My Charming Lady Boss - Bab 137 Tekad yang Luar Biasa (1)

Saat usia 16 tahun, Andri pergi ke Kota D, dan sejak saat itu, ia menghilang.

Sampai hari ini, Rico pun tak tahu Andri pergi ke mana. Ia mengira Andri meninggal seperti itu. Orang tua Andri telah melaporkan kasus ini ke polisi, namun setelah setengah tahun pencarian mereka tak menemukan apa-apa. Sejak saat itu, kasus ini pun ditutup, karena para polisi tidak berhasil menemukan jasadnya.

Tak disangka, 10 tahun kemudian, mereka bisa kembali bertemu di Nanjing. Rico sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam jangka waktu belasan tahun ini, namun ternyata Andri hilang ingatan. Hal ini pun menjadi misteri yang tak terpecahkan selama belasan tahun.

Saat Rico tersadar, Andri telah berdiri di hadapannya, bahkan mencoba pergi.

Di saat itulah, pintu kamar terbuka. Rico menoleh dan melihat seorang perawat masuk. Melihat Andri berdiri di sana, perawat itu terkejut dan berseru, "Kamu sudah bangun?"

Andri sebenarnya ingin kabur di saat perawat tidak memperhatikannya, tapi tak disangka malah ketahuan.

Maka, ia pun berterus terang, "Suster, aku mau keluar rumah sakit!"

"Apa?" Perawat itu seakan curiga ia telah salah dengar.

Andri pun mengulangi perkataannya, "Aku mau keluar rumah sakit!"

Melihat Andri di hadapannya yang bisa turun dari ranjang dan berdiri tegak, perawat itu merasa tak masuk akal.

Tapi, ia tetap bertanya dengan khawatir, "Kamu mau keluar dengan keadaan seperti ini?"

"Aku tidak apa-apa," jawab Andri seakan memang tidak terjadi apa-apa.

Perawat itu mengamati Andri. Meskipun Andri berdiri tegak, namun tubuhnya masih gemetaran. Andri mungkin akan jatuh begitu berjalan beberapa langkah. Ia tak akan mengizinkannya keluar saat ini, kondisinya masih tidak memungkinkan.

"Begini kamu bilang tidak apa-apa?" tanya perawat dengan heran.

Andri berusaha melangkah maju, "Lihat, aku tidak apa-apa."

Perawat itu tak menyangka Andri bisa berjalan. Ini baru seminggu, bagaimana bisa ia turun ranjang dan berjalan? Tubuhnya bahkan masih terbungkus kain kasa!

Demi membujuk Andri, perawat pun berkata, "Kalau kamu bisa berjalan sampai ke kamar mandi di lorong sana tanpa terjatuh, aku akan mengizinkanmu keluar."

"Benarkah?" Andri mendongak menatap si perawat seperti melihat secercah harapan.

"Tentu saja," Perawat itu mengangguk. Ia yakin Andri tak akan sanggup berjalan barang 10 langkah saja.

"Baik, janji ya!" Meskipun di bibir Andri mengucapkannya dengan mantap, tapi dalam hati ia khawatir juga, karena kedua kakinya masih belum mau bekerja sama. Ia hanya bisa bertaruh. Apapun yang terjadi ia harus menang, karena Yuni masih menunggu pertolongannya. Ia tidak ingin Yuni dipenjara karena hal ini.

Andri mengeraskan hatinya, lalu memulai langkah pertamanya. Meskipun rasa sakitnya jadi berlipat ganda, ia bersikeras menahannya.

Setengah jam selanjutnya, langkah demi langkah Andri lalui. Tak peduli seberapa sakitnya, ia tetap gigih berjalan ke arah kamar mandi lorong tanpa mengerang sedikit pun. Di tengah perjalanan ia hampir saja terjatuh, tapi ia segera berpegangan pada tembok sehingga tidak jadi terjatuh, karena ia tahu ia benar-benar tak boleh kalah.

Setelah langkah terakhir, si perawat pun menggeleng dan mendesah pada Rico di sebelahnya, "Aku sungguh salut padanya. Aku tak pernah menjumpai pasien dengan tekad sekuat dia."

Sejujurnya, yang mengagumi Andri bukan hanya si perawat, tapi Rico juga. Andri masih sama gigihnya seperti dulu.

Rico mendesah, "Dia juga terpaksa, demi temannya."

Meski perawat tak tahu apa yang terjadi, ia menoleh pada Rico dan berpesan padanya, "Walaupun aku mengizinkannya keluar rumah sakit, tapi sebagai teman kau harus memperingatkannya agar tidak pergi terlalu jauh. Cederanya masih belum sepenuhnya pulih. Kau harus menyuruhnya minum obat secara rutin dan sebisa mungkin jangan berkontak dengan air."

"Terima kasih, Suster," kata Rico.

Perawat itu tersenyum lalu menyahut, "Aku akan mengambilkannya obat."

Mendengarnya, Rico segera berkata, "Aku akan ikut untuk mengurus administrasi."

"Tidak perlu, kamar kalian adalah kamar VIP, dan sudah ada yang membayar untuk kalian sejak awal, jadi kalian boleh pergi kapan saja," sahut si perawat, lalu melanjutkan, "Tunggu di sini sebentar, aku akan mengambilkan kalian obat."

Setelah si perawat pergi, Rico menoleh ke arah daun pintu kamar VIP itu, lalu bergumam, "Sial! Perlakuan terhadap pasien VIP memang tak sama. Sekarang rumah sakit ini jadi tampak seperti hotel."

Sementara itu, Andri berjalan balik denga susah payah. Saat melihat Rico, ia mengamatinya sekilas, lalu bertanya dengan heran, "Di mana suster?"

"Pergi mengambilkanmu obat," jawab Rico.

"Dia mengizinkanku keluar?" tanya Andri buru-buru.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu