Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 17 Kalian Tidurlah Bersama

Global Company bukannya perusahaan yang bangkrut akhir-akhir ini?

Ternyata perusahaan itu milik keluarga Victoria.

Ia melihat alamatnya, juga di daerah ini, tetapi karena terlilit hutang rumahnya telah disita.

Paman: Edward Gong

Wajah Wallace tegang melihat sebaris nama tersebut, meskipun Victoria tidak bilang, ia juga bisa menebak, Edwardlah yang membiusnya dan menaruhnya di ranjang pria tua itu.

Bisa-bisanya memperlakukan keponakannya seperti itu, orang jahat!

Setelah itu ponselnya berdering kagi, ia melirik, lagi-lagi nomor Edward, ia memblokir nomor itu.

"Wallace, ayo turun makan," panggil ibunya dari bawah, ia menutup komputernya dan turun.

……

Di ruang makan, Victoria sedang menuangkan sup dan membagikan mangkuk, ibu Wallace telah duduk.

"Victoria duduklah di sebelahku," katanya, ia mendorong gelas kecil ke piring dari gading di sebelah kirinya, "Ini sup yang khusus kubuatkan untukmu, belut yang dimasak dengan jamur dan kurma merah, untuk menambah darah dan memulihkan energi! Wajahmu terlihat pucat, makanlah sup ini."

"Terima kasih tante," ujar Victoria sambil menuangkan sup untuk Wallace dan  ibunya secara berurutan, dan terakhir untuknya.

Ia menuang sup dengan urutan seperti itu murni karena tempat duduk Wallace di kursi utama, maka ia menuangkan untuknya duluan, namun di mata ibu Wallace itu karena Victoria merasa Wallace adalah yang paling penting, senyuman di wajah ibu Wallace pun semakin besar.

Karena senyuman itu, Victoria menjadi ekstra berhati-hati, ia pun duduk pelan-pelan.

Ibu Wallace mendorong lagi gelas kecil itu. "Minumlah!"

Victoria mengangguk, ia mengambil sendok dan melihat sup di hadapannya, hanya langit yang tahu ia paling benci makan ikan, bagaimana ia bisa minum sup ini!

Ibu Wallace masih bertanya lagi, "Kenapa tidak dimakan? Apakah tidak sesuai dengan seleramu? Aku memasaknya 1 jam lebih, ini enak, cobalah."

Kalau ia memasaknya 1 jam lebih, tak suka pun harus bilang suka!

Victoria segera menggeleng, ia tersenyum dan berkata, "Bukan, hanya saja…"

"Hanya saja apa?" Tanya ibu Wallace lagi.

"Aku mau makan ikan, ia mau menyisakannya untukku," kata Wallace yang sampai di ruang makan tiba-tiba.

"Betul, aku mau menyisakannya untuk Wallace," kata Victoria lega, ia mendorong gelas itu pada Wallace.

Wajah ibu Wallace tampak heran. "Bukannya kau dari dulu tak pernah menyentuh ikan?"

Mendengarnya, tangan Victoria terhenti.

Wallace menarik kursi dan duduk. "Akhir-akhir ini aku ingin makan."

"Kalau itu gampang, besok kalian masing-masing kumasakkan 1 mangkok," kata ibu Wallace dengan santai mengambil sumpit.

Saat ini wajah Victoria pun menjadi pucat pasi.

Wallace mengerutkan dahinya. "Besok kau masih datang lagi?"

"Apa-apaan nada bicaramu!" Seru ibu Wallace dengan tak senang, "Malam ini aku tidak pergi, aku mau tinggal beberapa hari."

Wallace tetap mengerutkan keningnya. "Akan repot kalau kau tinggal di sini."

"Apanya yang merepotkan? Aku tinggal di ruang tamu kan tidak mengganggumu…"

"Bu, entah kapan bos bisa datang!" Kata Wallace mengingatkan, ia tanpa disadari memandang Victoria sekilas, sedikit menekankan kata "bos".

Ibu Wallace baru menyadari bagi Victoria, rumah ini adalah tempat tinggal "bos" itu.

Victoria mengira ibu Wallace merasa canggung karena kata-kata Wallace, ia segera menimpali, "Tante kalau tidak keberatan tidurlah di kasurku, aku akan tidur di matras."

"Jangan tidur di matras, kalau malam dingin sekali," kata ibu Wallace.

"Kalau begitu…" Victoria mau memberi saran lagi, tetapi belum sempat berkata-kata, ibu Wallace telah buka mulut.

"Kau tidurlah seranjang dengan Wallace," perintah ibu Wallace.

"Apa?" Tanya Victoria terkejut hingga melotot.

Wallace tak lagi mengerutkan dahi, ia menyendok sup belut dan meminumnya.

Ibu Wallace mulai makan.

"Kalian kan pacaran, tidur seranjang bukanlah suatu hal yang berlebihan," kata ibu Wallace sambil memandang kedua orang itu, "Masa kalian belum pernah tidur bersama?"

Wajah Victoria seketika memerah, ia menunduk dan makan.

Ia belum sepenuhnya lupa, kemarin malam karena pengaruh obat, meskipun ingatannya tak jelas, namun sentuhannya, ciumannya, masih diingatnya dengan sangat jelas.

Dari awal ia sudah malu, pertanyaan ibu Wallace itu membuatnya makin malu tak karuan!

Melihat wajah Victoria memerah sedemikian rupa, ibu Wallace tahu dia malu sehingga tak bicara lagi.

Raut wajah Wallace tak berubah, ia tetap makan dengan tenang.

Akhirnya, makan malam itu berakhir dengan keadaan sunyi dan canggung, Victoria cepat-cepat mencuci mangkuk, ia tak mengangkat wajahnya sama sekali, takut bertatapan dengan Wallace.

Ibu Wallace jelas sudah mempersiapkan semua ini, ia bahkan membawa koper, ia langsung pergi ke kamar di lantai 1.

Wallace duduk di ruang tamu menonton berita ekonomi, karena dapurnya tak berpintu, jika ia menegakkan tubuhnya sedikit ia bisa melihat Victoria yang sedang mencuci piring di dapur, karena mengenakan sarung tangan ia tak bisa merapikan rambutnya yang menjuntai, sehingga setiap mencuci beberapa mangkuk ia harus mengangkat kepalanya untuk menyingkirkan rambutnya ke samping.

Tak lama kemudian Victoria selesai mencuci piring, Wallace secepatnya mengembalikan pandangannya pada TV.

Victoria berdiri canggung di pinggir. "Tante di kamar ya? Kalau begitu aku mandi dulu, kamu…"

Wallace menyilangkan kaki, memiringkan kepala melihatnya. "Di kamarku di lantai 2 bagian paling dalam ada kamar mandi, di dalamnya ada mantel mandi, aku akan mandi setelahmu."

"Baiklah," Victoria mengangguk, lalu dengan cepat naik ke lantai 2.

Wallace mempertahankan posisinya, mendengar suara langkah kaki Victoria telah berhenti, ia segera bangkit dan mengetuk pintu kamar lantai 1.

Ibu Wallace keluar dengan masker di wajahnya.

"Kapan kau akan pergi?" Tanya Wallace dengan wajah dingin.

Ibu Wallace meninggikan suaranya. "Lagi-lagi mengusirku!"

"Tidak, kali ini tinggallah agak lama!"

Lantai 2, kamar utama

Di kamar mandi, Victoria sedang berdiri di bawah shower.

Air hangat mengalir dari ubun-ubunnya, membasahi pipi dan tubuhnya, baru menetes ke lantai.

Sinar lampu memantulkan bayangannya di pintu kaca, dari luar tidak nampak jelas, sedikit buram namun sedikit terlihat.

Wallace di luar pintu melihatnya, matanya melebar.

Entah berapa lama kemudian, pintu dibuka dan Victoria keluar.

Wallace seketika melenyapkan ekspresi di matanya itu.

Tapi Victoria memakai mantel mandi yang kebesaran, rambutnya bergulung, ia mengelapnya dengan handuk, menampakkan lehernya yang putih dan menggoda, cukup dengan 1 gerakan ini bisa membangkitkan api dalam tubuh Wallace, Wallace menahannya dengan berdehem.

Victoria baru terkejut dan menyadari kehadirannya di sana, ia segera mengetatkan mantel mandinya dan menyingkir. "Mandilah."

Wallace tidak menjawab, ia langsung membuka kancing dan mulai melepas kemejanya, kemejanya lepas tepat saat ia masuk ke kamar mandi, menampakkan punggungnya yang kekar.

Victoria merasa Wallace sengaja melepas pakaian di depannya, setelah ia mandi wajahnya memang merah, namun sekarang wajahnya merah hingga ke telinganya.

Ia membuka matanya lebar sambil berjalan mundur, ia tak melihat Wallace tersenyum.

Pintu kamar mandi ditutup, perasaan canggung Victoria baru berkurang, ia menatap sekeliling, perabotan, atap, dinding, semuanya berwarna putih, begitu masuk pintu langsung bisa melihat ranjang besar itu.

Ranjang dan lemari pakaian menempel di dinding, ia mau mengambil selimut di lemari, begitu membuka pintu lemari, dilihatnya isi lemarinya sangat rapi, jas berderet dari kiri ke kanan, di bawah tertata sepatu, meskipun Victoria tak mengenal fashion, tetapi ia tahu semua itu bukan barang murah.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu