My Charming Lady Boss - Bab 192 Hukuman Kecil

Setelah memanggil dan tidak ada gerak gerik sedikitpun, Andri Chen pun bersiap-siap membuka pintu. Tetapi di saat itu juga, pintu rumah didorong hingga terbuka oleh seseorang, sekitar tujuh orang menerobos masuk ke dalam ruang tamu Andri yang kecil, dengan masing-masing menggenggam pisau tajam pada tangannya.

Melihat situasi itu, Andri Chen segera bertanya dengan panik: “Mau apa kalian?”

Seseorang berambut panjang berjalan ke hadapan Andri dan berkata dengan suara dingin: “Tuan Jiang ingin bertemu kamu.”

Mendengar nama itu, Andri langsung mengerti. Dia ingat Rico pernah menyebut nama itu sebelumnya, Tuan Jiang adalah seseorang yang sangat misterius bagi mereka.

Tetapi Andri tidak menyangka masalah Taopa itu akan melibatkan Tuan Jiang, sepertinya kali ini masalahnya tidak sepele.

Andri baru ingin beraksi, laki-laki berambut panjang itu langsung memperingatkan: “Anak muda, lebih baik kamu patuh sedikit, jika tidak, akan terjadi sesuatu dengan perempuanmu.”

Mendengar kata-katanya, Andri sungguh mengira yang dimaksud si rambut panjang itu adalah Yuni, tetapi saat laki-laki itu mendekatkan handphone ke telinganya, terdengar suara Rossa dari ujung telepon: “Andri!”

Dia memanggil sekali, si rambut panjang langung mematikan telepon.

Tidak ada cara lain, Andri Chen tidak ingin terjadi apapun pada Yuni Lin, hanya bisa menganggukkan kepala dan berkata: “Baiklah, aku ikut kalian!”

Andri Chen pun keluar bersama para laki-laki itu, menutup pintu rumah dan pergi terburu-buru.

Terparkir tiga mobil mewah berwarna hitam di dalam Komunitas Perumahan Xin Hua, masing-masing dari mobil itu menyalakan lampu besar dan menerangi gerbang Komunitas Perumahan Xin Hua secara maksimal.

Andri Chen langsung dibawa ke dalam mobil, semua pintu di masing-masing mobil menutup bersamaan dan melaju pergi dengan cepat.

Setelah masuk ke dalam mobil, Andri dipakaikan penutup kepala dan wajah berwarna hitam. Dia sungguh tidak tahu, sudah semalam ini orang-orang masih ingin membawanya kemana, hanya bisa duduk di baris belakang sambil mendengar menggunakan telinganya.

Setelah mendengar beberapa saat, tidak seorangpun berbicara di dalam mobil, hanya terdengar suara menyalakan korek api.

Mobil itu sewaktu-waktu berbelok ke kiri, sewaktu-waktu ke kanan. Setelah melaju sekitar setengah jam, dia merasakan angin yang dingin masuk dari jendela mobil, seperti sedang dibawa ke tempat pelosok.

Beberapa saat kemudian, akhirnya mobil pun berhenti, Andri Chen kembali mendengar suara buka pintu.

Setelah itu, seseorang melepaskan penutup kepalanya, laki-laki di samping berkata dengan tegas: “Turun mobil!”

Andri hanya bisa menuruni mobil dengan patuh. Dia melihat ke empat sisi, sama sekali tidak tahu dimana dia berada. Dan tempat itu terasa sangat asing baginya, juga sangat sunyi, sepertinya berjarak jauh dari perkotaan.

Dengan arahan dua laki-laki, dia pun berjalan hingga ke depan pintu villa. Pintu villa terbuka secara otomatis, dia langsung dibawa masuk.

Dengan sangat cepat, Andri dibawa ke ruang utama dalam villa. Baru saja memasukinya, terlihat Rossa sedang duduk di sofa ruang tamu, dengan dua tangan diikat dan mulut yang diberi lakban.

Melihat Andri datang, Yuni langsung berteriak sekuat tenaga, tetapi seperti apapun teriakannya, tetap tidak terdengar suara apapun.

Andri Chen baru ingin berkata, tetapi tersadar villa itu sangat sunyi, hanya terdengar suara alunan musik dari piano.

Melihat ke sekitar ruang utama villa, ada lampu gantung kristal, sofa kayu merah, karpet mahal dan lain-lain. Seisi villa didekorasi dengan nuansa yang sangat mewah.

Di saat inilah terdengar sebuah suara usang dari ruangan di depan atas ruang tamu.

“Sudah sampai?”

Andri Chen melihat ke arah suara itu, terlihat seorang laki-laki paruh baya mengenakan jubah tidur, dengan sebuah gelas anggur di tangan. Dia sedang menggoyangkan minuman anggur di dalam gelas mengikuti alunan musik piano.

Andri terkejut, mencoba bertanya: “Jadi kamu yang bernama Tuan Jiang?”

Laki-laki paruh baya di atas baru berbalik badan, menumpukan tangan kiri pada pegangan besi, sambil menatap Andri tanpa terburu-buru menjawab pertanyaannya. Dia malah mengangkat gelas dengan tinggi dan mencicipi minuman anggur, lalu bertanya kembali: “Maukah coba segelas?”

“Tidak perlu, terima kasih.” Andri langsung menjawab.

Laki-laki itu menganggukkan kepala, lanjut meneguk anggur di dalam gelas. Dia melihat sekilas Rossa Du yang duduk di sofa samping Andri dan mengisyaratkan sambil berkata: “Perempuanmu cantik sekali, kamu sungguh beruntung!”

Andri Chen tahu Tuan Jiang tidak mungkin mengundangnya kemari di tengah malam hanya demi seorang perempuan. Pasti ada hubungannya dengan masalag Taopa, karena Taopa adalah orang-orang suruhannya.

Berpikir demikian, Andri Chen langsung berkata terus-terang: “Tuan Jiang, masalah Taopa…”

Sebelum Andri menyelesaikan perkataannya, Tuan Jiang langsung memotongnya: “Kamu tidak suka minum?”

Mendengar perkataan itu, Andri tidak lagi melanjutkan pertanyaannya, tetapi menjawab sesuai kenyataannya: “Biasa saja kok.”

Tuan Jiang mengangguk, lalu berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Saat tiba di ruang tamu, dia pun berkata pada Andri: “Duduk!”

Andri terpaksa duduk di sofa depan Tuan Jiang. Tuan Jiang menoleh ke arah pembantu yang berjaga di depan tangga, sambil memerintah: “Ambilkan gelas.”

“Baiklah, Tuan Jiang.” Pembantu mengiyakan, dengan cepat membawakan sebuah gelas anggur dan meletakkan dengan berhati-hati ke depan Andri.

Tuan Jiang melihat Andri sekilas, lanjut bertanya: “Bagaimana jika minum segelas anggur saja?”

Andri hanya menganggukkan kepala.

Tuan Jiang tidak berkata apapun lagi, langsung berdiri dan menuangkan anggur Château Lafite tahun 1982 ke dalam gelas Andri. Dia menuangkan sedikit dan berkata: “Coba dulu.”

Andri menundukkan kepala mengangkat gelas anggur itu. Terdiam beberapa saat, dia tidak tahu harus minum atau tidak. Kelihatannya Tuan Jiang ini terlalu ramah pada orang, malah membuatnya menjadi semakin was-was.

Dia terdiam beberapa saat, Tuan Jiang pun bertanya sambil tersenyum: “Kenapa? Takut aku masukkan racun?”

Selesai berkata, Tuan Jiang kembali menuangkan sedikit anggur ke dalam gelas sendiri, mengangkat dan menggoyangkannya, lalu mendekatkan ke mulut. Dia meneguknya sekali, lalu berkata pada Andri: “Lihatlah, tidak ada racun kan?”

Andri Chen baru mencicipi anggur itu. Saat meletakkan gelas, Tuan Jiang segera bertanya: “Bagaimana rasanya?”

Kali ini Andri hanya menjawab dengan dua kata yang sedikit berbeda dengan tadi: “Enak sekali.”

Tuan Jiang mulai menjelaskan: “Ini adalah anggur yang aku impor dari luar negeri, harga perbotol mencapai puluhan juta loh!”

Mendengar penjelasan itu, Andri Chen kembali pada topik utama: “Tuan Jiang, jangan bilang kamu mengundangku datang semalam ini hanya untuk minum anggur?’

Tuan Jiang pun tidak menghindari perkataan itu, mengangkat gelas dengan tinggi dan berkata sambil tersenyum: “Anggur ini memang seharusnya digunakan untuk menjamu kamu.”

Andri Chen bertanya kembali: “Benarkah? Anggur semahal ini, sepertinya aku tidak akan mampu membelinya.”

Tuan Jiang tertawa semakin bahagia, berkata: “Kamu menghabiskan Taopa bagai ayam sayur, apakah tidak seharusnya aku menjamu dengan anggur ini? Memangnya Taopa orang seperti apa? Enam tahun yang lalu, dia bahkan berani membunuh polisi, ada kalanya aku pun tidak dianggap dalam matanya, apakah kamu tahu seberapa gilanya dan arogannya dia?”

Andri Chen tidak mengerti maksud perkataan dia, tetapi tetap tidak memberi respon dan terus mendengarnya lanjut berbicara.

Tuan Jiang meletakkan gelas anggur, menoleh ke arah Rossa, berinisiatif melepaskan ikatan tali di tangan dan lakban di mulutnya, lalu berkata dengan hati bersedih: “Orang-orang itu terlalu kasar pada perempuan, sama sekali tidak bisa lemah lembut pada perempuan, lihatlah sampai diikat seperti ini.”

Selesai berkata, Tuan Jiang kembali menatap Andri, menghela nafas dan berkata: “Anak muda, aku sangat kagum padamu. Selama tiga tahun tinggal di Nanjing, semua orang pernah aku temui, tetapi hanya kamu yang paling membuatku puas. Mendengar keahlianmu sangat luar biasa, pada awalnya aku tidak percaya, tetapi setelah melihat Taopa kalah karenamu, aku pun percaya dengan perkataan orang-orang tentangmu.”

Berbicara sampai disini, Andri Chen menambahkan dengan hormat: “Tuan Jiang, soal Taopa, aku juga terpaksa, mohon dimaklumi.”

Tuan Jiang melambaikan tangan, tersenyum sambil mengingatkan: “Aku tidak tertarik dengan masalah diantara kamu dan Taopa, aku hanya tahu kamu menang.”

Andri Chen sedikit bingung dengan maksud dan tujuan Tuan Jiang. Terutama karena dia sama sekali tidak marah soal Taopa, ini membuat Andri merasa tidak tenang, sungguh takut dia akan menghakimi orang-orang di sekitar dirinya, terutama Rossa yang sedang duduk di samping.

“Tuan Jiang, maksudmu?” Andri mencoba bertanya.

Tuan Jiang berdiri dari tempat duduk, memegang gelas anggur sambil berjalan ke belakang Andri, baru berkata: “Taopa sudah mengikutiku selama 10 tahun, tentu saja 6 tahun diantaranya terkurung dalam tiang besi. Aku tahu dia tidak puas, tetapi semua karena dirinya tidak berguna, hingga seorang polisi kecil saja tidak bisa dikalahkan, apalagi yang bisa diharapkan darinya.”

Mendengar penjelasan Tuan Jiang, Andri merasa semakin bingung, sebenarnya apa yang dia inginkan?

Saat berjalan ke belakang Rossa, Tuan Jiang melihat Andri lagi, tertawa sambil berkata: “Aku sangat mudah diajak bicara, aku juga tidak akan menyulitkanmu. Hari ini mengundangmu datang memang untuk berbincang-bincang. Tentu saja aku sangat menyukai orang hebat. Kamu berani menyentuh Taopa, berarti dirimu sangat tangguh. Dan malam ini juga! Aku ingin menyaksikan semua itu!”

Selesai berkata, Tuan Jiang berjalan ke pintu depan villa dan memerintah seorang laki-laki yang berjaga: “Budi! Panggilkan mereka kemari.”

“Baiklah, Tuan Jiang.” Seorang laki-laki berpakaian jas yang berjaga di depan pun pergi terburu-buru.

Andri tidak tahu siapa yang dimaksud Tuan Jiang. Setelah menunggu beberapa saat, barulah terlihat sepuluh laki-laki berbadan besar masuk ke dalam villa, dan berbaris rapi di depan Tuan Jiang.

Tuan Jiang melihat mereka sekilas, lalu melihat Andri dan berkata sambil tersenyum: ‘Bukankah kalian ingin membalaskan dendam Taopan? Malam ini juga akan aku beri kesempatan itu, jika kalian bersepuluh tidak bisa mengalahkan dir sendiri, maka seharusnya sudah tahu langkah apa yang akan aku ambil.”

Mendengar perkataan itu, Andri baru tersadar, inilah tujuan utama Tuan Jiang yang sebenarnya.

Saat ini sepuluh laki-laki di depan terus melototi Andri dengan garang, sudah tidak sabar untuk mematahkan semua tulang dalam badannya.

Selesai berkata, Tuan Jiang pun memperkenalkan pada Andri: “Mereka ini! Adalah teman-teman Taopa, dari kemarin ingin membalaskan dendam Taopa! Aku tidak suka bermain di belakang, hari ini juga aku akan menyaksikan sendiri. Siapapun yang menang, silahkan pergi dari sini dengan santai. Tetapi jika kalah, aku akan memberi sedikit hukuman kecil, tetapi tentu saja aku paling menyukai pemenang!”

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu