My Charming Lady Boss - Bab 373 Teman Baik Seumur Hidup

Andri Chen menganggukan kepala dengan yakin, "Ibu, aku benar-benar tidak apa-apa. Kalau tidak percaya, kamu boleh bertanya pada Nora."

Di tengah pembicaraan mereka, Nora Shen membawa banyak hadiah berjalan masuk dari halaman depan. Saat melihat Ibu Chen, Nora Shen juga menyapa dengan akrab, "Ibu! Ayah!"

Melihat itu, Ibu Chen segera menghampiri dan berkata dengan senang, "Nora! Ibu sudah banyak merepotkanmu. Tapi kamu masih membawa begitu banyak barang ke sini, membuat ibu jadi tidak tahu harus berkata apa lagi."

Berkata sampai situ, mata Ibu Chen mulai berair. Kalau dia bisa punya menantu seperti ini, tidak tahu akan seberapa senangnya dia.

Nora Shen berkata dengan sedikit perasaan bersalah, "Ibu, apa yang kamu katakan! Beberapa waktu ini, aku dan Andri tidak melihat kalian, bahkan menempatkan kalian di tempat seperti ini, benar-benar sudah membuat kalian susah!"

Mendengar perkataan itu, hati Ibu Chen tidak tahu seberapa senangnya. Senyum di wajahnya seperti bunga yang mekar di musim semi.

Ibu Chen segera mengambil barang yang dibawa oleh Nora Shen. Melihat Ayah Chen masih berdiri di tempat, Ibu Chen berkata padanya, "Suamiku, kenapa masih diam di sana? Tidak membantu menangkat barang?"

Ayah Chen baru teradar dan segera ke sana, membawa buah-buahan, bir dan yang lainnya dari tangan Nora Shen, kemudian berkata dengan sungkan, "Nora, kedepannya saat datang melihat ayah dan ibu, jangan membeli barang lagi, kalau tidak ayah akan marah lho."

Mendengar itu, Nora Shen tersenyum dan menjawab, "Mana boleh begitu! Membeli barang untuk ayah dan ibu, itu adalah kewajiban kami sebagai anak."

Ibu Chen memanfaatkan kesempatan untuk memuji Nora Shen, "Suamiku, kamu lihat nih. Nora pandai sekali bicara. Entah kenapa hatiku sangat senang mendengarnya bicara."

Ayah Chen lalu mengajak Nora Shen masuk, "Sini, ayo masuk ke dalam Nora."

Setelah beberapa orang masuk ke dalam ruang tamu, Ayah dan Ibu Chen tidak diam saja. Yang satu sibuk menuangkan air, sedangkan satu lagi bertanya dengan perhatian, "Nora, kamu sudah makan belum? Tadi ibu sudah membuat pangsit. Ibu dengar kalian mau datang ke sini, jadi sengaja menyiapkannya untuk kalian. Sekarang ibu pergi bawakan semangkok untuk kalian."

Kebetulan sekali perut Nora Shen juga sudah lapar. Sebelum keluar rumah, dia bahkan belum makan, jadi dia menjawab dengan sopan, "Terima kasih, ibu."

Ibu Chen tersenyum sambil berkata, "Kamu ini, untuk apa sungkan dengan ibu sendiri. Kalian ngobrol-ngobrol dulu, sebentar lagi sudah siap kok."

Selesai berkata, Ibu Chen pergi ke dapur sendirian. Ayah Chen lalu berkata lagi pada Nora Shen, "Nora, ayo diminum airnya."

"Iya, ayah. Kamu tidak usah mempedulikan aku." Nora Shen menjawab lalu mencari suatu tempat untuk duduk.

Nora Shen minum seteguk air, sedangkan Ayah Chen menelan air liur lalu berkata dengan sedikit gagap, "Nora! Ada yang ayah ingin katakan padamu."

Nora Shen meletakkan gelas lalu bertanya dengan penasaran, "Ayah, ada apa, langsung katakan saja."

"Ehm ... jadi begini ..." Ayah Chen seperti agak tidak enak hati untuk mengatakannya.

Melihat itu, Nora Shen segera berkata, "Ayah, ada masalah apa, langsung saja ayah katakan. Tidak usah merasa tidak enak hati."

Ayah Chen mengangguk-anggukan kepala. Baru saja ingin mengatakan sesuatu, Ibu Chen berjalan keluar dari dapur. Melihat Ayah Chen yang terbata-bata, Ibu Chen langsung memotong perkataan Ayah Chen, "Sayang, kamu pergi lihat panci saja di dapur. Aku yang akan mengatakannya."

Ayah Chen hanya bisa menjawab, "Baiklah!"

Setelah Ayah Chen pergi, Ibu Chen langsung berkata dengan nada senang, "Nora! Bagaimana pendapatmu tentang Andri?"

Nora Shen tanpa berpikir langsung menjawab, "Sangat bagus!"

Mendengar itu, Ibu Chen sangatlah senang dan mengangguk beberapa kali. Kemudian Ibu Chen berkata lagi dengan maksud menyelidiki, "Nora! Kamu dan Andri juga sudah tidak kecil lagi. Setiap hari bersama, kamu sebagai seorang wanita juga akan mendapat gosipan dari orang lain. Ayah dan ibumu juga sudah lama meninggal. Ibu harap kedepannya kamu bisa memanggil ibu dengan arti yang sesungguhnya."

Awalnya Nora Shen tidak mengerti apa yang terjadi, tapi begitu mendengar ucapan Ibu Chen yang itu, dia langsung mengerti. Waktu itu saat di RS, Ayah Chen juga sudah mengatakan yang sama padanya. Tidak disangka lewat beberapa hari saja, sudah kembali lagi pada topik ini. Jadi dia langsung dapat mengerti apa maksud Ibu Chen.

Yang mengerti perkataan itu bukan hanya Nora Shen, tapi Andri Chen yang duduk di sebelahnya juga mengerti. Andri Chen langsung berkata dengan tidak enak hati, "Ibu, apa yang ibu katakan!"

Ibu Chen langsung melihat ke arah Andri Chen dan berkata dengan nada menyalahkan, "Andri, kamu hitung sendiri umurmu sudah berapa tahun ini. Apa kamu mau menunggu sampai umur 40 tahun baru menikah?"

Baru saja Andri Chen mau menjelaskan sesuatu, Ibu Chen sudah menghentikannya dan menasehati, "Kamu lihat sendiri, sudah berapa banyak rambut putih ibu? Kalau kamu tidak menikah lagi tahun ini, kamu sudah akan berumur 34 tahun. Apa kamu masih merasa muda? Yang jelas hari ini juga sudah mengatakan sampai sini. Aku dan ayahmu sudah berdiskusi. Pokoknya tahun ini kamu harus menikah. Nora adalah wanita yang sangat baik, mau kamu cari dimana pun tidak akan bertemu lagi wanita seperti Nora. Kamu masih menunggu apa? Apa perlu wanita yang mengambil inisiatif?"

Perkataan itu malah membuat wajah Nora Shen merah. Sebenarnya, dalam hatinya dia ingin sekali menikah kepada pria seperti Andri Chen. Sejak dia berumur 6 tahun, sejak dia melihat Andri Chen untuk pertama kalinya, dia sudah diam-diam menyukai pria itu. Siapa sangka langit membuat mereka kembali bertemu, selain itu bahkan di satu kota yang sama. Ini hanya bisa dideskripsikan dengan kata 'jodoh'.

Malah Andri Chen tidak berkata apapun, dan membuat Nora Shen tersadar.

"Ibu, aku sudah punya pacar." karena kondisi darurat, perkataan ini keluar dari mulut Andri Chen.

Mendengar itu, Ibu Chen mengerutkan dahi dan bertanya dengan bingung, "Apa? Kamu sudah punya pacar?"

Andri Chen mengangguk-anggukan kepala dan sekali lagi berkata dengan yakin, "Iya."

Pikiran Ibu Chen sedikit kacau. Setelah berpikir selama sesaat, Ibu Chen baru kembali kepada kenyataan dan berkata, "Andri, kamu jangan kira ibu ini mudah dibohongi. Aku datang ke Nanjing sudah lumayan lama. Kenapa pacarmu tidak datang menemuiku?"

Andri Chen berjalan ke hadapan ibunya, lalu berkata dengan pasti, "Ibu, aku benar-benar sudah punya pacar. Bagaimana kalau besok aku bawa dia bertemu denganmu."

Mendengar Andri Chen berkata seperti itu, Ibu Chen sudah mulai percaya. Dalam hatinya berpikir, jangan-jangan anak ini benar-benar sudah punya pacar.

Berkata sampai situ, Nora Shen jadi sedikit tidak enak hati. Dia juga tahu Andri Chen sudah mempunyai orang yang pria itu suka, jadi dia hanya bisa memotong pembicaraan, "Aku pergi ke dapur dulu."

Ibu Chen tahu Nora Shen akan menjadi canggung. Saat Nora Shen pergi ke dapur, Ibu Chen langsung bertanya, "Andri, sebenarnya ada masalah apa? Apa kamu benar-benar sudah punya pacar? Jangan bohongi ibu."

Andri Chen mengangguk, "Benar-benar sudah ada, bu."

Ibu Chen bertanya lagi, "Siapa namanya?"

Andri Chen sedikit ragu. Tidak tahu harus berkata Rossa Du, atau Yuni Lin. Tapi Rossa Du sekarang tidak berada di Nanjing. Meskipun dia mengatakan Rossa Du, besok dia juga tidak dapan membawa wanita itu kepada ibunya, jadi dia hanya bisa mengatakan nama Yuni Lin.

"Ibu, namanya Yuni Lin."

"Yuni Lin?" Ibu Chen terus mengulang nama itu, lalu bertanya lagi, "Apa pekerjaannya?"

Begitu Andri Chen teringat akan pekerjaan Yuni Lin sekarang, dia segera menjawab, "Guru."

Mendengar itu, Ibu Chen mengangguk mengerti dan berkata, "Baik. Kalau begitu kamu besok bawa dia ke sini. Kalau dia tidak lebih baik dari Nora, aku tidak akan menyetujui pernikahan kalian."

Mendengar ini, Andri Chen tertawa dan berkata, "Ibu, kamu tenang saja! Dia pasti membuatmu puas."

Andri Chen dan Nora Shen menetap di sana sampai sore. Hingga langit gelap, mereka baru memutuskan pergi. Andri Chen awalnya berencana membawa ayah dan ibu kembali ke kota, tapi Nora Shen tidak setuju. Alasannya tunggu sampai masalah ini benar-benar berakhir dulu baru menjemput mereka tinggal di kota, kalau tidak takutnya akan melibatkan mereka.

Memikirkan keamanan ayah dan ibu, Andri Chen juga setuju pandangan Nora Shen.

Bagi Ayah dan Ibu Chen, dimana pun mereka tinggal sama saja. Dulu tinggal di desa, sekarang bangunan dengan halaman besar ini jauh lebih baik dari rumah mereka dulu. Mereka sama sekali tidak keberatan, hanya berharap Andri Chen dan Nora Shen bisa sehat selalu.

Berpisah dari orang tua, mereka kembali lagi ke kota dengan mobil. Orang yang mengendarai mobil tetap Nora Shen.

Tapi kali ini mereka tiba-tiba menjadi sedikit canggung. Andri Chen tahu perkataannya tadi, membuat Nora Shen merasa canggung. Tapi sejak saat itu, dia juga tahu Nora Shen mempunyai rasa padanya. Kalau tidak dengan sifat Nora Shen itu, tidak mungkin bisa tersipu malu.

Setelah ada keheningan yang lama di dalam mobil, Andri Chen akhirnya memecahkan kesunyian itu.

Andri Chen meminta maaf dengan berkata, "Nora, maaf, aku ..."

Belum selesai berkata, Nora Shen sudah tahu apa yang mau dikatakan Andri Chen, dan langsung menghentikannya, "Andri, kamu tidak perlu meminta maaf. Aku rasa ibu pasti sudah salah paham. Ibu pikir kita memiliki hubungan seperti pria dan wanita, tapi sebenarnya kita adalah teman baik bukan?"

Andri Chen menjawab, "Iya, kita adalah teman."

Mendengar dua kata itu, Nora Shen tertawa dan tiba-tiba menghentikan mobil. Nora Shen mengulurkan tangan kanannya kepada Andri Chen lalu berkata, "Benar, kita adalah teman baik untuk selamanya."

Setelah bersalaman, mereka berdua tertawa lepas, tertawa dengan sangat senang.

Setelah itu, Nora Shen lanjut menyetir mobil. Mereka kembali lagi ke Nanjing yang ramai dan Nora Shen mengantar Andri Chen ke Komunitas Perumahan Xin Hua.

Saat Andri Chen bersiap turun dari mobil, Nora Shen yang duduk di kursi pengemudi tiba-tiba memanggilnya.

"Andri!"

Andri Chen menoleh. Nora Shen berkata padanya, "Andri, kamu tenang saja! Aku sudah mengutus orang untuk mendengar kabar Rico. Mau dia hidup atau mati, aku akan memberi sebuah jawaban padamu."

"Iya. Hati-hati yang mengemudinya!" Andri Chen menasehati.

"Aku pergi dulu." Nora Shen melambaikan tangan sambil tersenyum pada Andri Shen. Kemudian mobil perlahan melaju pergi.

Melihat mobil Nora Shen sudah hilang dari pandangan, Andri Chen baru berbalik dan berjalan masuk ke perumahan Xin Hua. Saat sampai di lorong tempat dia tinggal, dia samar-samar dapat mendengar suara musik dari kamar Yuni Lin.

Dia berdiri di depan pintu dan mendengarkan dengan seksama. Alunan yang familiar itu lagi.

"Hujan turun beberapa kali dari langit, orang-orang yang di jalanan tidak banyak, tidak tahu apa yang sedang kamu lakukan sekarang, dan juga tidak tahu apakah kamu sedang merindukanku atau tidak ..."

Sambil mendengar, Andri Chen tanpa sadar ikut menyanyikannya.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu