Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 271 Hanya Ada Satu (2)

"Victoria。" Wallace berteriak pelan.

"Wallace。" Victoria menjawab dengan mengatakan, "Terima kasih telah begitu baik kepadaku, aku mencintaimu." Terima kasih atas semua hal baik yang telah kamu lakukan untukku sebelumnya. Terlepas dari semua hal ini, aku masih sangat mencintaimu.

"Aku dulu sangat keras kepala, tetapi aku tidak akan keras kepala lagi." Aku tidak akan pernah melihatmu lagi dan tidak akan punya kesempatan untuk keras kepala di depanmu lagi.

"Kamu harus baik-baik, kita harus baik-baik." Aku dan kamu, masing-masing harus baik.

Mungkin karena sensasionalisme Victoria yang tiba-tiba membuat Wallace bahagia, tetapi dia tidak memikirkan maksud lain dari perkataan Victoria. Wallace tersenyumn dengan lembut dan berkata, "Victoria, masa lalu telah berlalu, dan kita akan memiliki kehidupan yang baik di masa depan nanti." Wallace selalu begitu lembut di depan Victoria.

Victoria menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Wallace, tetapi air matanya jatuh ke pipinya. Victoria mengulurkan tangan dan menyeka air matanya, dia memeluk Wallace, berusaha untuk mengingat kehangatan ini.

Ketika malam semakin dingin, Wallace tertidur dengan perasaan senang, yang mungkin merupakan tidur paling tenang yang pernah dia rasakan dalam waktu begitu lama. Wallace tertidur dengan wajah penuh kesenangan. Namun Victoria yang ada di sampingnya, perlahan membuka matanya.

Keesokan harinya, sinar matahari yang hangat berangsur-angsur masuk ke dalam ruangan. Pria di tempat tidur itu tidur dengan nyenyak, bahkan dengan senyum di wajahnya, seolah-olah dia sedang bermimpi indah.

Dia berbalik dan mengulurkan tangan untuk menyentuh orang di sebelahnya, tetapi dia tidak merasakan apapun.

Tidak ada orang!

Dia membuka matanya dan duduk. Orang yang ada di sampingnya sudah tidak ada.

"Victoria。" teriak Wallace dengan gugup.

Untuk waktu yang lama, tidak ada jawaban dari Victoria di ruangan itu. Wallace bangkit dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi, tidak ada; pergi ke ruang tamu, tidak ada; pergi ke dapur, tidak ada.

"Victoria!" panggil Wallace, kali ini lebih keras lagi.

Namun, tidak terdengar jawaban dari Victoria. Wallace duduk di atas sofa, arwahnya bagaikan hilang begitu saja.

Dalam beberapa hari terakhir, Victoria seperti menjauh darinya. Wallace tahu dan merasa bahwa suatu hari Victoria akan pergi dengan suatu cara.

Dia merasa bahwa Victoria akan berubah pikiran selama dia memperlakukan Victoria dengan baik, tetapi tidak disangka, Victoria akhirnya pergi.

Dan juga, kemarin Victoria masih tersenyum dan juga suasana hatinya sedang bagus.

Mungkin dia sudah keluar.

Wallace tertawa dan mengeluarkan ponselnya. Tangannya gemetaran. Dia membuka buku telepon dan menelepon Victoria. Dia ingin mendengar suara Victoria. Tetapi, yang dia dengar adalah suara yang dingin mengatakan "Maaf, telepon yang anda tuju sedang dimatikan.”

Maaf, telepon yang anda tuju sedang dimatikan.

Dimatikan.

Detik berikutnya, ponselnya bersama dengan tangannya jatuh ke atas lantai, mengeluarkan "Bang", seolah jantungnya jatuh, terasa sangat sakit.

Victoria, bagaimana kamu tega meninggalkanku?

Victoria, bagaimana kamu bisa meninggalkanku?

Victoria, di mana aku bisa menemukanmu?

Wallace duduk di sofa, mencoba untuk tenang, tetapi dia tidak bisa tenang untuk sementara waktu. Ini Victoria. Ketika dia bertemu dengan Victoria, dia akan kehilangan akal sehatnya.

Apakah ponselnya kehabisan baterei? Apakah dia pergi ke tempat Berly? Apakah dia pergi ke rumahnya?

Memikirkan hal ini, Wallace memiliki secercah harapan, Wallace mengambil ponselnya yang ada di lantai dan memencet nomor Berly.

"Halo." Berly tampaknya masih tidur. Suaranya lemah, tidak seperti biasanya.

Wallace bertanya, "Apakah Victoria pergi ke tempatmu?"

"Victoria? Bukankah dia pulang denganmu? Apa yang sedang terjadi? Apakah kamu menggertaknya lagi? Dasar bajingan! "

Tidak di rumah Berly , Wallace tidak selesai mendengarkannya, dan dia menutup teleponnya begitu saja, dan kemudian dia menelepon ke rumah Victoria.

"Halo." Paulina mengangkat telepon

Wallace bertanya dengan penuh harapan, "Apakah Victoria bersamamu?"

"Tidak ada, bukankah kalian baru datang kemarin?" Paulina menjawabnya.

"Kalau begitu, tidak apa-apa." Wallace menutup telepon dan mengambil ponselnya. Tidak tahu harus menelepon siapa lagi. Dia berpikir lagi. Victoria tidak punya teman sama sekali. Setelah dia menikah dengan Victoria, dia hanya berhubungan dengan Berly saja.

Tetapi dia tahu bahwa Victoria hanya seorang diri namun Wallace masih saja menyakitinya. Wallace semakin merasa menyesal.

"Victoria, kemana kamu pergi?" Wallace berbisik, dia menelusuri semua sudut di apartemen seolah-olah Victoria terlihat tersenyum padanya di mana-mana, tetapi perlahan-lahan, satu-satu menghilang.

Dia masih ingat Victoria kemarin agak aneh dan terlihat lebih bersemangat. Wallace meragukannya, tetapi dia dibutakan oleh kesenangannya saat itu dan tidak benar-benar mencoba untuk mengetahuinya. Tak disangka, kepolosannya membuat Victoria meninggalkan sisinya.

Wallace perlahan mulai tenang, dia sedang memikirkan ke mana Victoria pergi, tetapi tetap tidak terpikirkan olehnya. Victoria sengaja ingin melarikan diri, dan pastinya tidak akan mudah untuk ditemukan oleh Wallace.

Tiba-tiba, terdengar suara deringan ponsel.

Apakah itu Victoria?

Wallace mengambil ponselnya sambil tersenyum, tetapi melihat nama "Willy" di layar, membuatnya sangat kecewa.

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu