My Charming Lady Boss - Bab 412 Bulu Kuduk Berdiri

Rico menjadi tampak misterius dan berkata: "Aku akan membawamu untuk melihat sesuatu."

Mendengar hal ini, Andri menjadi lebih penasaran. Ketika dia ingin bertanya apa lagi, Rico berkata: "Ayolah turun dari mobil."

Andri menatap Rico yang membuka pintu untuk turun, Andri pun harus mengikutinya untuk turun. Dia melihat bangunan kosong yang ditinggalkan. Tampaknya sudah lama ditinggalkan, karena jalan masuk penuh dengan rumput dan lumut di jalan batu tulis.

Dengan rasa ingin tahu, dia mengikuti Rico ke gedung itu, tetapi hanya setelah dua langkah, dia tiba-tiba berhenti, karena dia pikir Yuni masih di dalam mobil, dia ingin membawa Yuni bersamanya, Rico tiba-tiba berhenti: "Kak Andri, biarkan Yuni tetap di dalam mobil! Aku membawa mu untuk melihat sesuatu, aku rasa jika Yuni melihatnya dia akan …"

Ketika Rico mengatakannya sampai sini, dia sengaja berhenti.

Andri sepertinya memikirkan sesuatu, dan segera berkata kepada Yuni yang baru saja turun dari mobil, dengan suara lembut: jYuni, tunggulah kami di dalam mobil!"

Yuni sedikit ragu, tetapi mendengar Andri berkata seperti itu, dan dia hanya dapat mengangguk, "Oke!"

Setelah itu, Yuni hanya menyaksikan Andri yang berjalan mengikuti Rico ke gedung itu langkah demi langkah, kedua sosok itu pun segera menghilang dari pandangannya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan melihat sekelilingnya. Udara disini cukup dinging, untungnya hari masih siang kalau tidak Yuni akan takut, karena tidak ada siapapun disana.

Saat ini, Andri mengikuti Rico berjalan menuju ke dalam gedung. Rico berjalan di depan, dan Andri mengikutinya. Bangunan itu tampak gelap. Andri tidak tahu apakah Rico telah mengikat seseorang di sini. Dia bertanya-tanya apakah dia adalah pria dengan topi yang terlihat di warung pinggir jalan tadi malam.

Ketika Andr isedang berjalan dan berpikir. Rico yang sedang berjalan di depan, tiba-tiba berhenti dan berbalik dan bertanya: "Kak Andri, apakah kamu punya tisu?"

"Tisu untuk apa?" tanya Andri.

Rico menjawab: "Aku merasa sedikit sakit di perut, aku ingin buang air besar."

Andri merogoh pakaiannya dan menyentuhnya. Tidak ada tisu atau apapun di tubuhnya kecuali uang. Dia merentangkan tangannya dan berkata: "Aku tidak memiliki tisu, hanya uang, atau tidak kamu ingin uangku?"

Rico melihat cek di tangan Andri dan berkata: "Lupakanlah Kak Andri, tunggulah aku di sini. Aku pergi ke sana untuk buang air. Siang tadi aku telah memakan mie, sepertinya mie itu kurang bersih."

Andri memberi isyarat: "Cepatlah, jangan sampai mengenai celanamu, dan tariklah celanamu dengan hati-hati."

"Ya." Rico sedikit kesal. Dia menutupi perutnya dan berjalan cepat ke sisi lain bangunan.

Andri hanya dapat berdiri di tempat dan menyalakan sebatang rokok. Dia mulai merokok satu per satu. Dia melihat sekeliling dan bertanya-tanya mengapa bangunan itu ditinggalkan. Tampaknya bangunan itu belum sepenuhnya dibangun, tetapi baru hanya setengah jalan. Apakah mungkin telah terjadi sesuatu.

Satu rokok sudah habis terbakar. Andri pun melihat ke tempat Rico pergi, dan menemukan bahwa dia belum kembali, jadi dia harus menunggu di tempat, menyalakan rokok lagi, dan merokok dengan santai.

Lima menit kemudian, sisi Rico masih sunyi. Andri melemparkan puntung rokok di tanah secara langsung. Dia khawatir tentang apa yang terjadi pada Rico. Sehingga dia bergegas menuju ke tempat di mana Rico baru saja pergi, dan memanggil dengan lembut: "Rico!"

Andri berjalan dan berteriak pada saat yang sama, tetapi dia berteriak beberapa kali, tetapi dia tidak menerima jawaban. Dalam benaknya dia berpikir bahwa tidak akan terjadi sesuatu pada Rico bukan?

Sehingga Andri pun terus mencari Rico di gedung kosong itu. Setelah hampir sepuluh menit mencari, dia masih belum menemukan Rico. Rico seperti menghilang dari dunia. Bahkan keadaan dalam bangunan itu sungguh gelap dan lembab. Ada bau jamur. Namun, Andri tidak berhenti berteriak. Dia terus berjalan menuju tempat paling gelap. Waktu telah berlalu Andri tetap mencari dan berteriak memangil Rico.

Berjalan dan berjalan, Andri tiba-tiba melihat bayangan di gedung yang gelap itu. Dia bertanya: "Rico, apakah itu kamu?"

Sosok dalam gelap itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Andri terkejut dan bertanya dengan hati-hati: "Siapa kamu?"

Sosok itu masih tidak berbicara, tetapi berdiri di tempat yang sama. Andri tidak bisa melihat wajahnya, dan tidak tahu siapa dia. Apakah itu bayangan yang membuat Rico tersingkir, atau sesuatu yang lain terjadi padanya.

Ketika Andri selesai bertanya, dia tidak ingin pergi, karena jika pergi dia akan kehilangan jejak Rico. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Rico, sehingga dia mengepalkan tangannya dan mencoba mendekati bayangan itu langkah demi langkah. Andri sungguh berhati-hati. Jika sosok itu ingin melakukan sesuatu, dia akan bereaksi tepat waktu. Bahkan dalam gelap, mata Andri dapat memainkan peran besar.

Setiap langkah yang diambil Andri, membuat sedikit suara di lantai yang bergema di bangunan kosong itu.

Ketika Andri berjalan kurang dari enam langkah menuju bayangan itu, ada bunyi tabrakan logam tajam di ruangan gelap. Setelah mendengarkan dengan seksama, bagi Andri dia sudah terbiasa untuk mendengar suara peluru pada pistol. Suara itu sungguh jelas, karena selalu ada suara seperti itu bergema di benaknya, dan dia semakin akrab dengan perasaan menembak di JiangNan Bridge terakhir kali.

Suara "mengklik" membuat Andri berhenti di tempat. Dia tahu apa artinya selanjutnya, karena sosok dalam bayangan hitam itu memiliki pistol di tangannya dan pelurunya dimuat. Tentu saja, langkah selanjutnya adalah menembak.

Pada saat ini, napas Andri menahan napasnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di detik berikutnya, apalagi siapa yang akan membunuhnya.

Namun tiga detik kemudian, ruangan gelap itu tiba-tiba mati membisu. Tidak ada suara sama sekali. Hanya embusan angin yang masuk ke dalam gedung dan mengeluarkan suara mendesing. Meskipun suaranya sangat kecil, itu terdengar di telinga Andri.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan berpikir bahwa jika dia menghindari peluru dari sisi lain dalam gelap, karena dia tidak bisa melihat sisi lain, sosok itu tentu tidak bisa melihatnya. Namun dilihat dari suaranya, sosok itu kurang dari lima meter darinya. Akan mudah menembak sasaran dalam jarak lima meter dalam gelap. Selain itu, Andri tidak tahu apa siapa sosok itu. Jika dia adalah pembunuh yang dikirim oleh Tuan Ketiga, maka tidak ada keraguan bahwa Andri akan mati hari ini.

Tetapi seiring berjalannya waktu, sosok itu masih tidak menembak. Hati Andri terasa tegang. Dia tidak tahu apa yang ditunggu sosok itu, apakah dia sedang menunggu sesuatu yang tidak diketahui Andri.

Namun, Andri yang berdiri di tempat yang sama, tidak bisa menahan lagi. Karena jika terus seperti ini, dia pasti akan mati di sini. Selain itu, Yuni masih berada di luar gedung. Jika dia meninggal di sini, diperkirakan Yuni tidak akan memiliki akhir yang baik, apalagi dia adalah seorang wanita.

Memikirkan hal ini, Andri ingin melakukan sesuatu, berencana untuk berpura-pura mati, karena hanya dengan cara ini dia akan selamat.

Pada saat itu, Andri menyadari ada batu bata di bawah kaki kanannya. Jika dia menendang batu bata ke sosok itu dan kemudian mengambil kesempatan untuk langsung menghindari dari peluru, itu akan membutuhkan kecepatan yang sangat cepat. Jika sedikit saja terlambat maka peluru itu akan mencium kulitnya.

dengan tiba-tiba, Andri menendang batu-batu keras ke arah sosok itu dalam kegelapan, kemudian Andri segera turun ke bawah tanah, karena hanya dengan cara ini dia dapat menghindari peluru.

Tepat ketika batu bata itu terlempar, sebuah tembakan yang jelas tiba-tiba terdengar di ruangan yang gelap. Untungnya, Andri jatuh ke tanah tepat waktu untuk menghindari peluru.

Selanjutnya, Andri yang jatuh ke tanah, dengan cepat berguling ke pilar di sampingnya. Suara pistol yang jelas terdengar lagi, dan cahaya tembakan itu bersinar di dalam kegelapan.

Untungnya, sosok itu menembakkan tiga tembakan dan tidak mengenai Andri. Setelah Bai Zhendong berguling ke pilar batu, suara tembakan segera berhenti. Gedung gelap yang awalnya penuh dengan suara tembakan tiba-tiba menjadi sunyi senyap lagi. Dia mendengar napasnya pelan. Selain itu, tidak ada yang bisa di dengar.

Andri tidak tahu di mana bayangan itu sekarang, dan tidak datang kepadanya. Dia bersandar di pilar dan mendengarkan dengan cermat dengan telinganya. Setelah mendengarkan sebentar, dia tidak menemukan gerakan apa pun.

Akhirnya, Andri harus meraba-raba tanah dengan jari-jarinya, dan kemudian menyentuh batu bata kecil. Dia berjongkok perlahan, menolehkan kepalanya, dan ketika dia memegang batu di tangannya, dengan sedikit kekuatan, dia melemparkan batu bata ke arah bayangan hitam tadi. Hanya ketika suara batu bata itu terdengar, suara pistol itu kembali terdengar lagi.

Ketika Andri mendengar ini, dia menemukan bahwa sosok itu masih ada di ruangan itu. Dia harus menemukan cara untuk membunuh sosok itu. Sosok itu melepaskan empat tembakan. Seharusnya ada empat peluru di dalam pistol itu. Andri harus menghabiskan perulu sosok itu sebelum dia punya kesempatan untuk menang.

Pada saat ini, di dalam ruangan gelap itu tiba-tiba terdengar langkahan kaki sosok itu. Interval antara langkah demi langkah menjadi relatif panjang. Andri mendengar dengan teliti dan merasa bahwa sosok itu sedang mendekati posisinya. Andri merasa bahwa sosok itu hanya berjarak sepuluh meter darinya. Jika sosok itu berada lebih dekat, maka hal itu akan buruk baginya.

Sehingga Andri pun mengambil napas dalam-dalam dan perlahan-lahan mencoba melepas mantelnya. Dia bermaksud menggunakan pakaiannya untuk mengkonsumsi peluru dari sosok itu. Kemudian ia mengambil kesempatan ini untuk berlari menuju pilar yang lain, yang hanya berjarak lima meter dari posisinya saat ini. Dia harus berlari dengan kecepatan kilat, atau sosok itu akan menembak dirinya setelah mendengar suara gerakannya.

Ketika Andri sedang berpikiri untuk ketiga kalinya di dalam hatinya, dia mengumpulkan semua kekuatannya dan melempar pakaiannya dengan keras ke kanan pilar. Pada saat yang sama, ia bergegas ke pilar lain dengan kecepatan kilat.

Tindakan ini hanya memakan waktu dua detik, tetapi bayangan itu masih di tengah-tengahnya. Dia melepaskan tembakan ke tempat Andri melemparkan pakaiannya. Ketika dia sadar kembali, dia melepaskan tembakan ke tiang di mana Andri berada sekarang. Namun, tak satu pun dari tembakan itu mengenai Andri, tetapi sosok itu telah menghabiskan dua peluru.

Sosok itu masih memiliki dua peluru. Andri harus menemukan cara untuk menghabiskannya, tetapi tidak ada peralatan yang tersedia baginya. Bahkan jika ada sesuatu benda yang dapat membantu Andri, sosok itu pun tidak akan terjebak.

Namun, langkah kaki yang membuat bulu kuduk berdiri itu kembali menghampiri Andri selangkah demi selangkah.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu