Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 371 Victoria, Aku Mencintaimu

Victoria sangat menyukai Nana. Melahirkan anak laki-laki dan perempuan untuk Wallace, dia merasa sudah cukup puas. Dia melihat Wallace dan berkata: "Lihatlah, benar kan kataku, ini anak perempuan."

"Benar, benar. Istriku memang pintar." Puji Wallace.

Victoria mencium dagu Nana dan berkata: "Aku ibumu, pria yang tidak waras ini ayahmu."

Tidak waras? Sejak kapan dia jadi tidak waras?

Wallace pun kesal dan berkata: "Victoria, jangan hancurkan kesanku di hadapan anak kita dong."

"Kesan apa? Kamu tidak berkesan, kalau berkesan pun itu pasti tidak waras!" Jawab Victoria, yang sama sekali tidak memberinya muka.

Wallace pun tertawa.

Beberapa tahun kemudian, saat Wallace mengingat kembali hari ini, ternyata benar dia hanya menjadi budak untuk anak perempuannya, dan tidak berkesan apapun bagi Nana.

……

Tidak lama kemudian, Nana pun sudah berumur satu bulan, Victoria akhirnya bebas dari masa nifas.

Hari itu, mereka berlima pulang ke rumah keluarga Mo, ibu Mo pun memasak banyak makanan untuk mereka.

Setelah kenyang, ibu Mo menggendong Nana dan berkata: "Victoria, sekarang Nana masih terlalu kecil. Setelah berumur seratus hari nanti, kita harus mengadakan pesta perayaannya." Nana adalah yang terkecil di keluarga ini, tentu saja sangat dimanjakan.

Seratus hari? Dulu saat Joe berumur seratus hari, terjadilah kejadian itu.

"Tidak perlu deh ibu." Kata Victoria.

Ibu Mo tetap ngotot dan berkata: "Harus dong. Hal ini serahkan saja kepadaku, kalian tidak perlu khawatir."

Victoria pun pasrah dan tidak menjawabnya lagi. Setelah pulang ke rumah, dia pun berkata kepada Wallace: "Wallace, apa perlu kita merayakan seratus hari Nana?"

Wallace tersenyum dan tahu kalau Victoria masih trauma. Dia memeluk Victoria dan berkata: "Jangan khawatir. Kalau ibu mau, biarkan saja."

"Tapi..." Victoria tetap saja takut.

Wallace tidak berbicara lagi, tapi dia sudah memikirkan sebuah ide.

Sehari sebelum perayaan itu, Wallace pulang cepat. Victoria sedikit kaget dan bertanya: "Dua hari ini bukannya kamu sangat sibuk?"

"Sudah selesai." Jawab Wallace.

Victoria pun berkata: "Tadi ibu sudah memberiku daftar tamu undangan besok dan menu makanannya, dia sudah mengurus semuanya. Kali ini ibu benar-benar serius."

Wallace pun mengangguk dan berkata: "Tapi, kita tidak hadir."

Tidak hadir?

"Apa?" Victoria terkejut, suaranya hampir membangunkan Nana. Dia pun bergegas ke ranjang Nana, setelah melihatnya masih tertidur, dia pun kembali ke samping Wallace dan bertanya dengan suara kecil.

"Kamu bilang apa tadi?"

Wallace melekukkan bibirnya dan meletakkan tangannya di atas bahu Victoria dan berkata: "Aku sudah memesan tiket ke Bali, malam ini kita sudah tidak disini lagi."

Victoria kebingungan, ini seperti sebuah bom yang meledak dan dia tidak tahu bagaimana dia harus merespon.

"Kita ambil kesempatan ini untuk pergi liburan berlima." Kata Wallace dengan lembut.

Victoria masih kaget: "Tapi, ibu sudah mempersiapkan semuanya, kalau kita tidak hadir, dia pasti marah."

"Tidak apa-apa, biarkan saja mereka berkumpul, sebenarnya kita hadir ataupun tidak, tidak ada bedanya bukan?" Kata Wallace.

Victoria merasa perkataan Wallace masuk akal juga. Saat ini, dia pun merasa senang dan berkata: "Bagus sekali, William dan Joe pasti senang."

"Kamu tidak senang?" Tanya Wallace yang merasa sedikit kecewa.

Victoria tersenyum, dia menjinjitkan kakinya dan mencium pipi Wallace, lalu berlari mencari William untuk memberitahu kabar baik ini.

Malam itu, mereka berlima pun naik ke atas pesawat menuju Bali.

Keesokan malamnya, melihat Wallace belum datang, ibu Mo pun menelepon Wallace, tapi hpnya malah tidak aktif. Setelah menanyakan kepada Willy, dia pun tahu kalau mereka sekeluarga pergi ke Bali.

"Dasar anak ini." Kata ibu Mo pasrah.

Saat ini, Wallace menggendong Joe, Victoria menggendong Nana, mereka bersama-sama berjalan di pantai Bali. Kalau William? Dia sangat senang, berdiri di atas pantai dan bermain pasir.

Victoria tersenyum dan menasehati William: "William, hati-hati ya."

"Oke, ibu."

Jam tujuh malam, angin kecil berhembus.

"Victoria."

"Ya?" Victoria menoleh, Wallace menciumnya.

Ciuman itu terasa begitu indah.

"Victoria, aku mencintaimu."

"Aku juga."

(The End)

------

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu