Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 369 Saat-saat Terberat

Joe melihat Victoria, dan sesekali menyentuhnya dengan tangan kecilnya.

"Victoria, sekarang Joe juga sudah bisa memanggil "ibu", tidak lama lagi dia pasti bisa bicara banyak. Kamu tega melewati masa-masanya yang seperti ini? Tidak lama lagi dia pasti sudah bisa memanggil "ayah", "kakek" dan "nenek", aku tidak memvideokannya untukmu, kamu pasti tidak bisa melihatnya dan mendengarnya." Wallace seperti sedang mengancam Victoria.

"William juga, sekarang dia sangat disiplin dan patuh, guru-guru di sekolah juga sangat menyukainya dan memujinya. Bagaimana? Sebagai ibu, kamu sudah lalai bukan?" Kata Wallace, dia tidak tahu harus berekspresi apa.

Tidak lama kemudian, Joe pun tertidur, Wallace pun pasrah dan tersenyum, lalu membawanya kembali ke kamar bayi. Setelah mencium Joe, Wallace pun kembali ke kamarnya.

Setelah mandi, dia pun berbaring di samping Victoria, menyampingkan badannya, menopang kepalanya, dan menatapnya.

Setelah sebulan lebih, Victoria terlihat sedikit gemuk. Wallace mengelus wajahnya, dan tidak rela melepaskan tangannya lagi.

"Victoria, apakah kamu tahu, aku senang sekali hari ini kamu bisa menggerakkan jarimu." Kata Wallace. Sebulan lebih ini, dia tidak pernah meninggalkannya, setelah banyak berbicara dengannya, Victoria tetap tidak bergerak sama sekali. Dan panggilan "ibu" dari Joe malah membuatnya bergerak, dia merasa sedikit cemburu.

"Joe panggil, kamu langsung bergerak, tapi saat aku panggil, kamu tidak merespon." Omel Wallace. Setelah itu, dia pun tertawa sendiri. Dia tidak menyangka, suatu hari dia akan cemburu terhadap anaknya sendiri.

Wallace mendekati Victoria dan mencium mulutnya, menatap wajahnya dalam jarak yang sangat dekat: "Istriku, sudah saatnya kamu bangun."

Setelah itu, dia pun kembali berbaring di sampingnya.

"Istriku, aku rindu." Bisik Wallace, suaranya sangat kecil, hanya Victoria saja yang bisa mendengarnya.

Dia menggenggam tangan Victoria dan tertidur.

……

Di dalam kesadaran Victoria, dia seperti sedang melayang, tidak tahu dimana dirinya sedang berada.

Dia bisa mendengar suara di luar, dan tahu kalau Wallace selalu berbicara di luar sana, juga mendengar panggilan "ibu" dari Joe. Dia bergerak bukan karena mendengar panggilan "ibu", itu karena dia sudah menggunakan waktu yang cukup panjang dan akhirnya berhasil melepas satu lapisan ikatan di tubuhnya itu.

Dia selalu ingin keluar, tidak tahu sudah berapa kali dia memanggil "Wallace, cepat tolong aku." Tapi, dia hanya bisa mendengarkan suara Wallace, tidak bisa melihatnya, dia bahkan mengira kalau Wallace sudah menyerah dan tidak ingin menolongnya lagi.

Saat ini, dia mendengar Wallace memanggilnya "istriku". Mendengarnya berkata bahwa dia merindukannya, dia sangat senang. Dia ingin sekali membuka matanya dan melihatnya, tapi tubuhnya seperti sedang terikat, dan sebuah bisikan terdengar di telinganya: "Kamu tidak bisa keluar lagi, kamu sudah di neraka."

Victoria sangat takut dan tidak ingin percaya dengan suara itu. Dia menggerak-gerakkan tangannya, ingin mengusir suara itu. Tapi, bisikan itu terus berputar di kepalanya.

"Apakah aku benar-benar sudah mati? Aku sudah meninggalkan Wallace, meninggalkan anak-anakku?" Gumam Victoria, saat ini dia sudah hampir percaya.

Tiba-tiba, dia mengingat kembali semua kenangan bersama Wallace dulu. Wallace selalu memanjakannya dan mengalah untuknya, walaupun ada pertentangan, Wallace pasti mengaku salah duluan. Dia mengingat dulu dia pernah hilang ingatan, Wallace juga selalu menemaninya dan membantunya mencari kembali ingatannya. Oleh karena itu, dia percaya, tidak peduli bagaimanapun juga, Wallace pasti tidak akan meninggalkannya.

"Wallace, aku juga merindukanmu." Pikir Victoria. Dia bahkan bisa melihat wajah Wallace yang tersenyum, dan ekspresi Wallace yang puas setelah mengusilinya. Dia tidak ingin kehilangan ini semua, juga suara tawa Wallace yang lantang. Dia sudah berjanji dengan Wallace, mereka akan terus berjalan, terus berjalan hingga ke ujung dunia.

Victoria pun mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan seluruh ikatan di tubuhnya dan berusaha untuk membuka matanya. Proses ini sepertinya sudah berlangsung sangat panjang dan lama, dia masih belum bisa melihat Wallace, masih belum bisa melihat dunia yang terang itu.

Dia tetap berusaha dan bertahan, tidak tahu setelah berapa lama, akhirnya Victoria membuka matanya. Pandangannya masih kabur, dia seperti bisa melihat Wallace di sampingnya, juga melihat sinar matahari yang masuk ke dalam kamar, merasakan kehangatan di dalam kamar, dan mencium aroma di sekitarnya.

"Wallace." Dia memanggil pelan, menoleh dan melihat pria yang sudah menunggunya lama itu.

Pagi hari, langit sudah terang, cahaya matahari menyinari kamar, angin kecil bertiup, membuat setiap orang ingin tidur lebih lama lagi.

Wallace tertidur sedikit lebih lelap dari biasanya, tapi dia seperti bisa mendengar seseorang sedang memanggilnya, dan suara itu adalah suara Victoria. Dia tersenyum, mengira ini hanyalah mimpi, dan kembali tertidur dalam suara Victoria tadi. Tapi, setelah itu dia tidak mendengar suara apapun lagi, dia merasa kecewa.

Tidak tahu setelah berapa lama, Wallace pun akhirnya menerima kenyataan itu dan perlahan-lahan terbangun. Pandangannya masih kabur, tapi saat itu dia langsung melihat Victoria yang ada di sampingnya. Tidak disangka, saat itu juga, Victoria sedang membuka matanya dan melihatnya.

"Ini bukan mimpi kan?" Wallace kebingungan dan mengusap matanya.

Saat kembali membuka matanya, ternyata itu benar, Victoria sudah bangun, saat ini dia sangat terkejut dan sedikit tidak percaya. Dia mendekatkan dirinya ke tubuh Victoria dan bertanya: "Victoria, kamu benar-benar sudah bangun?"

"Wallace." Victoria memanggilnya pelan, lalu tersenyum kecil.

Mendengar ini, Wallace langsung beranjak dan melompat dari ranjang, dia benar-benar sangat senang. Dia mencubit dirinya sendiri, rasanya sakit. Dia juga mencubit Victoria dan bertanya: "Sakit?"

Victoria mengerutkan alisnya dan menyalahkannya: "Sakit sekali."

Wallace pun tertawa, tertawa terbahak-bahak, lalu tersenyum, dan mengalirkan air matanya. Dia memeluk Victoria dan berkata: "Victoria, kamu benar-benar sudah bangun, akhirnya kamu bangun juga."

Victoria juga tersenyum, dia ingin mengulurkan tangannya dan menyentuh Wallace, tapi sekujur tubuhnya tidak bertenaga. Dia hanya bisa berkata: "Aku sudah bangun."

Wallace sangat terharu, dia mendekatkan dirinya dan memberikan ciuman hangat untuk Victoria. Dia bisa merasakan aroma tubuh Victoria, aroma yang dikenalinya, yang membuatnya sangat merindukannya.

Setelah menciumnya, Wallace melihat Victoria dan baru ingat kalau dia harus memanggil dokter untuk memeriksa Victoria. Dia pun segera bangkit dan menelepon dokter.

Tidak lama kemudian, dokter pun datang. Ayah Mo dan ibu Mo beserta dua anak mereka juga ikut ke dalam kamar.

Setelah memeriksa Victoria, dokter pun tersenyum dan berkata: "Selamat ya. Nyonya Mo sudah sembuh, dia juga sangat sehat. Cukup istirahat saja beberapa hari lagi, maka dia akan sembuh total."

Wallace saat ini terlihat sangat gembira. Setelah berterima kasih, dia pun menyuruh ibu Zhang mengantar dokter pergi.

William juga sangat senang setelah melihat Victoria bangun, dia langsung memanjat ke ranjang dan melihat Victoria: "Ibu, kamu tidurnya lama sekali."

Victoria tersenyum dan berkata: "William, ibu juga tidak mau kok tidur lama-lama."

Ayah Mo dan ibu Mo yang berdiri di samping juga ikut senang, ibu Mo menggendong Joe dan berkata: "Victoria, akhirnya kamu bangun juga."

Victoria tersenyum, sepertinya selain tersenyum tidak ada ekspresi lain lagi yang bisa digunakan untuk menjawab mereka.

Melihat ini, Wallace pun cepat-cepat berkata: "Victoria baru bangun, kita jangan ganggu dia dulu, dia butuh istirahat."

William cemberut dan berkata: "Aku ingin temani ibu disini."

"Nanti kita datang lagi ya, tunggu ibu istirahat dulu." Kata Wallace dengan nada sedikit mengusir.

Ibu Mo pun tersenyum, menggandeng William dan berkata pelan: "William, kita pergi saja dulu. Ayahmu itu, ingin menguasai ibumu sendirian."

Mendengar ini, wajah Victoria pun memerah, dia melihat Wallace dan berkata: "Ngapain kamu suruh mereka pergi?"

"Benar apa yang dikatakan ibu, aku memang ingin menguasaimu sendirian." Lalu, Wallace pun naik ke atas ranjang dan memeluknya.

Victoria hanya pasrah di dalam pelukannya, sekarang adalah waktu khusus untuk mereka berdua.

"Victoria, kamu tahu kamu sudah tidur berapa lama?" Tanya Wallace. Dia mengingat kembali saat-saat dia menjaga Victoria yang hanya bisa berbaring di ranjang. Tiba-tiba, dia mengingat sebuah kata, "Amah Rock", dia pun merasa sedih.

Victoria tentu tidak tahu dia sudah tidur berapa lama, dia mengangkat kepalanya dan melihat Wallace: "Berapa lama?"

"Sebulan." Kata Wallace. Kata ini terdengar begitu singkat dan ringan, seperti bisa dilewati dengan mudah.

Victoria terkejut dan sedikit merasa bersalah: "Sepertinya memang sudah sedikit terlalu lama."

"Sangat lama, lama sekali." Jawab Wallace, nadanya terdengar sedikit menyalahkan Victoria, menyalahkan Victoria yang tidur begitu saja tanpa mempedulikan keluarganya.

Victoria menggenggam tangan Wallace dan berkata dengan nada sedikit manja: "Bukannya sekarang aku sudah bangun."

Wallace pun tersenyum dan mengusap rambut Victoria, dia tidak berbicara lagi. Benar, Victoria sudah bangun, seketika dia seperti naik dari neraka ke surga.

Ingatan Victoria masih terhenti di hari pernikahannya dengan Tantio, saat itu Wallace muncul, bodyguard Marvin mengepung mereka dari dua arah, lalu, mereka pun kecelakaan.

Kecelakaan?

Dia melihat Wallace dan bertanya: "Wallace, kamu tidak apa-apa kan?"

Wallace tahu apa yang sedang ditanyakannya, dia pun menggeleng dan berkata: "Aku baik-baik saja, malahan kamu, tidak sadarkan diri selama sebulan."

Victoria menjulurkan lidahnya.

"Victoria, kita tidak boleh berpisah lagi, kejadian seperti ini tidak boleh terjadi lagi." Kata Wallace sambil memeluknya lagi.

Victoria merasa seperti pernah mendengar perkataan ini. Dia bertanya: "Perkataan ini, sepertinya kamu sudah pernah bilang ya?"

Wallace terkejut, sepertinya dia pernah mengatakannya saat Victoria masih tertidur.

"Aku ingat, saat aku masih tidak sadarkan diri." Kata Victoria. Saat itu, dia masih memiliki kesadaran, dan bisa mendengar suara di luar.

Wallace pun menyentil hidung Victoria dan berkata manja: "Kalau kamu sudah mendengar semuanya, kenapa sampai sekarang kamu baru bangun? Kamu tidak tahu semua orang sedang menunggumu?"

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu