Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 163 Apakah Ini Kebetulan (2)

Beberapa hari ini William tidak datang mencari Victoria lagi, dia merasa sedikit rindu, tapi mengingat ekspresi Elizabeth yang canggung sewaktu pergi, dia menebak apakah mungkin dia merasa tidak enak makanya melarang William datang mencarinya lagi.

Victoria mengatakan hal ini kepada Wallace, Wallace pun merasa sedikit tidak senang, lalu memeluknya, menggigit telinganya dan berbisik: "Ngapain kamu mengkhawatirkan anak orang lain, kalau ada waktu lebih baik kamu pikirkan kapan anakmu datang."

"Ini di kantor!" Victoria merasakan rasa kaku dari telinganya, dia pun mendorong Wallace dan bersikap manja.

Wallace tidak mempedulikannya, ciumannya pun terus berlanjut hingga ke tulang lehernya, lalu dia berbisik: "Kenapa kalau di kantor?"

"......" Victoria pun bernafas kencang, badannya terjatuh lemah ke dalam pelukan Wallace, lalu berkata pelan: "Ada yang masuk nanti."

"Tidak..." Wallace tidak berencana berhenti, telapak tangannya pun masuk ke dalam bajunya, meraba dari arah perut hingga ke atas dada.

"Wallace..." Victoria sedikit terkejut, melakukan hal seperti ini di kantor, sungguh sangat memalukan.

"Tidak apa-apa, tidak akan ada yang masuk..." Nafas Wallace semakin tidak seimbang, nafasnya yang hangat terhembus di tubuhnya, membuat Victoria menjadi lemah.

"Tidak boleh, cepat hentikan..." Kepala Victoria pening, dia tidak kuat mendorong Wallace.

Wallace hanya menciumnya dan tidak mempedulikan dorongannya, setelah beberapa saat, di dalam kantor itu pun terdengar suara desahan...

Setelah kemesraan itu, Wallace pun menggendong Victoria yang lemas ke toilet untuk membersihkan dirinya dan menggendongnya ke atas ranjang di ruang istirahat.

Victoria menarik selimutnya dan menjerit kesal: "Sungguh memalukan!"

Wallace melihat istrinya yang berguling-guling di atas ranjang dan mengucap kesal itu sangat lucu, dia pun berkata manja: "Sudah, tidak ada yang tahu!"

"Bagaimana mungkin tidak ada yang tahu! Ini salah kamu... Makanya suaraku jadi sekencang itu..." Victoria pun melepas selimutnya dan melototi Wallace, suaranya sekencang itu, pasti terdengar di luar.

Wallace pun memeluknya dan berkata lembut: "Kedap suara di kantor ini sangat bagus, tidak akan ada yang bisa mendengarnya."

Melakukan ini di kantor sangat menegangkan baginya, Wallace tentu tidak merasa sekali saja akan cukup.

Victoria masih marah dan sama sekali tidak tahu kalau Wallace telah menemukan posisi baru dan tempat baru, dia hanya tidak ingin mendengar kata-kata Wallace lagi.

"Cepat keluar, aku tidak ingin melihatmu!" Victoria menutup wajahnya, dia merasakan panas di sekujur tubuhnya, dan tidak tahu harus bagaimana keluar dari kantor ini.

"Oke, kamu tidurlah kalau capek, jangan berpikir panjang, oke!" Wallace pasrah melihat istrinya yang malu itu, tapi semakin bersikap manja dia semakin suka, baginya itu sangat lucu.

Victoria pun tidak mempedulikannya, Wallace tersenyum pasrah lalu melepaskannya dan pergi bekerja.

"Brengsek!" Victoria bersembunyi di balik selimut, dia sangat menyesal, seharusnya dia menolaknya dengan tegas, bukan malah membiarkannya begitu terhadapnya.

Tapi sekarang semua sudah terlambat, Victoria tidak percaya kedap suara di kantor sehebat itu hingga suaranya tidak kedengaran.

Suasana hati ini berlanjut hingga jam pulang kerja, ini membuat Wallace pasrah dan merasa lucu: "Kamu sedang kesal apa? Di luar kantorku tidak ada orang, kalau suaranya keluar siapa yang akan mendengarnya?"

Walaupun Willy adalah asistennya, tapi dia juga ada ruangan sendiri, tidak jauh, tapi tidak akan sedekat itu hingga suara dari dalam kantornya terdengar sampai disana.

"Huh!" Victoria marah, apalagi kali ini Wallace yang beruntung, kalau nanti dia akan melakukan ini setiap beberapa hari, dia akan sangat malu.

"Istriku, kamu tidak mau bekerja sama lagi denganku?" Wallace memandang Victoria.

"Kamu ingin memukulku?" Victoria melototi Wallace, ekspresinya yang geram itu membuat Wallace merasa, kalau dia menjawab iya, istrinya mungkin akan langsung menerjangnya dan menggigitnya .

"Kamu masih marah?" Wallace tidak menjawabnya, tapi malah menanyakannya kembali.

Victoria masih melototinya, dan hanya diam.

"Istriku, kalau kamu begitu, jangan salahkan aku." Wallace mengerutkan alisnya, lalu menariknya dan memeluknya, menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya, lalu mulai memainkan lidahnya.

Victoria kaget, dia tidak menyangka tiba-tiba Wallace menciumnya, saat menyadarinya dan ingin mendorongnya, dia tidak bertenaga lagi, dia hanya bisa merasakan ciuman hangat Wallace.

Setelah selesai, Victoria pun bernafas terengah-engah, matanya yang indah itu terlihat semakin memikat.

"Istriku, kalau kamu masih melihatku, aku akan memakanmu..." Wallace pun memeluknya, bernafas terengah-engah, ingin melakukannya lagi terhadap istrinya itu.

"Kamu!" Wajah Victoria memerah, tidak tahu harus berkata apa lagi, merasakan tonjolan yang ada di bagian bawah perutnya itu, dia hanya bisa diam.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu