan itu.

Robin sendiri terkejut melihat ulah gerombolan itu. Dia lalu berkata, “Kakak ipar, ini bukan ulahku.”

“Bagaimana dengan mereka?” tanya Andri Chen sambil menunjuk ke gerombolan siswa laki-laki di belakang Robin.

Robin menoleh, melihat kebelakangnya, dengan malu dia berkata, “Kakak ipar, mereka hanya ingin melihatmu. Mendengar kamu datang ke sekolah ini, mereka langsung berlari untuk mengerumunimu. Aku tidak bisa menghentikan mereka.”

Usai Robin berbicara, salah satu siswa laki-laki dari kerumunan itu buka mulut, “Kak Andri, kamilah yang ingin datang melihatmu.”

Melihat gerombolan siswa itu, Andri Chen langsung tahu apa yang mereka inginkan. “Robin, cepat kamu suruh mereka pergi. Kalau kamu sampai bermasalah dengan mereka, apa kamu ingin mati?”

Usai mendengarnya, Robin berbalik badan, memberi instruksi ke gerombolan itu, “Bubar, bubar!”

Setelah gerombolan itu bubar, barulah Robin menghampiri Andri Chen lagi sambil tertawa lugu, “Kakak ipar, aku juga ingin menjadi jagoan.”

“Kamu ingin menjadi jagoan? Aku akan memberitahukan hal ini ke kakakmu.” Andri Chen meraih ponselnya.

Wajah Robin seketika pucat, “Kakak ipar, jangan. Tolong jangan. Aku akui aku salah.”

Setelah mendengar kata-kata Robin barusan, Andri Chen barulah mematikan ponselnya, “Anak kecil sepertimu harusnya bersikap baik di sekolah, jangan merepotkan guru. Kalau tidak, aku akan menendangmu.” ujar Andri Chen menasihati Robin.

Robin tertawa, “Kakak ipar, kapan kamu akan mengajariku tinju?”

“Bukannya sudah kubilang! Tunggu kamu masuk sepuluh besar dulu, baru kuajari.”

“Benarkah?” tanya Robin kaget.

“Kapan aku pernah main-main?”

Robin berpikir sejenak, ingin bernegosiasi, “Kakak ipar, kalau dua puluh besar saja bagaimana?”

“Bocah ini, kamu ingin bernegosiasi, ‘kan? Kalau begitu aku tidak janji akan mengajarimu.” ujar Andri Chen menakuti Robin.

Mendengar kata-kata Andri Chen, Robin bergegas menarik kata-katanya, “Baik. Baiklah. Sepuluh besar.”

Tepat ketika Andri Chen akan menyuruh Robin untuk pergi, tiba-tiba Futari Tsu berlari dari lapangan bola kearah mereka. Dia memanggil Andri Chen dengan hangat, seakan Andri Chen adalah kakak iparnya betulan.

“Kakak ipar!” panggil Futari Tsu.

Dengan wajah girang, Futari Tsu bertanya pada segerombolan siswi itu, “Gadis-gadis, panggilan tadi itu buatan kalian, ‘kan?”

Dengan manis, Futari Tsu berkata, “Paman, kamu sekarang terkenal di sekolah ini. Banyak sekali siswi-siswi disini yang menginginkan pria sepertimu untuk dijadikan pacar.”

Andri Chen kehilangan kata-kata. Dia tidak menyangka akan menimbulkan keributan seperti ini di SMA Poly.

“Nona, kamu berapa tahun sekarang?” tanya Andri Chen.

“Aku genap 17 tahun.” jawab Futari Tsu.

“Apa kamu tahu berapa usia anakku sekarang?” tanya Andri Chen usil. Dia sengaja.

Mendengar pertanyaan itu, Futari Tsu terkejut, “Kamu sudah punya anak?”

“Anakku genap berusia 6 tahun.” ujar Andri Chen mantap.

Robin bengong. Lalu, dengan bingung dia bertanya, “Kakak ipar, apa kakakku tahu tentang ini?”

Saat itu juga, bel tanda pelajaran dimulai berbunyi. Andri Chen menyela Robin, “Baiklah. Kamu cepat masuk kelas, aku masih ada urusan.”

Kedua orang itu dengan enggan melambaikan tangannya pada Andri Chen, “Sampai jumpa, Kakak ipar!”

Setelah kedua orang itu beranjak, dengan wajah bingung, Yuni Lin bertanya, “Andri Chen, kamu sudah punya anak?”

Melihat wajah Yuni Lin yang kebingungan, Andri Chen tertawa, “Mereka masih bocah. Mengapa kamu sama dengan mereka?”

Mendengar jawaban Andri Chen, Yuni Lin serasa ingin menendangnya, “Kamu ini! Hampir saja kamu membodohiku.”

Melihat Yuni Lin ingin menendangnya, Andri Chen lalu menghalanginya, “Direktur Lin, banyak orang yang bisa melihat kita disini. Kalau kamu ingin menendangku, lebih baik cari tempat tersembunyi dulu.”

“Siapa juga yang ingin menendangmu?” ujar Yuni Lin kesal.

Andri Chen tertawa, “Direktur Lin, kita tidak punya banyak waktu. Lebih baik kita ke ruangan kepala sekolah dulu, lalu tanda tangan kontrak, baru kamu bisa menendangku.”

“Kalau begitu arahkan jalannya!” ujar Yuni Lin.

Andri Chen lalu berdiri di depan Yuni Lin. Dia lalu menunjuk arah dan mempersilakan atasannya berjalan, “Direktur Lin, mari berjalan dengan saya. Hati-hati tangga.”

Melihat sikap Andri Chen, Yuni Lin tidak dapat menahan tawanya. Dengan sepatu hak tingginya, dia berjalan mengikuti Andri Chen dari belakang.

Tidak lama kemudian, mereka menemukan kantor kepala sekolah. Andri Chen lekas mengetuk pintunya. Langsung terdengar suara Rendy Xia dari dalam, “Masuk!”

Andri Chen mendorong pintu, lalu memasukii ruangan. Rendy Xia mengenakan kaca matanya, tampak sibuk menulis sesuatu di mejanya. Ketika dia mendongakkan kepala, melihat Andri Chen, Rendy Xia langsung menyapanya hangat, “Andri, kamu rupanya.”

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu