Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 317 Apakah Masih Hidup

Saat itu, handphone berbunyi, Willy Mo mengangkat dan bertanya: “Bagaimana?”

“Sudah ketemu, kami menemukan pak direktur.” telepon berkata demikian.

Sudah ketemu.

Willy Mo terdiam beberapa detik, baru tersenyum dan bertanya lagi: “Masih hidup tidak?”

Dia sangat takut mendengar kabar tidak baik, tetapi dalam telepon berkata: “Masih hidup, tetapi sedikit lemah.”

Masih hidup sudah sangat bersyukur! Hanya perlu hidup, semua baik!

Seketika, Willy Mo tersenyum lebar, lalu memberi kabar kepada orangtua Mo, memberitahu mereka kabar baik.

…..

Wallace Mo seperti mengalami mimpi yang panjang, dalam mimpi ada dia, ada Victoria Gong, ada juga bayi mereka yang sudah meninggal, adalah perempuan.

Victoria Gong memeluk bayi itu, di atas balkon mondar-mandir, dengan sabar mengendong dia tidur, Wallace Gong bersandar di kursi, melihat pemandangan itu, hatinya sangat puas.

Saat itu, Victoria Gong menatap dia dan berkata: “Keadaan kita, bisakan berikan suatu idiom?”

Tebak?

Wallace Mo memegang dagu, berpikir dan berkata: “….”

Victoria Gong menggeleng.

“Penuh dengan kebahagiaan?”

Victoria Gong masih menggeleng.

“Keluarga bahagia?”

Victoria gong akhirnya tidak sabar dan berkata: “Hanya melihat saja!”

Wallace Mo tertawa, ternyata tidak puas karena tidak memeluk bayi. Dia dengan pelan menghampiri Victoria Gong, mengambil bayi, menggunakan ekspresi bangga.

Victoria tertegun, lalu mengambil botol susu dan pergi.

“Pergi kemana?” Wallace Mo bertanya, dia memeluk bayi, tetapi tidak yakin dapat menenangkan dia.

Victoria Gong melambaikan tangan dan berkata: “Pergi mencuci botol susu, 5 menit kembali.”

Wallace Mo melihat bayangan Victoria Gong, tersenyum.

Dengan cepat, bayi tumbuh dewasa, sudah berubah menjadi anak umur 5 tahun yang lucu. Sudah masuk playground, dengan Victoria Gong membicarakan anak-anak lainnya.

“Ibu, teman sebangku aku sangat tampan.” Dia tersenyum dan berbicara.

Wallace Mo melihat itu, seperti orang bodoh.

Victoria Gong tertawa, merapikan rok yang di pakai anak itu, dan dengan lembut bertanya: “Tampan sampai seperti apa? Apakah tampan seperti ayah?”

Anak kecil itu berpikir, melihat Wallace Mo.

Wallace Mo kira dia dapat memuji dia, tidak di sangka dia berkata: “Walaupun ayah juga ganteng, tetapi tidak seganteng teman sebangku aku. Anak kecil itu sangat putih, matanya biru.”

Ternyata teman luar negeri.

Victoria Gong tertawa, melihat Wallace Gong, mulutnya manyun.

Wallace Mo sedikit tidak senang, di depan anak itu jongkok dan bertanya: “Bukannya ayah yang lebih ganteng?”

Anak itu melihat Wallace Mo dan berkata: “Bukan, anak itu lebih ganteng.”

Mendengar itu, Wallace Mo seperti ingin muntah darah, dengan kesal meninggalkan dia. Berjalan beberapa saat, dengar Victoria Gong berkata: “Nak, di hati ibu, ayah yang paling ganteng. Ayah suka muka, kamu pura-pura sedikit.”

Dia dengan bangga tersenyum.

Tiba-tiba, di depan matanya pemandangan berubah, Victoria Gong duduk di pinggir kapal, angin menghembus rambutnya, mukanya menandakan kesedihan.

Dia tidak tahu kenapa, menjulurkan tangan, berkata: “Victoria, turun, disana sangat bahaya.”

“Wallace, anak kita tidak ada lagi.” Victoria Gong berkata, matanya penuh dengan air mata.

Dia melihat Wallace Mo, berkata lagi : “Anak kita sudah tidak ada, dia dibunuh orang.”

Wallace Mo tidak tahan, berjalan ke samping Victoria Gong, tetapi dia berkata: “Jangan kemari!”

“Victoria, jangan berlebihan, kemarilah.” Wallace Mo menasihatinya.

Victoria Gong melihat dia, mukanya pucat dan berkata: “Wallace, sampai jumpa lagi.” Selesai bicara, dia langsung terjun, ke dalam ombak laut.

“Tidak!” Wallace Mo berteriak, berlari ke tepi kapal, tetapi tidak melihat Victoria Gong. Dia berpikir, langsung lompat ke laut. Dia terus berenang, mencari tetapi tidak menemukan, pada akhirnya dia juga hilang.

“Victoria!” Dia teriak, membuka mata, matanya penuh dengan kesakitan.

“Victoria!”

Orang tua Mo dan Willy Mo mendengar itu, dengan sibuk berlari ke samping kasur, dan bertanya: “Wallace, bagaimana?”

Wallace Mo melihat orang di depannya, adalah saudaranya, tetapi kurang Victoria Gong, tatapannya menjadi datar.

“Wallace, kamu gimana? jangan kageti ibu, baik tidak?” Ibu Mo bertanya, menelan ludah. Menunggu lama, akhirnya Wallace Mo tersadar.

Ayah Mo datar, melihat Willy Mo dan berkata: “Cepat panggil dokter.”

Willy Mo mengangguk, meninggalkan ruangan.

Dengan cepat, dokter datang, memeriksa keadaan Wallace Mo dan berkata: “Sudah sadar, artinya tidak ada masalah besar. Tinggal di rumah sakit beberapa saat untuk di periksa saja.”

“Baik dokter.” Willy Mo berkata, dan mengantar dokter pergi.

Ibu Mo penuh rasa syukur, bersyukur Tuhan tidak membawa anaknya pergi. Dia berjalan ke arah Wallace Mo dan berkata: “Wallace, kamu benar-benar menakuti ibu.”

Wallace Mo tersenyum dan berkata: “Ibu, aku tidak apa-apa.”

“Benar, kamu tidak apa-apa.” Ibu Mo berkata dan perlahan tersenyum kepadanya, hatinya sedikit lega.

Wallace Mo melihat Willy Mo, memanggil: “Willy.”

Willy Mo mengerti artinya dan berkata: “Tidak ketemu.”

Mendengar itu, Wallace Mo menutup mata, menghela napas. Dia memikirkan mimpinya, ternyata adalah kenyataan, teringat muka putus asa Victoria Gong, membuatnya sangat sakit hati.

Mendengar hal itu, ibu Mo sedikit tidak enak. Dia mengerutkan kening, berkata kepada Wallace Mo: “Wallace, kamu sampai sekarang masih memikirkan Victoria. Kamu demi dia, hampir kehilangan nyawa?”

Saat menunggu Wallace Mo bangun, Willy Mo memberitahu satu-satu kepada orangtuanya, jadi dia tahu.

“Ibu, ini bukan salah dia.” Wallace Mo berbicara.

“Bagaimana bukan?” Ibu Mo bertanya, dengan nada menggerutu.

Di samping ayah Mo melihat ibu Mo yang seperti itu, berkata: “Sudah! Wallace sudah sadar, tidak bisakah biarkan dia istirahat?”

Seketika ibu Mo terdiam, melihat Wallace Mo, mukanya tidak enak. Tentu saja, orang yang sudah melewati kematian, hanya perlu hidup, semua tidak peduli. Dengan berpikir begini, hatinya kembali tenang.

Wallace Mo melihat keluar, hitam pekat, sudah malam. Dia berkata: “Sudah malam, kalian pulang istirahat.”

“Tidak apa, ibu tidak lelah.” Ibu Mo segera menjawab.

Willy Mo melihat ibu yang sangat kelelahan, tidak tahan dan berkata: “Ibu, kamu sudah terjaga selama 3 hari. Segeralah pulang, aku disini menjaga kakak.”

Tiga hari?

Wallace Mo terkejut dan berkata: “Aku sudah tertidur 3 hari?”

“Benar.” Willy Mo mengangguk dan berkata: “Saat menyelamatkan kamu, kamu sangat lemah, saat itu kalau tidak segera kamu mungkin…. Dokter menarik kamu dari gerbang kematian.” Wallace Mo tersadar, nadanya semakin cepat.

Wallace Mo melihat ayah Mo, juga ibu Mo, seperti sudah lama tidak tidur, dia berkata: “Ayah ibu, kalian segeralah pulang, aku sekarang sudah tidak apa-apa.”

Ibu Mo melihat Wallace Mo, tidak ingin merepotkan dia, jadi dia setuju.

“Aku antar kalian.” Willy Mo berkata, lalu tiga orang itu keluar dari ruangan.

Setelah satu jam, Willy Mo kembali. Dia mendorong pintu, melihat Wallace Mo berdiri di samping jendela, ekspresinya datar, tapi selalu bisa merasakan perasaan orang sekitar, sangat dingin.

“Ketua.” Willy Mo mendekati, dan menyapa.

Wallace Mo tidak berkata, hanya berdiri, sedikit khawatir.

Willy Mo melihat dia begitu, tidak tahan dan berkata: “Kami mencari sangat lama dan tidak menemukan, takutnya……..”

“Kamu bicara apa!” Wallace Mo memotong Willy Mo, berbalik, dengan marah menatap dia.

Willy Mo terdiam, tidak bicara.

“Kamu juga lihat, pasti ada yang menyelamatkan dia.” Wallace Mo berkata.

Tetapi, menurut kekuasaan kami, tidak menemukan 1 orang, sebenarnya tidak mungkin.

Willy Mo berpikir demikian, tetapi dia tidak bicara. Tiba-tiba memikirkan yang lain dan berkata: “Ketuan, Erick Chen ada bawahan kita.”

Erick Chen?

Mengingat dia, emosinya menjadi naik, mengepalkan tangan.

“Ingin tidak…..” Willy Mo seperti bertanya. Siapapun tahu mengganggu Wallace Mo tidak ada ampun, apalagi menghilangkan orang yang paling dia cinta, Victoria Gong.

Wallace Mo menepuk tangan, dan berkata: “Lepaskan dia.”

“Lepaskan dia?” Willy Mo sangat terkejut.

Wallace Mo mengangguk, berkata: "Orang-orang seperti dia yang memikirkan penculikan dan ingin membunuh orang lain pasti tidak bersih. Kamu pergi kumpulkan bukti kejahatannya. Juga, daftarkan perusahaan baru atas nama orang asing, dan kemudian bekerja sama dengan Erick Chen, lalu perlahan-lahan ambil sahamnya secara pribadi. "

Saat itu, perusahaan Erick Chen pasti tidak ada, dan juga masuk penjara.

Mendengar perkataan Wallace Mo, Willy Mo tersenyum dan berkata: “Baiklah.”

“Ada lagi, jaga gerak gerik dia, jangan biarkan dia keluar negeri.” Wallace Mo menambahkan. Ingin tahu, ingin tahu walaupun ada urusan, keluar negeri, kelebihannya tidak akan terlihat.

Willy Mo mengangguk dan bertanya lagi: “Elizabeth Chu? Dia sudah dua hari tidak makan dan minum, ingin bertemu dengan kamu.” Masih ingat saat bertemu dengan dia, seperti orang gila, kehilangan akal sehat, ingin paksa juga tidak bisa.

“Tidak.” Wallace Mo berkata, “Kamu beri tahu kabar Erick Chen kepadanya, lalu lihat balasannya.”

“Baik.”

Wallace Mo melihat jendela lagi, bisa melihat Victoria Gong tersenyum kepadanya. Saat itu, dia merasa sangat dingin, bagaimana membereskan Erick Chen dan Elizabeth Chu, Victoria gong tidak akan ketemu lagi.

“Direktur,” Willy Mo berkata: “Apakah tidak ingin istirahat? kamu sekarang masih lemah.”

Wallace Mo membelakangi Willy Mo, melambai: “Kamu pergi saja.”

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu