Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 270 Mengapa Kesal? (2)

"Aku tidak baik-baik saja sekarang?" Victoria terlihat seperti baik-baik saja.

Charles Gong tersenyum dan mengalihkan matanya dari tubuh Victoria ke tubuh Wallace, dan bertanya, "Wallace, apa kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir." Kata Wallace dengan perlahan.

"Yah, aku lega melihat kalian berdua datang bersama. Kupikir kalian berdua akan ..."

Sebelum Charles Gong selesai, Victoria memotongnya. "Ayah, apa katamu? Semua ini sudah berlalu. Hari ini kita harus makan yang enak," Dia tersenyum dan berusaha terlihat setegar mungkin. Dia tidak ingin mengungkit hal-hal ini lagi, semua ini membuatnya semakin sakit kepala.

"Baiklah, aku akan meminta bibimu untuk membeli lebih banyak sayuran." Charles Gong berkata sambil tersenyum.

Wallace duduk dan memandang Victoria yang terlihat senang. Wallace merasa sedih. Dia juga ingin Victoria tertawa. Tapi di depannya, Victoria tidak pernah tersenyum, apalagi tertawa.

Begitulah orang-orang. Begitu sesuatu terjadi, mereka akan menjadi sangat sensitif. Hal yang dulu tidak dipedulikan, kalau diungkit, mereka akan mempermasalahkan itu berkali-kali lipat. Bahkan Wallace yang ditakuti oleh banyak orang di dunia dagang pun tidak terkecuali.

Victoria memandang Wallace yang linglung, dan dia pun tersenyum, namun dia berusaha untuk menahannya . Dia tahu bahwa meskipun dua orang duduk berhadap-hadapan, mereka seperti dibatasi oleh sebuah sungai.

Di bawah permukaan yang tenang, saya tidak tahu berapa banyak gelombang yang melonjak liar. Seperti kata pepatah, tenang sebelum badai datang.

Satu jam kemudian, Victoria dan Wallace menyelesaikan makan malam mereka dan meninggalkan rumah keluarga Mo.

Saat Wallace ingin membuka pintu, dia mendengar Victoria berkata, "Wallace, ayo kita berkeliling sebentar.”

Wallace berbalik dan memandang Victoria. Victoria terlihat terbungkus mantel dalam gelap, dan dia menjadi seperti orang lain. Wallace tersenyum dan berkata dengan lembut, "Oke." Setelah itu, dia pergi ke sisi Victoria dan dengan lembut menggandeng tangannya.

Awalnya Victoria ingin menarik tangannya, namun dia berpikir sejenak dan membiarkannya. Sudah tidak banyak peluang lagi, kan?

"Kamu ingin pergi kemana?" Tanya Wallace.

Victoria berpikir sejenak, lalu berkata, "Pergi ke mana saja.”

Wallace tertawa dan tidak berbicara. Dia memegang tangan Victoria dan menuntunnya. Wallace memandang ke depan, dan Victoria memandang Wallace. Victoria terlihat lebih pendek dari Wallace. Victoria hanya bisa melihat setengah dari wajah Wallace, yang sangat tampan itu. Tampaknya setelah beberapa hari ini, wajahnya tampaknya memiliki beberapa kerutan. Sebenarnya, dia juga sangat sakit, bukan?

Karena dituntun oleh Wallace, Victoria tidak melihat jalan. Meskipun dia menatap Wallace, dia tidak takut jatuh. Dia ingin memalingkan muka, tetapi kepekaan membuatnya ingin melihat wajah Wallace lebih lama lagi. Victoria berpikir, mungkin dalam beberapa hari, atau mungkin dalam beberapa jam setelah ini, dia sudah tidak bisa melihat Wallace lagi. Di depan Wallace, dia selalu punya cara untuk berkompromi langkah demi langkah.

"Apakah kamu puas melihatnya?”

Tidak tahu sudah melihat berapa lama, namun saat Victoria mendengar pertanyaan dari Wallace yang sambil tertawa, Victoria merasa malu. Wajahnya langsung memerah. Dia berbalik dan pura-pura melihat-lihat barang-barang yang ada di sekelilingnya.

Wallace tersenyum lagi, dia memandang Victoria dan berkata, "Nanti, jika kau ingin melihatku, kau bisa melihatku sepuasnya."

Nanti?

Hati Victoria dipenuhi dengan kesedihan. Pada hari-hari ini, Wallace sudah berkata banyak sekali “Nanti”, tetapi Victoria adalah satu-satunya orang yang tahu bahwa mereka tidak memiliki masa depan. Hidungnya juga sedikit masam, Victoria hanya mengangguk, dia takut ketika dia berbicara, air mata akan mengalir tak terkendali.

Dia berpura-pura melihat-lihat, tetapi dia tidak tahu harus melihat ke arah mana.

Wallace tentu saja tidak tahu apa isi pikiran Victoria. Dia merasa bahwa dia sudah senang saat bisa berjalan sambil bergandengan tangan dengan Victoria. Lihat, sekarang harapannya sangatlah sederhana.

"Victoria." Wallace membuka mulut dan melanjutkan, "Aku merasa bahwa sekarang ini sangatlah baik."

Wallace jarang sekali menunjukkan perasaannya. Mendengar hal ini, hati Victoria terasa semakin masam. Seperti ini sudah sangat baik, namun tidak akan lama lagi.

Detik berikutnya, Victoria tiba-tiba menyadari bahwa dirinya terlalu sedih hari ini, ini bukanlah sesuatu yang dia inginkan. Kemudian Victoria menekan perasaannya dan tersenyum, berkata kepada Wallace, "Wallace, ayo kita masuk ke dalam mal."

"Baik." Setelah itu, Wallace menggenggam tangan Victoria dan berjalan ke dalam mal.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua berdiri di tangga mal. Mereka tidak tahu harus pergi ke mana. Wallace bertanya, “Apa yang ingin kamu beli?"

Victoria berpikir sejenak dan berkata, "Aku ingin membeli kalung." Sebelum Wallace bisa menjawab, Victoria menariknya masuk ke dalam toko.

Ketika Victoria masuk ke dalam toko, dia ingin melepaskan tangan Wallace dan melihat-lihat. Dia tidak menyangka bahwa dia akan ditarik oleh Wallace. Wallace berkata, "Jangan lepaskan."

Victoria terdiam sesaat, lalu tersenyum dan menarik Wallace masuk ke dalam.

"Apa yang bisa saya bantu, Nona?" Seorang karyawan bertanya sambil tersenyum.

Victoria memandang sekelilingnya dan berkata denganperlahan, "Aku akan melihat-lihat sendiri."

Saat Wallace melihat Victoria yang seperti itu, dia merasa sedikit aneh, tetapi dia tidak tahu apa masalahnya. Dia mengerutkan kening, hatinya terasa sedikit tidak nyaman.

"Wallace, pilih satu." Victoria tiba-tiba berbalik, memandang Wallace. Victoria baru menyadari bahwa Wallace memandanginya sedari tadi.

“Mengapa kamu melihatku seperti ini?” Victoria bertanya.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu