Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 370 Setelah Sadar Malah Menyalahkan

"Pasti karena tuan Mo kurang sungguh-sungguh, atau pasti kurang berusaha, makanya aku tidak ingin bangun." Kata Victoria sambil bercanda.

Wallace pun pasrah dan berkata: "Ternyata nyonya Mo sengaja ya."

Victoria pun tertawa, mengapa jadi dia yang tidak ingin bangun? Jelas-jelas dia juga sudah berusaha keras. Dia pun mengangkat kepalanya dan berkata: "Tidak kok."

"Kalau begitu aku tunjukkan kesungguhanku." Lalu, Wallace mencium bibir Victoria, dan tidak ingin melepaskannya.

Hingga akhirnya saat Victoria susah bernafas dan menepuk tubuh Wallace, Wallace pun baru melepaskannya.

"Bagaimana? Sudah bisa merasakannya?" Tanya Wallace yang merasa puas. Dia sendiri pun tidak tahu, saat berada di samping Victoria, dia akan menampilkan sifatnya yang lain, jujur, perhitungan, bahkan sedikit ingin menguasa.

Victoria pun tersenyum, tapi yang terucap dari mulutnya malah: "Dasar genit."

Wallace melekukkan bibirnya, dan menatap Victoria dengan lembut, tidak lagi terlihat seperti penguasa. Dia mengusap rambut Victoria dan berkata: "Victoria, makasih ya kamu sudah bangun. Dengan begitu, aku baru bisa hidup kembali, kembali menjadi Wallace yang dulu.

Victoria dan Wallace saling berpegangan tangan, dia berkata: "Wallace, hidup kita akan membaik bukan? Tidak lagi seperti dulu banyak kekacauan yang terjadi, tidak hilang ingatan lagi, kecelakaan?" Sebenarnya dia hanyalah orang biasa, tidak ingin melewati hidup seperti yang ada di drama-drama. Dia hanya ingin menemani suami dan anaknya, menjadi istri yang baik, ibu yang baik, itu saja sudah cukup.

"Tidak akan lagi, tidak akan terjadi lagi kejadian seperti itu." Kata Wallace. Sejak Victoria dan Joe disandera, dia pun sudah bertekad, setiap menit dan setiap detiknya, dia tidak akan membiarkan istri dan anaknya terjerat dalam bahaya apapun lagi. Melindungi mereka, memang adalah kewajiban seorang suami dan ayah. Apalagi, dia memang tidak ingin merasakan lagi derita-derita itu, kehilangan Victoria, membuat jiwanya juga menghilang.

Victoria tersenyum dan berkata: "Saat aku tidak sadarkan diri, sepertinya aku mendengar Joe memanggilku "ibu".

"Benar." Wallace mengelus wajahnya dan berkata, "Saat dia memanggilmu, kamu pun bergerak. Tapi setelah itu, dia tidak memanggil "ibu" lagi."

Victoria pun tersenyum dan berkata: "Aku merindukan Joe, tolong bawa dia kesini ya?"

Setelah bersamanya untuk beberapa saat, Victoria malah tidak mengatakan "aku merindukanmu" kepada dirinya?

"Tidak boleh." Wallace langsung menolak.

"Kenapa?"

Wallace mencubit dagu Victoria dan berkata: "Sekarang, kamu hanya boleh bersamaku." Victoria sudah tertidur lama. Dia benar-benar tidak ingin membagikan saat-saat bersamanya kepada orang lain, sekalipun itu anaknya.

"Tuan Mo, sejak kapan kamu jadi egois begini?" Kata Victoria sambil melihatnya dan tersenyum.

Wallace tidak peduli dan berkata: "Pokoknya, aku tidak akan membiarkanmu keluar, dan tidak akan membiarkan orang lain masuk."

Victoria pun tertawa, dia merasa Wallace yang seperti ini juga sangat lucu. Dia meniru Wallace dan mencubit dagunya: "Oke deh, aku mengalah."

Mengalah?

Wallace merasa lucu dan berkata: "Memangnya kamu tidak mau bersamaku?"

Mendengar pertanyaan ini, Victoria pun berpikir dengan serius dan berkata: "Sepertinya tidak terlalu mau."

Wallace menggelitik pinggangnya dan mengangcam: "Yakin tidak mau?"

Ini adalah titik kelemahan Victoria, dia paling tidak bisa menahan Wallace menyiksanya seperti ini. Dia pun tertawa dan berkata: "Mau, aku mau bersamamu."

Mendengar ini Wallace pun melepaskan Victoria dan berkata: "Akhirnya kamu pintar."

Victoria tersenyum melihat ekspresinya dan masuk ke dalam pelukannya: "Wallace, kamu tahu? Saat aku tidak sadarkan diri, terkadang aku mendengar suaramu, aku pun selalu berpikir, kalau aku bangun, aku pasti akan bertemu denganmu. Dan akhirnya, aku benar-benar bangun.

Oleh karena itu, bisa dibilang, Victoria bangun demi Wallace.

Wallace tersenyum dan menarik selimutnya hingga menyelimuti mereka berdua.

"Wallace, kamu ngapain?"

"Melakukan hal yang ingin kulakukan."

"Tapi aku kan baru bangun, dasar genit!"

"Aku sudah tanya dokter kok, katanya boleh."

"Uh uh..."

Dua bulan kemudian, Victoria masih tertidur pulas, Wallace pun berbisik pelan ke telinganya dan berkata: "Victoria, bulan ini kamu belum menstruasi ya."

"Harusnya iya." Jawab Victoria, sebenarnya dia masih sangat ngantuk, tidak tahu jelas apa yang ditanyakan Wallace, dan apa yang telah dijawabnya.

Wallace pun tersenyum dan berkata: "Kalau begitu hari ini kita ke rumah sakit ya."

"Tidak." Mendengar kata "rumah sakit", Victoria langsung trauma.

Wallace mengusap rambutnya dan berkata: "Victoria, sepertinya kamu sudah hamil."

Hamil?

Victoria perlahan-lahan tersadar, dia terduduk dan bertanya: "Apa kamu bilang? Hamil?"

"Benar." Wallace mengangguk.

Victoria pun berpikir, menstruasinya selalu tepat waktu setiap bulan, tapi sepertinya sudah dua bulan dia tidak menstruasi. Dia sedikit bingung dan bertanya: "Benarkah?"

"Ada kemungkinan, makanya kita harus ke rumah sakit untuk periksa." Kata Wallace, "Cepat bangun."

Hingga sampai di kantor dokter, Victoria masih kebingungan. Bukan karena tidak menginginkan anak, tapi karena terlalu tiba-tiba.

Setelah diperiksa, ternyata benar, Victoria sudah hamil dua bulan.

Saat duduk di mobil, Victoria melihat hasil pemeriksaan, awalnya dia kaget, tapi akhirnya dia pun tertawa dan berkata: "Wallace, kita sekarang punya anak perempuan."

Wallace pun mengusap rambutnya dan berkata: "Terlalu senang ya? Makanya sekarang baru merespon?"

"Senang." Victoria mengangguk. Dulu dia pernah mengatakan akan melahirkan seorang anak perempuan untuk Wallace, sekarang akhirnya permintaan mereka terkabulkan, mereka akan segera menjadi keluarga yang beranggotakan lima orang.

Wallace hanya menatap Victoria dengan manja, tidak berbicara.

Victoria pun berpikir, dua bulan? Terhitung sejak dia sadar hingga hari ini, pas dua bulan. Memikirkan ini, wajahnya pun memerah.

"Kenapa?" Tanya Wallace.

Victoria melototi Wallace dan memikirkan kejadian hari itu, dia pun berkata pelan: "Kamu jahat."

"Kalau aku tidak jahat, bagaimana mungkin kamu bisa punya anak perempuan?" Kata Wallace dengan serius.

Victoria pun langsung menutup wajahnya dengan hasil pemeriksaan itu dan berkata: "Cepat pulang, Joe pasti sudah mencari kita."

Wallace pun tertawa dan menyingkirkan hasil pemeriksaan itu, lalu mencium mulutnya, dan menyetir pulang ke rumah.

Saat ini, mereka sudah kembali ke apartemen mereka, dan mempekerjakan seorang pengasuh bayi untuk menjaga Joe.

Melihat pintu terbuka, William pun menyambut mereka dan bertanya: "Ayah, ibu, kalian kemana? Aku bangun tidak melihat kalian." Nada bicaranya terdengar sedikit kecewa.

Victoria pun menggandeng William duduk di atas sofa dan berkata: "William, tadi ayah dan ibu ke rumah sakit, sebentar lagi kamu akan punya adik perempuan."

"Kenapa kamu tahu itu adik perempuan?" Wallace memotongnya.

Victoria pun menjawab: "Pasti adik perempuan. William, kamu suka adik perempuan?"

"Suka." William mengangguk.

Victoria pun merasa senang dan mengusap rambutnya: "Baguslah kalau William suka." Dia sangat peduli dengan perasaan William, dan selalu berusaha bersikap baik kepadanya, dia hanya berharap William bisa gembira, dan tidak merasa kalau dia adalah orang luar.

Hari-hari selanjutnya adalah penantian kelahiran Nana.

Setiap pemeriksaan kandungan, Wallace pasti menemaninya, walaupun terkadang harus bertemu dengan customer besar, dia tetap akan menolak pertemuan itu. Terkadang malam, Victoria tidak bisa tidur, dia juga dengan sabar menemaninya. Hingga akhirnya, perut Victoria semakin membesar, kakinya juga bengkak, dia juga pasti akan membantu memijatnya.

Dan William? William sangat patuh, terkadang dia juga membantu Victoria menjaga Joe.

Victoria merasa, beberapa bulan ini adalah masa-masa dimana dirinya sangat tidak berguna, dia tidak perlu melakukan apapun, tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Terkadang dia akan mengatakan kepada Wallace kalau Wallace terlalu baik kepadanya, tapi Wallace hanya tersenyum dan tetap baik kepadanya.

Wallace berkata, kamu adalah nyawaku, aku akan melindungimu.

Wallace berkata, aku mencintaimu, aku merasa bahagia melakukan ini semua.

Wallace berkata, kebahagiaan terbesar dalam hidupku adalah melihatmu berada di sampingku.

……

Hari kelahiran Nana, di luar ruang persalinan di rumah sakit.

Wallace sedang panik menunggu di luar, sama seperti saat kelahiran Joe.

Ibu Mo juga duduk di samping, melihat Wallace berjalan mondar-mandir, dia pun berkata: "Duduk saja, sebentar lagi pasti keluar."

Wallace mengerutkan alisnya, walaupun dia tahu tidak akan terjadi apa-apa, tapi dia tetap khawatir. Akhirnya dia pun duduk, tapi tetap saja panik.

Tidak tahu setelah berapa lama, dari dalam terdengar suara tangisan bayi. Wallace pun berdiri dan berjalan ke depan pintu ruang persalinan.

Setelah itu, suster pun menggendong Nana keluar dan berkata: "Selamat, bayi ini seorang putri."

Wallace pun tersenyum dan bertanya: "Bagaimana dengan istriku? Dia baik-baik saja kan?"

"Sangat baik, ibu dan anak baik-baik saja, tenanglah." Kata suster.

Mendengar ini, Wallace pun merasa lega, Victoria baik-baik saja, ini hal yang sangat baik, dan di rumah mereka juga bertambah seorang putri.

Victoria dipindahkan ke kamar pasien, melihat Wallace, perkataan pertama yang diucapnya adalah: "Wallace, adik perempuan kan?"

"Iya." Wallace mendekatkan tubuhnya dan menciumnya: "Victoria, makasih."

Victoria tersenyum dan menggeleng: "Bawa dia kesini aku mau lihat."

Wallace melekukkan bibirnya, lalu menggendong Nana ke hadapan Victoria dan berkata: "Lihatlah, dia mirip denganmu, kalau besar nanti, pasti sangat cantik."

Victoria pun tersenyum dan menggendong Nana, mengelus pipinya dan berkata lembut: "Putri Nana, selamat datang di keluarga kami, kamu punya dua kakak laki-laki, mereka akan melindungimu."

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu