Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 236 Timbul Rasa Curiga (1)

Victoria Gong hanya tertawa dan tidak memperdulikan Wallace Mo. Tidak lama kemudian, dia pun tertidur dengan perlahan.

Melihat Victoria Gong menopang kepala dengan tangan dan tidur dengan tidak seimbang, Wallace Mo pun menggelengkan kepala, berjalan ke samping dan menggendongnya ke sofa.

“Victoria, suatu hari nanti kamu akan menyesal telah berbuat seperti ini.”

Selesai berkata, Wallace Mo mencium kening Victoria Gong dan duduk di kursi sambil mulai mengantuk.

Malam itu terasa semakin sunyi, tetapi entah kenapa pikiran Victoria Gong terasa semakin sadar dan tenggelam dalam kegelapan.

“Wallace, cepat pergi, kamu pasti bisa menyelamatkan William.”

“Hm, golongan darahku cocok untuk William.”

“Karena….”

Setiap kalimat terdengar di telinga Victoria Gong, membuatnya mengingat kembali kejadian-kejadian di masa lalu.

Hingga pada akhirnya Berly Liu datang dari kejauhan dan berkata pada Victoria Gong dengan senyuman hangat: “Victoria, aku rasa William dan Direkturmu sangat mirip.”

“Aa!”

Tiba-tiba Victoria Gong terbangun dari mimpi dan berkeringat banyak di keningnya.

Dia berlari ke sisi William, memakaikan selimut untuknya dan melihat wajah Wallace Mo sekilas.

Entah karena perasaaan saja atau bukan, saat ini Victoria Gong melihat ada banyak kesamaan di dalam mata William dan Wallace Mo.

Victoria Gong pun duduk di sebuah kursi dalam kamar. Suara kursi membuat Wallace Mo terbangun.

Melihat ekspresi kecewa pada wajah Victoria Gong, Wallace Mo merasa tertekan. Dia pun berjalan ke samping Victoria Gong dan bertanya dengan suara lembut: “Victoria, ada apa?”

Victoria Gong tidak mengatakan apapun, hanya mendorong Wallace Mo menjauh, dengan hati yang tidak tenang.

“Victoria, sebenarnya ada apa? Apakah kamu baru saja mimpi buruk?” Wallace Mo bertanya dengan panik, dia pun tidak kuat menahan diri untuk memeluk Victoria Gong.

“Jangan sentuh aku!” Victoria Gong segera mendorong Wallace Mo dengan kuat.

Wallace Mo yang terdorong ke samping merasa semakin panik, tetapi tidak mampu melakukan apapun. Dia pun berdiri sambil mengamati Victoria Gong di depannya.

Pikiran Victoria Gong terasa kacau. Bagai mengaduk bubur dengan sumpit, tidak terlihat inti apapun di dalamnya.

“Jangan ikut!” Dia merasa sangat tertekan, langsung berdiri dan keluar dari kamar pasien.

Mendengar kalimat itu, kaki Wallace Mo yang baru saja melangkah pun ditarik kembali. Sesuatu memberitahu dia dalam hati, bahwa Victoria telah mengetahui semuanya.

Dengan sangat aneh, garis bibir Wallace Mo membentuk senyuman pahit.

Malam semakin larut, cahaya bulan terpancar ke dalam kamar pasien, membuat suasana semakin hening.

Wallace Mo membuka pintu kamar dengan perlahan, terlihat Victoria Gong sedang duduk tertidur di kursi depan kamar. Wallace Mo mendekatinya, membungkukkan badan dan memperhatikan wajah Victoria. Meski sedang tidur, Victoria Gong tetap saja mengerutkan kening, terlihat sangat menderita.

“Victoria.” Wallace Mo memanggil dengan pelan, kemudian duduk di sampingnya.

Entah berapa lama berlalu, Wallace Mo pun berdiri dan menggendong Victoria Gong.

“Kita pulang saja.”

Wallace Mo berkata dengan pelan, dan menggendong Victoria Gong meninggalkan rumah sakit. Banyak sekali perasaan yang tidak mampu dia ungkapkan.

……

Keesokan harinya, matahari perlahan menyinari kamar, gorden pun menari dibawa angin, jam weker di atas meja terus berbunyi ‘Titak, titak’.

Victoria Gong yang terbaring di ranjang membuka mata secara perlahan. Yang pertama kali terlihat olehnya adalah langit-langit, itu adalah langit-langit rumahnya.

Dia menatap langit-langit itu selama beberapa detik, kemudian menutup kembali matanya dan menenangkan diri.

Wallace Mo yang telah menyiapkan masakan untuk Victoria Gong berjalan memasuki kamar, terlihat Victoria Gong masih tidur.

Setelah mengganti pakaian, dia pun menulis selembar memo dan menimpanya dengan jam weker.

Dia berdiri dari kursi, melihat Victoria Gong yang masih ‘Tertidur pulas’. Tiba-tiba tersenyum dan membungkukkan badan mengecup keningnya.

Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan rumah. Setiap gerakan itu dilakukan dengan sangat pelan dan penuh berhati-hati.

Mendengar suara tutup pintu, Victoria Gong baru membuka kembali matanya. Dia duduk di tepi ranjang dan mengambil memo itu.

Istriku, aku sudah membuatkan sarapan untukmu. Saat bangun nanti, jika sudah dingin ingat dipanaskan.

Wallace Mo yang mencintaimu.

Sambil membacanya, Victoria Gong merasa matanya sangat perih. Entah rasa kesal dalam hati harus diungkapkan seperti apa. Saat melihat kata ‘Istriku’, hatinya semakin bertambah perih.

Sebenarnya dia tahu, semua itu adalah pemikirannya sendiri. Dia tidak melihatnya langsung, juga tidak memiliki bukti apapun.

Mungkin saja semua itu tidak separah yang dipikirkan.

Berpikir demikian, hati Victoria Gong pun tidak terlalu terbebani lagi.

Setelah sarapan, dia pun berangkat ke rumah sakit, dan melihat Ibu Mo sudah datang.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu