My Charming Lady Boss - Bab 143 Tidur Satu Kamar (1)

Sesampainya di kamar, Yuni langsung masuk ke dalam selimut dan menutupi badannya dengan sempurna. Kedua mata menatap pintu kamar dan berkata dengan cemas: “Kucing itu tidak akan masuk saat tengah malam kan?’

Mendengar perkataan itu, Andri pun tidak kuat menahan tawa. Dia merasa saat ini Yuni sangat menggemaskan.

Yuni melihat Andri tidak menjawab dan malah kelihatan sedang menahan tawa.

“Apa yang kamu tertawakan?’ Yuni mengerutkan kening.

Andri tertawa, berkata: “Direktur Lin, jika kamu takut, aku bisa….”

Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, Yuni langsung memotong dengan keras: “Jangan bermimpi!” Dia seolah tahu apa yang dipikirkan Andri, maka langsung menolak mentah-mentah.

“Baiklah, tidur saja!” Andri pun mulai membentangkan tikar di lantai kamar.

Baru saja akan tidur, Yuni yang sedang berbaring di ranjang memperingatkan: “Ingat! Jangan naik ke atas ranjang saat aku sedang tidur!”

Andri menguap beberapa kali dan kembali bertanya: “Direktur Lin, apakah maksud kamu, saat kamu bangun nanti aku boleh naik?”

“Awas saja!” Yuni Lin melotot sambil menggigit gigi.

Andri tertawa dan berkata: “Bercanda kok, ngantuk nih, ayo tidur! Sebentar lagi subuh..”

Yuni tetap saja tidak tenang. Bagaimana jika orang itu benaran menyerangnya saat sedang tidur lelap, takutnya dia sendiri tidak bisa mengendalikannya dan ikut larut dalam suasana itu.

Saat memikirkan ini, Yuni pun mencari sebuah gunting yang selalu dia bawa kemana-mana. Gunting itu tidak hanya diperuntukkan untuk Andri, tetapi untuk orang-orang jahat lainnya. Jika suatu hari terjadi sesuatu, gunting itu bisa dimanfaatkan, karena dia memang selalu tinggal sendiri.

Setelah menemukan gunting itu, dia sengaja memperlihatkan pada Andri dan menyelipkannya di bawah bantal sendiri.

Melihat situasi itu, Andri berkata dengan tidak mengerti: “Direktur Lin, haruskah kamu berbuat seperti itu?”

Yuni Lin berkata dengan tegas: “Harus!”

Andri tidak mampu berkata-kata lagi, dia kembali menguap beberapa kali. Saat ini dia sudah terlalu ngantuk, hanya bisa berkata: “Sudahlah! Aku tidur dulu, selamat malam!”

Selesai berkata, Andri mencoba melepaskan celana panjangnya. Tetapi karena perban di kedua kaki, dia sangat kesulitan untuk melepasnya, baru saja ingin meminta bantuan Yuni.

Yuni malah berkata mendahuluinya: “Kamu… kamu mau apa?’

Andri menjawab dengan santai: “Lepaskan celana untuk tidur!”

Melihat Andri sudah melepaskan ikat pinggangnya, Yuni memerintah: “Kamu jangan melepas celana!”

“Kenapa?” Andri sedikit kebingungan.

Yuni Lin menjawab dengan canggung: “Tidak leluasa!”

Andri melanjutkan: “Justru jika tidak melepasnya, tidurku semakin tidak leluasa!”

Selesai berkata, dia lanjut melepas celananya, karena tidur dengan celana panjang memang membuatnya tidak nyaman.

Melihat Andri akan segera melepaskan celananya, Yuni mengeluarkan gunting dari bawah bantal, mengancam: “Kamu yakin ingin melepas celana?”

Melihat gunting tajam di tangan Yuni, Andri langsung menghentikan gerakan tangannya, berkata dengan wajah memelas: “Direktur Lin, tidak melepas celana akan membuatku tidak bebas.”

Yuni berkata dengan egois: “Aku tidak perduli! Pokoknya kamu jangan lepas celana! Atau gunting ini akan tertancap di dalam dagingmu!”

Dia berkata sambil memutar gunting di tangan. Sesekali terdengar suara gesekan gunting yang sangat tajam. Andri segera memakai kembali celananya dengan panik.

“Baiklah, baiklah, aku tidak akan melepasnya lagi.” Sambil berkata, dia berdiri dari posisi tidur.

Melihat situasi itu, Yuni bertanya dengan mengerutkan kening: “Apa yang kamu lakukan?”

Andri sengaja melihat ke pintu kamar, berkata: “Sepertinya lebih baik aku tidur di sofa saja, dengan begini tidak akan membuatmu tidak leluasa lagi!”

Baru berjalan dua langkah ke arah pintu, Yuni yang duduk di atas ranjang langsung memanggilnya.

“Kamu tidak boleh pergi!”

Andri Chen berbalik badan, sengaja bertanya: “Kenapa?”

Yuni berkata dengan lemah: “Jika kamu pergi, aku akan ketakutan.”

Andri menjelaskan: “Tetapi aku tidak bisa tidur jika tidak melepas celana ini. Kalau tidak kamu coba memakai pakaian kerja saja?”

Yuni mulai kebingungan, memakai pakaian kerja memang akan sangat membatasi posisi tidur. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya dia mengangguk: “Baiklah! Kamu boleh melepaskan celana, tetapi tunggu setelah lampu dimatikan. Lalu, tanpa persetujuan dariku, kamu tidak boleh menyalakan lampu.”

Andri mengiyakan dengan lantang: “Tidak masalah.”

Selesai berkata, dia langsung mematikan lampu kamar Yuni.

Dalam sekejap, kamar itu menjadi gelap gulita, Yuni kaget hingga bertanya dengan panik: “Untuk apa kamu mematikan lampu?’

Andri berkata di tengah kegelapan: “Tentu saja untuk melepaskan celana!”

Yuni langsung memberi perintah: “Cepat nyalakan lampunya!”

“Untuk apa?’

“Dengar tidak? Cepat nyalakan!” Suara Yuni bertambah nyaring.

Andri Chen yang berada di tengah kegelapan pun tidak berdaya, dia kembali menyalakan lampu dan memusatkan pandangan pada Yuni.

Yuni turun dari ranjang, berjalan ke depan Andri dengan tangan yang masih memegang gunting tajam. Menyadari celananya belum terlepas, dia pun memberi perintah: “Aku mau ke kamar mandi, temani aku!”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu