Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 6 Mau meminta tolong kepadanya

Dilihat seperti itu oleh paman membuat bulu kuduk Victoria berdiri, Victoria bangun dan bermaksud pergi, tapi baru saja berdiri, dia merasa kepalanya pusing dan duduk kembali, dia hanya merasa kakinya tidak bertenaga, lebih parahnya lagi pemandangan yang dilihatnya mulai bergoyang, seperti kaleidoskop, membuatnya masuk ke kondisi setengah sadar, ada sesuatu di kopi itu!

"Kamu....Kenapa....." Belum sempat menyelesaikan perkataanya, Victoria sudah pingsan.

Edward menatapi Victoria yang tidak sadar diri di sofa dan tersenyum licik.

"Victoria, kamu tidak boleh menyalahkan paman, siapa suruh nilai jualmu begitu tinggi?" kemudian dia mengambil telepon genggam yang terletak di atas meja, kemudian menelepon seseorang, orang itu mengangkat teleponnya, Edward pun berkata: "Sudah selesai, datang dan bawa pergi."

Kira-kira sudah lewat 10 menit lebih, 3 lelaki berpakaian hitam masuk ke kantor, kemudian memasukkan Victoria ke kantung tidur yang sudah disiapkan dan keluar.

Perlahan-lahan Victoria sadar, dia menahan ketidaknyamanan yang dirasakannya dan membuka matanya.

Penerangan di sekelilingnya remang-remang, lingkungan yang asing membuat detak jantungnya bertambah cepat, ketika dia meraba-raba dan mencoba untuk turun dan pergi meninggalkan tempat ini, dia mendengar di depan pintu ada orang yang sedang berbicara.

Dia tidak berani sembarangan bergerak, tangannya tanpa sengaja menyentuh telepon di samping kasur, reaksi pertamanya adalah telepon polisi, tapi nomor telepon Wallace muncul di otaknya, dia pun langsung menekan nomor teleponnya dan menghubunginya, ketika dia sadar, sudah tidak sempat memutus telepon.

"Halo?" suara jelas dan dingin Wallace terdengar.

Victoria merasa sedikit ragu, tidak tahu apakah boleh menyuruh Wallace menjemputnya, Wallace yang tidak mendengar suara apapun pun menyahut sekali lagi, Victoria baru berkata dengan perlahan, "Ini aku!"

Wallace merasa keanehan Victoria, dia pun bertanya: "Ada apa?"

"Aku....." tepat ketika dia mau berbicara, Victoria secara samar mendengar ada perubahan di luar pintu: "Tunggu sebentar!" Kemudian dia bergegas turun dari kasur, dengan langkah ringan mendekati pintu.

Suara langkah kaki di koridor semakin mendekat, terdengar sepertinya ada 3-5 orang, Victoria merasa ketakutan, dengan panik melihat ke kiri dan ke kanan, melihat di dekatnya ada meja pendek, dia mengeluarkan seluruh tenaganya dan memindahkan meja tersebut ke depan pintu, dan juga memindahkan dua kursi dan meletakkannya di atas meja.

Victoria bersembunyi di sebelah kasur, seluruh tubuhnya bersandar di lantai, dia merasa dia semakin lemas, keringat mengalir di seluruh tubuhnya, tangannya masih memegang telepon yang belum diputus, dan Victoria yang panik lupa sejenak bahwa dia mau meminta tolong.

Wallace yang di ujung telepon hanya mendengar suara ribut, dia mengerutkan keningnya, apa yang sedang dilakukan perempuan ini? Wallace yang menunggu sampai tidak sabar akhirnya bertanya: "Kamu dimana?"

"Brak Brak Brak" suara pukulan pintu terdengar, Victoria tidak bisa mendengar pertanyaan Wallace, orang yang di luar pintu tidak henti-hentinya menabrak pintu.

"Kurang ajar, perempuan itu menghadang pintunya."

"Menghadang ya menghadang, cepat labrak!"

"Baik!" 3 lelaki kekar di luar pintu menggunakan seluruh tenaga mereka, kemudian terdengar suara keras, lalu terdengar suara kursi jatuh, dan meja yang terdorong.

Victoria saat ini baru teringat telepon yang ada di genggamannya, mengambil kesempatan orang diluar belum masuk, dia pun berteriak ke arah telepon: "Tolong! Tolong aku!"

Pintu pun terbuka lebar, pria tua bertubuh kurus dan berambut putih berjalan masuk, melihat Victoria yang meminta tolong, berjalan ke arahnya dan memukul telepon yang dipegang Victoria, kemudian dia menarik rambut Victoria dan melemparnya ke kasur: "Berteriak minta tolong? Aku ingin lihat siapa yang bisa menolongmu."

"Ah! Cepat datang tolong aku! Tolong aku!" Victoria terkejut, dia menarik selimut dan menutupinya sambil gemetaran.

"Sial!" Wallace mengumpat, telepon genggamnya mencari posisi telepon yang dipakai Victoria tadi, mengambil kunci dan berlari keluar.

Pria tua itu tersenyum jahat dan menarik selimut yang diremas Victoria sekuat tenaga, Victoria mengambil kesempatan berbalik dan bermaksud melarikan diri, tapi kerah pakaiannya ditarik oleh pria tua itu dan menariknya kembali, 'Plak,plak.' dua suara tamparan nyaring membuat kepala Victoria berputar, dan membuatnya kehilangan tenaga untuk melawan.

"Masih ingin melarikan diri! Aku lihat kamu mau melarikan diri kemana." Pria tua itu menekan kuat Victoria, dia melepaskan tali pinggangnya dan mengikat kedua tangan Victoria. Kemudian dia bangun dan berjalan ke pintu, berkata: "Jaga baik-baik, jangan biarkan orang lain mengganggu kesenanganku."

3 lelaki yang seperti sekuriti itu mengangguk dan membantu pria tua tersebut menutup pintu, lelaki tua itu kembali ke samping kasur dan melihat Victoria yang memberontak di atas kasur, sambil melepaskan kancing baju sambil tersenyum mesum: "Pamanmu sudah menjualmu kepadaku untuk membayar hutang, lebih baik kamu diam-diam saja." dia pun menerjang ke arah Victoria.

Wallace menginjak gas dan melaju keluar dari komplek, tidak tahu sudah melanggar berapa lampu merah, melihat titik merah di navigasi ponsel nya semakin dekat, dia pun menghentikan mobilnya di tempat terpencil, Wallace turun dan melompati pagar, kemudian melompat masuk dari jendela, melihat 3 penjaga yang menjaga pintu kamar, dia pun berjalan kesana dan memukul mereka sampai tidak sadar tanpa mengatakan apapun.

"Bruk!" pintu ditendang terbuka. Wajah Wallace penuh dengan kedinginan, kemudian menendang penjaga yang datang menerjang kearahnya kemudian berlari masuk ke kamar.

Pakaian Victoria sudah ditarik lebih dari setengah, wajah yang terlihat bekas tamparan basah oleh air mata, matanya penuh dengan penolakan dan putus asa, kulitnya yang terekspos berwarna merah yang tidak normal.

Saat itu juga, Wallace merasa harinya sangat tidak enak seperti diremas sekuat tenaga dengan kedua tangan, mata yang dingin seperti es menatapi pria tua, bagaikan raja neraka.

"Siapa yang berani menganggu kesenanganku! Sini, tangkap......" Pria tua belum selesai berbicara, sudah ditinju oleh Wallace sampai terjatuh di lantai. Tanpa bersuara, Wallace mengangkat pria tua dengan menarik kearah belakangnya dan menyeretnya ke kamar mandi, satu tangannya membuka keran, dan satu tangan lagi langsung menekan kepala pria tua masuk ke bak mandi, kemudian diulang lebih dari 10 kali, air di bak mandi yang awalnya bersih ternoda oleh merah darah yang kental. Pria tua tidak ada tenaga untuk melawan dan tergeletak di lantai, barulah Wallace melepaskannya.

Wallace yang kembali ke samping kasur melihat Victoria dengan pipi merah terus menerus berbalik badan, pakaiannya dirobek menjadi satu kain besar, Wallace pun dengan cepat melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Victoria, sepanjang jalan menggendong Victoria berjalan keluar dari hotel.

Ketika mereka melaju cepat untuk pulang ke villa, kemudian masuk ke garasi mobil, Wallace berpaling dan melihat pakaian Victoria sudah dilepas olehnya dan dia terlihat menyedihkan.

"Aku....Aku sangat kepanasan....." Bibir Victoria digigitinya sampai hampir berdarah, seakan sedang menahan diri dengan susah payah.

Wallace mengerutkan keningnya, dia hanya tahu Victoria sudah diberi obat, kalau dia tidak menemukannya tepat waktu, kalau dia telat satu langkah, Wallace tidak mau memikirkan akibatnya, dia juga tidak berani memikirkannya.

Jendela mobil naik perlahan, Wallace mengunci pintu mobil, menekan tombol di samping kursi, kursi Victoria menyandar ke belakang, Victoria yang mengerti apa maksud Wallace terlihat sedikit malu dan memalingkan mukanya.

"Kamu malu apa, bukannya tidak pernah." nafas yang panas menghembus ke telinganya, Victoria merasa gatal dan tidak enak, dia tidak mendengar dengan teliti maksud dari kata-kata Wallace.

Sentuhan dingin di bibirnya membuat Victoria merasa sangat nyaman, bisa meredakan kepanasan tak terkendali yang dia rasakan saat ini, tanpa sadar dia pun mendekati Wallace, kedua tangannya merangkul leher Wallace.....

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu