My Charming Lady Boss - Bab 195 Menyerah

Andri Chen yang sudah berjalan sampai ke pintu kamar mandi pun menoleh kembali. Rossa tiba-tiba berjalan mendekat, merangkul leher Andri dan langsung menciuminya tanpa ragu. Ciuman Rossa membuat Andri sedikit tidak siap, tetapi secara perlahan tetap lengah dalam ciuman itu, bahkan sampai tahap dimana tidak bisa mengendalikan diri….

Setelah itu, Rossa pun melepaskan semua keresahan, terus mengikat diri dengan Andri, mulai menyingkapkan pakaian, dengan nafas yang berat, semakin lama semakin berat…..

Setelah kemesraan yang terbilang cukup lama, Andri bersandar di dalam bak mandi dengan baju yang ditanggalkan, sambil memeluk Rossa dengan penuh kelembutan. Rossa mengeluarkan sepasang tangan putihnya untuk memijit dada bidang Andri, dia sangat menikmati setiap kemesraan mereka berdua, ingin sekali rasanya tidur di pelukan itu untuk selamanya, tidak terbangun untuk selamanya.

Melihat Rossa dalam pelukannya, Andri tidak tahu yang dia lakukan benar atau tidak, akankah malah mencelakai perempuan yang sangat kasihan itu.

Terdiam beberapa saat, bibir kecil Rossa kembali menari di leher Andri, hingga membuat badannya geli dan terpancing.

“Mau lagi?” Andri menundukkan kepala sembari bertanya.

“Kenapa, kamu tidak kuat lagi?” Rossa berkata sambil tertawa.

“Aku tidak kuat?” Selesai berkata, Andri langsung menggendong Rossa dari dalam bak mandi, lalu berkata: “Sebentar lagi kamu akan tahu aku masih kuat atau tidak.”

Setelah itu, Andri pun menggendong Rossa ke kamar, meletakkannya ke ranjang, dan berencana membuatnya menyerah.

“Andri…..” Sebelum Rossa selesai berkata, Andri Chen langsung meutupi bibirnya dengan bibir sendiri, membuatnya lelah di ranjang yang empuk itu.

Keesokan harinya, Andri Chen terbangun karena dering handphone. Saat membuka kedya mata, dia melihat sejenak handphone di dalam saku celana, sepertinya ada yang menelepon.

Andri Chen menundukkan kepala melihat Rossa yang masih tertidur pulas. Dengan perlahan dia menyelimuti Rossa, lalu merapikan pakaian sendiri. Saat mengeluarkan handphone, terlihat panggilan masuk dari Yuni Lin.

Hatinya terkejut sejenak, barulah mengangkatnya: “Hallo! Yuni!”

“Andri, kamu kemana?” Yuni bertanya dari ujung telepon.

Andri langsung menjawab: “Yuni, tadi malam ada sedikit urusan, aku masih sedang mengurusnya di luar.”

“Tadi malam?” Yuni terkejut, dia sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi malam itu.

Andri pun berkata sesuai kenyataan: “Yuni, tadi malam kamu ketiduran, aku tidak tega membangunkanmu, setelah urusan disini selesai aku akan langsung pulang.”

“Oh, sebentar lagi aku harus pergi ke rumah Keluarga Sun.” Yuni tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan.

“Untuk apa ke rumah Keluarga Sun?” Mendengar kata ‘Keluarga Sun’, Andri langsung merasa sangat stres.

Yuni menjawab sesuai kenyataan: “Ayahku mencari untuk membicarakan masalah pernikahan.”

Berpikir demikian, Andri pun kepikiran perempuan bernama Florida itu. Hari ini juga dia harus menemukan perempuan itu, jika tidak, Yuni sungguh akan menikah dengan Tommy.

Andri terdiam beberapa saat, terdengar suara Yuni Lin bertanya dari ujung telepon: “Andri, apakah kamu tidak senang?”

Andri baru tersadar kembali dan berpesan: “Aku tidak apa-apa, pergilah ! Hati-hati di jalan!”

“Kalau begitu aku pergi dulu, selesai sibuk aku akan meneleponmu.” Yuni Lin tahu Andri tidak ingin dia pergi ke rumah Keluarga Sun, tetapi Ayahnya baru saja menelepon, dia tidak berani menolak.

“Hm, sampai jumpa.” Selesai berkata, Andri pun menutup telepon itu.

Saat memikirkan Yuni pergi ke rumah Keluarga Sun, hati Andri terasa sangat tidak nyaman. Dia mengangkat tangan melihat jam, waktu menunjukkan jam 9 pagi. Matanya masih terasa perih dan lelah, tetapi begitu kepikiran pernikahan Yuni, rasa kantuknya spontan lenyap. Dia berencana mencari keberadaan perempuan bernama Florida itu.

Di saat inilah, Rossa yang sedang terbaring di ranjang membuka kedua matanya, memanggil dengan suara samar-samar: “Andri, kenapa kamu bangun?”

Andri kembali ke sisi ranjang, melihat Rossa yang membuka mata secara perlahan, sembari berkata: “Aku ingin mencari tempat tinggal perempuan bernama Florida itu.”

“Buru-buru sekali kah?” Rossa Du bertanya sambil mengusap kedua mata.

Andri Chen mengecup kening Rossa, berkata dengan lembut: “Rossa, tidurlah sebentar lagi! Siang hari nanti aku akan kembali membangunkanmu.”

Rossa menggeleng dengan manja: “Tidak mau, aku ingin kamu temani.”

“Patuh! Aku akan kembali dengan cepat.” Andri membujuknya lagi.

Rossa tetap saja menggelengkan kepala: “Tidak mau!”

Andri sungguh tidak punya cara lain, hanya bisa menuruti keinginannya: ”Baiklah! aku temani kamu tidur.”

Mendengar perkataan itu, Rossa barulah tersenyum bahagia, dan berkata dengan penuh perhatian: “Tidurlah sebentar lagi, lihat mata pandamu, parah sekali.”

Andri Chen menjulurkan tangan mengelus hidung Rossa, tersenyum licik: “Semua karena tingkahmu tadi malam.”

Rossa malah menyalahkan Andri atas kejadian malam itu: “Siapa suruh kamu lama-lama.”

Andri pun hanya bisa menghela nafas dan kembali mengalah: “Baiklah! Aku yang salah.”

Dia berkata sambil menanggalkan baju, lalu masuk lagi ke dalam selimut, dan memeluk Rossa melanjutkan tidur.

Baru tidur sebentar, Rossa bertanya dengan pelan: “Andri, apakah tadi itu telepon dari Direktur Lin?”

Andri Chen tidak berbohong, mengatakan yang sebenarnya: ”Benar.”

Rossa sontak tidak senang: “Pergi saja jika kamu ada urusan!”

Melihat ekspresi masam pada wajah Rossa, Andri pun menciumnya dengan gemas, lalu berkata: “Tidak ada urusan apa-apa, dia hanya menelepon untuk memberitahu bahwa akan ke rumah Keluarga Sun.”

“Untuk apa kesana?” Timbul rasa penasaran dalam hati Rossa.

Andri menjelaskan: “Katanya untuk membicarakan masalah pernikahan.”

Berbicara soal pernikahan, Rossa kembali kepikiran dengan perempuan bernama Florida, segera bertanya: “Andri, kapan rencananya kamu akan memberitahu Direktur Lin soal Florida?”

Andri berpikir beberapa saat, baru berkata: “Sekarang aku belum bisa memastikan apakah perempuan bernama Florida ini memang memiliki hubungan dengan Tommy Sun, jika ternyata mereka hanya teman, maka semua usaha kita pasti sia-sia.”

Mendengar Andri berkata seperti itu, Rossa pun merasa sangat masuk akal, langsung menganggukkan kepala sambil menganalisa: “Naluri perempuan memberitahuku, bahwa perempuan bernama Florida ini pasti memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Tommy, dan hari itu saat aku diam-diam mengambil foto mereka di Restoran Yakeshi, terlihat mereka sedang mendebatkan sesuatu, keduanya seperti sedang tidak akur.”

Mendengar sampai disini, Andri sangat terkejut, langsung bertanya sambil mengerutkan kening: “Apa yang mereka katakan?”

Rossa menggelengkan kepala dan berkata: “Aku tidak mendengar jelas, tetapi dari ekspresi wajahnya, aku bisa melihat bahwa mereka sedang berantem.”

Tanda-tanda itu adalah hal baik bagi Andri. Dia juga merasa perempuan bernama Florida itu memiliki hubungan khusus dengan Tommy, dan perihal masalah apa yang mereka debatkan, Andri malah sangat penasaran.

Andri bersandar di kepala ranjang. Rossa yang tidur di dalam pelukannya menguap, lalu mengalihkan topik pembicaraan: “Andri, tidurlah! Setelah bangun nanti aku temani kamu kesana.”

Andri baru tersadar dari lamunan, langsung menganggukkan kepala: “Baiklah! Tidur!”

Andri baru saja akan berbaring, tangan Rossa malah mulai tidak jujur. Andri pun tersenyum licik: “Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”

“Tidak ada kok!” Rossa pura-pura polos.

“Tidak ada ya? Kalau begitu aku yang….” Berbicara sampai disini, tangan jahil Andri pun beraksi lagi.

“Kamu nakal lagi, menyebalkan!”

Begitulah, keduanya bermain beberapa saat, setelahnya suasana kamar kembali hening.

Keduanya tertidur dalam selimut hingga hari siang. Baru saja pergi ke kamar mandi, handphone Andri berdering lagi, dia segera berlari kembali ke kamar dan mengambil handphonenya. Tadinya mengira itu adalah telepon dari Yuni, ternyata malah nama Sisca Mi yang terlintas disana.

“Hallo! Sisca!”

Sisca berkata dari ujung telepon: “Andri, kasus Rico akan disidangkan besok lusa, aku juga sudah menyiapkan pengacara.”

Andri berkata dengan terharu: “Sisca, terima kasih.”

Sisca Mi berkata sambil tersenyum: “Sejak kapan kamu menjadi begitu sungkan?”

Andri tertawa paksa di dalam telepon, dia hanya berharap pengacara bisa membantu membebaskan Rico.

Berkata sampai disana, Sisca pun mengalihkan topik: “Oh iya, Andri. Ibuku berencana membelikan sebuah mobil baru untukmu, hitung-hitung sebagai hadiah pernikahan.”

Andri tercengang, bertanya dengan penuh rasa kaget: “Apa? Beli mobil?’

Sisca menjawab: “Aku sudah berkata tidak perlu, Ibuku tetap saja ingin membelikannya untukmu. Katanya repot jika kamu tidak memiliki mobil di saat pergi dan pulang kerja.”

Andri Chen langsung menolak: “Sisca, katakan pada Ibu tidak perlu, aku bisa naik angkutan umum kok.”

Sisca pun tidak berdaya: “Aku sudah pernah mengatakannya, tetapi tidak ada gunanya. Aku juga berbohong bahwa kamu tidak memiliki SIM, tebak saja apa yang dikatakan Ibu, dia berkata besok sore juga akan mendaftarkanmu untuk ikut ujian.”

Saat Andri ingin lanjut berkata, Sisca langsung memotongnya: “Sisanya kamu bicarakan sendiri saja, aku sudah berusaha maksimal. Ibuku memang begitu, keputusannya tidak mungkin diganggu gugat.”

Andri Chen berkata dengan tegas: “Sisca, kamu harus memikirkan cara untuk meyakinkan Ibu. Aku hanya seorang suami palsu, mana mungkin berani menerima hadiah semahal itu.”

Sisca pun berkata terpatah-patah: “Aku tidak mengerti kenapa Ibu begitu… menyukaimu, sama halnya dengan terhipnotis. Seharian di rumah, dia selalu membahas tentang dirimu. Sekarang aku sudah tahu, Ibuku memang menyukai anak laki-laki, pantas saja cara dia membesarkanku layaknya anak laki-laki.”

Berpikir sampai disini, Sisca tiba-tiba teringat sesuatu, segera berkata: “Oh iya, tahukah apalagi hal aneh yang telah Ibuku lakukan? Sungguh membuatku kesal setengah mati.”

Andri Chen bertanya dengan penasaran: “Apa?”

Sisca menjawab dengan tak berdaya: “Ibuku sudah membeli kereta bayi, pampers bayi, katanya setelah menikah, kita harus cepat punya anak. Ibu juga berpesan kita harus melahirkan anak laki-laki dan perempuan.”

Mendengar perkataan itu, Andri sungguh terkejut, spontan bertanya dengan heran: “Tidak mungkin deh? Setelah acara pernikahan selesai, kemana kita akan mencari bayi? Apakah sandiwara ini harus terus berlanjut? Aku tidak perduli soal semua masalah di belakang, kamu urus saja sendiri!”

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu