Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 170 Diam Kamu Brengsek (1)

Setelah itu, pintu kantor pun terbuka, Willy berjalan masuk dengan dokumen di tangannya, melihat lurus ke arah meja, dan menyerahkan dokumen itu kepada Wallace, seperti sama sekali tidak melihat Victoria yang duduk di sofa.

Wallace pun mengambil dokumen itu dan melihatnya, setelah tanda tangan dia menyerahkan kembali ke Willy dan berkata: "Besok pagi aku tidak datang, kalau ada apa-apa kita bisa bicarakan setelah aku pulang."

Willy kaget, walaupun Wallace bukanlah tipe orang yang sangat pekerja keras, tapi dia sangat jarang tidak masuk ke kantor, tapi dia tetap tidak menanyakan alasannya dan menjawab: "Baik, direktur Mo."

"Oke, tidak ada urusan lain lagi."

Willy pun mengambil dokumen itu dan pergi, seketika Victoria pun merasa lega, melihat Wallace yang masih duduk serius di depan meja kerja, dia merasa sangat marah, lalu mengeluh dan melempar bantal itu ke arah Wallace.

Gerakan Victoria terlalu jelas, Wallace sudah tahu sejak tadi, dia pun berhasil menangkap bantal itu, lalu tersenyum manja.

"Kalau masih marah, kamu datang kesini saja pukulin aku?" Wallace pun bercanda.

Victoria mengeluh dan menjulingkan matanya, "Tanganku sakit kalau memukulmu!"

"Kalau begitu kamu gigit saja?" Wallace pun tertawa dan memegang bibirnya, memberikan isyarat kepadanya.

Victoria semakin marah, lalu melempar bantal lagi kepadanya: "Diam! Lihat dokumenmu, brengsek!"

Wallace tadi pasti sengaja, jelas-jelas Willy sudah mengetuk pintu, dia masih saja pelan-pelan memberinya bantal dan hp.

Awalnya tidak apa-apa, tapi karena diundurnya sedikit, pasti Willy akan berpikir ada sesuatu yang telah terjadi.

Victoria merasa sangat malu, dia tidak tahu bagaimana menghadapi Willy.

Wallace menangkap lagi bantal itu, Victoria sangat pusing dan ingin segera menghilang saja.

Dia benar-benar sangat malu dan tidak harus berbuat apa lagi!

Setelah pulang kerja, mereka pun langsung berangkat ke rumah keluarga Mo.

Saat mereka berdua tiba, ibu Mo sangat senang, dia menarik tangan Victoria ke arah ruang makan, "Aku menyuruh bibi masak masakan kesukaanmu."

Wallace mengikuti ibu dan istrinya, melihat kehangatan ibu Mo, orang yang tidak tahu pasti akan mengira kalau dia hanyalah menantunya, Victoria adalah anaknya.

"Makasih ibu." Victoria pun tersenyum manja: "Ibu sangat baik kepadaku."

Wallace yang mendengar itu pun mengerutkan alisnya, dia merasa sedikit tidak senang, sebaik apapun mertuanya, apakah bisa dibandingkan dengan dia, suaminya?

Ibu Mo melihat ekspresi anaknya, lalu sengaja bertanya: "Oyah? Lebih baik dari Wallace?"

"Wallace hanya bisa menjahatiku, ibu lebih baik!" Victoria memurungkan mulutnya, bisa terlihat dia masih marah dengan kejadian sore tadi.

Ibu Mo memperhatikan mulut dan bibir Victoria yang masih sedikit bengkak dan merah itu, dia pun tertawa, memikirkan kalau kehidupan menggendong cucu sudah tidak jauh lagi.

Wallace tahu apa yang dipikirkan ibunya, tapi melihat istrinya yang masih tidak menyadari apa-apa, dia pun tertawa pasrah, pura-pura tidak tahu dan tidak mengingatkan Victoria.

Kalau Victoria tahu, mertuanya pasti akan mencoba menebak apa yang terjadi, lalu Victoria pasti akan malu.

"Ayah."

"Kalian sudah pulang, ayo makan." Ayah Mo pun memanggil anak dan menantunya duduk.

Karena rute perjalanan sudah diatur, perjalanan mereka kali ini mungkin akan berlangsung selama sebulan, bisa makan bersama anak dan istrinya sebelum berangkat, ibu dan ayah Mo merasa sangat senang.

Wallace duduk disamping Victoria, lalu menuang semangkuk sup untuknya: "Minum sup dulu."

"Oke."

Victoria pun menyahutnya, lalu dengan cepat menuang dua mangkup sup untuk ibu Mo dan ayah Mo: "Ayah, ibu, minum sup."

"Menantu yang baik, kesayangan ayah dan ibu." Ibu Mo melototi Wallace.

Melihat Victoria yang sombong, Wallace merasa lucu, lalu melihat ibu Mo dan berkata: "Kan aku yang mencarikan kesayangan ini untuk ayah dan ibu."

"Oke deh, jangan pamer kemesraan kalian lagi di depan kami, cepat makan!" Ibu Mo tidak bisa menahan anaknya yang kepedean itu.

Victoria diam-diam melihat Wallace, lalu mengambil sepotong daging ayam ke dalam mangkuk Wallace, "Cepat makan."

Kalau mereka makan di rumah, Victoria pasti tidak pernah mengambil makanan untuknya, mengingat gerak-geriknya tadi, Wallace mengerti isyarat yang diberi istrinya itu, dia pun semakin tidak bisa menahan nafsunya.

"Ayah ibu, makan."

Wallace pun mengikuti caranya mengambilkan makanan untuk ibu Mo dan ayah Mo, ekspresinya biasa saja, tapi ini membuat ibu Mo sangat terharu, dia melihat Victoria dengan hangat, bagaimanapun juga pria yang sudah menikah akhirnya akan tahu bagaimana menyayangi orang lain.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu