Ternyata Suamiku Seorang Milioner - Bab 336 Baik Atau Buruk

Mengapa dia harus mengingatkan Victoria Gong tentang hal itu? Mengapa?

Wallace Mo menatap Victoria Gong dengan sedih. Dia hanya bisa memeluk Victoria Gong untuk menghangatkannya, “Victoria, sudahlah. Kita pulang saja.” ujar Wallace Mo sambil memeluk Victoria. Dia berniat mengajaknya keluar.

Tantio Liang menghentikan mereka, “Kamu saja yang pergi. Biarkan Victoria tinggal disini.”

Wallace Mo menatap Tantio Liang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak mempedulikannya lalu lanjut berjalan.

Di ruangan itu tersisa Tantio Liang yang murung dan kecewa.

Wallace Mo mengajak Victoria Gong pulang. Dia memapah Victoria Gong ke sofa lalu menuang segelas air untuknya. Victoria Gong tiba-tiba meraih tangannya.

“Jangan pergi.” ujar Victoria Gong.

Wallace Mo sedih melihat Victoria Gong begini. Dia lalu duduk disampingnya. Sambil mengusap rambut Victoria Gong, Wallace Mo berkata, “Aku tidak kemana-mana. Jangan takut.”

“Victoria, ada apa denganmu tadi? Apa kamu teringat sesuatu?” tanya Wallace Mo lirih. Victoria Gong suka bersikap begini ketika dia mengingat sesuatu. Namun, kini reaksinya lebih kuat.

Victoria Gong mengangguk. Dia teringat segalanya; yang baik, buruk, yang bahagia, maupun tidak. Victoria Gong berkata, “Aku mengingat segalanya.”

Apa dia mengingat kenangan pahit itu?

Wallace Mo terkejut. Dia lalu merengkuh Victoria Gong ke dalam pelukannya. Wallace Mo ingin mengatakan sesuatu, namun tidak bisa. Sepertinya, dia sudah memberikan luka yang sangat dalam pada Victoria Gong.

Victoria Gong membalas pelukan Wallace Mo. Dia teringat kandungannya yang gugur, “Ini semua salahku. Aku tidak menjaga anak kita dengan baik.”

Wallace Mo semakin sedih mendengarnya. Dia mengusap kepala Victoria Gong, “Siapa yang menyalahkanmu? Kalau saja aku melindungimu dengan baik, Erick Chen tidak akan memiliki kesempatan, kamu juga tidak akan diculik dan bayi kita tidak akan meninggal.”

Mendengar kata-kata Wallace Mo barusan, Victoria Gong teringat Erick Chen yang dulu pernah memberinya obat penggugur kandungan. Dia tidak bisa menahan air matanya.

“Wallace…” Victoria Gong terisak sambil memeluk Wallace Mo.

Wallace Mo semakin khawatir, “Jangan sedih. Ini semua sudah berakhir.”

Semuanya memang telah berakhir, namun Wallace Mo tahu kejadian itu akan meninggalkan bekas luka di hatinya dan Victoria Gong.

Victoria Gong hening. Dia berusaha merelakan segalanya. Dengan Wallace Mo disisinya, dia tidak perlu khawatir tentang apapun, karena mereka saling mencintai juga sama-sama terluka.

Victoria Gong tidak tahu kapan dia bisa berhenti menangis.

Wallace Mo mengusap air mata dan pipinya, “Entah apa yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu.”

Victoria Gong mengangguk dan bersadar di pundak Wallace Mo. Dia merasa Wallace Mo adalah tempat paling aman untuknya.

Wallace Mo menggenggam tangan Victoria Gong, “Victoria, kamu sedang mengandung sekarang. Jangan terlalu bersedih, nanti bayi kita ikut sedih.”

Bayi?

Victoria Gong menyentuh perutnya. Benar. Saat ini ada janin di dalam perutnya. Apa ini karena Tuhan masih menyayanginya? Dia kehilangan bayinya lalu Tuhan memberinya satu lagi.

Namun, apa bayi ini bisa menggantikan bayi yang sebelumnya gugur?

Victoria Gong memautkan bibirnya, “Ini semua salahku.”

Wallace Mo melepaskan pelukannya dan menatap Victoria Gong, “Victoria, kamu memilikiku dan anak kita sekarang. Jangan bersedih.” Wallace Mo tahu Victoria Gong butuh waktu untuk benar-benar pulih. Wallace Mo berusaha menerima fakta ini sambil berharap Victoria Gong bisa bahagia lagi.

Victoria Gong mengangguk. Dia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Wallace Mo. Kalau Tuhan sudah tidak peduli padanya, dia mungkin tidak akan bertemu dengan Wallace Mo lagi.

“Wallace, aku sangat senang kita bisa berjumpa lagi.”

Wallace Mo meraih tangan Victoria Gong, “Aku senang bisa menemukanmu, Victoria.”

Victoria Gong tersenyum tipis lalu memeluk Wallace Mo.

Wallace Mo membalas senyumannya lalu menggendong Victoria Gong ke kamar.

Mereka berdua berbaring di kasur. Wallace Mo memeluk Victoria Gong dari belakang lalu meletakkan tangannya di perut isterinya.

“Victoria, bayi kita sedang tidur disini.”

Victoria Gong menggenggam tangan Wallace Mo yang hangat. Dia sudah lebih dari cukup untuk melindungi diri dan bayinya. Victoria Gong lalu teringat kamar bayi yang Wallace Mo siapkan sebelumnya.

“Wallace, apa kamar bayinya masih ada?”

Wallace Mo mencoba menerka keinginan Victoria Gong, dia lalu menjawab, “Masih. Setelah kamu pergi, aku belum ada masuk lagi.”

“Apa kamu ingin melihatnya denganku sekarang?” tanya Victoria Gong.

Wallace Mo khawatir debu dan pemandangan ruangan itu akan menyakiti Victoria Gong, “Barang-barang di ruangan itu sudah usang, juga sudah lama tidak dibersihkan. Aku akan menyuruh Willy Mo untuk mencari perusahaan konstruksi untuk mendesain ulang ruangan itu lagi.”

“Jangan didesain ulang. Cukup dibersihkan saja.” Victoria Gong ingin ruangan itu tetap sebagaimana mestinya, seakan bayi mereka sebelumnya lahir.

Wallace Mo mencium Victoria Gong, “Baiklah.”

Victoria Gong tersenyum, berbalik badan, lalu memeluk Wallace Mo. Dia melihat luka di ujung bibir Wallace Mo. Dia tidak melihatnya tadi, “Apa masih sakit?”

“Tidak.” Wallace Mo mengabaikan rasa sakit demi melindungi Victoria Gong.

Victoria Gong berdiri lalu berjalan keluar kamar. Wallace Mo terkejut.

Victoria Gong kembali dengan kotak obat di tangannya.

“Sini.” Victoria Gong duduk di kursi.

Wallace Mo duduk di samping Victoria Gong.

Victoria Gong membuka kotak obat itu dan mengoleskan obat di luka Wallace Mo dengan pelan, “Jangan berkelahi lagi.”

Wallace Mo senang mendengarnya. Dia mengangguk, “Baiklah. Selama kamu ada disisiku, aku tidak akan berkelahi lagi.”

Ada makna tersirat dari kata-katanya. Kalau Tantio Liang sampai berulah lagi, Wallace Mo tidak akan ragu untuk berkelahi lagi.

Victoria Gong tersenyum mendengar jawaban Wallace Mo. Setelah mengoleskan cukup obat, mereka lalu kembali berbaring.

Victoria Gong baru saja memejamkan matanya namun perutnya berbunyi. Dia merasa malu.

“Kamu lapar?” tanya Wallace Mo.

Victoria Gong tersenyum sambil mengangguk pelan. Wallace Mo dan Tantio Liang tadi berkelahi di restoran. Victoria Gong tidak ada waktu untuk makan.

“Apa aku perlu membuatkanmu sesuatu?”

Victoria Gong menggelengkan kepalanya, “Aku ingin makan bubur kepiting buatan Chen’s Restaurant.”

Wallace Moo melihat jam. Saat itu sudah pukul 9:30. Chen’s Restaurant tutup tepat pukul 10:30. Wallace Moo berpikir kalau dia pergi sekarang, dia masih sempat membelinya, “Akan kubelikan. Kamu tunggu dirumah.”

“Baiklah.” Victoria Gong tersenyum lalu mencium Wallace Mo.

Dengan ciuman itu, Wallace Mo tidak akan mengeluh sekalinya Victoria Gong menyuruhnya berlari dari ujung dunia ke ujung yang lain. Wallace Mo tersenyum lalu mencium Victoria Gong dan beranjak dari kamar.

Victoria Gong melihat Wallace Mo pergi lalu tersenyum puas.

Satu jam kemudian ketika Wallace Mo kembali, Victoria Gong sedang berbaring di kasur. Tampaknya dia terlelap. Wallace Mo meletakkan barang belanjaannya lalu berjalan menghampiri Victoria Gong, “Victoria, bangun.”

Victoria tampak tidur dengan pulas.

Wallace Mo memanggilnya lagi, “Victoria, bangun, makan.”

Namun, Victoria Gong tidak juga terbangun.

Wallace Mo tersenyum lalu menciumi wajah Victoria Gong sampai dia terbangun.

Victoria Gong bangun dengan bingung, lalu melihat Wallace Mo disampingnya, “Kamu sudah pulang?”

“Dasar pemalas, bangunlah dan cepat makan.”

Victoria Gong tidak berselera, “Aku tidak ingin makan.”

“Kamu bisa tidur lagi nanti setelah makan.”

Victoria Gong mengerutkan dahinya tanpa menjawab.

Wallace Mo tersenyum lalu membantu Victoria Gong untuk duduk. Ketika dia berbalik badan, Victoria Gong sudah berbaring lagi.

Wallace Mo menggelengkan kepalanya, “Victoria, kalau kamu begini lagi, aku akan marah.”

“Aku sudah marah duluan.”

Victoria Gong masih memiliki energy untuk menimpali omongan Wallace Mo. Sepertinya, dia tidak sengantuk itu, “Victoria, aku tidak hanya membelikanmu bubur kepiting. Aku juga membeli dumpling Lee’s Restaurant kesukaanmu.”

Dumpling?

Victoria Gong langsung duduk dengan semangat sambil menatap Wallace Mo.

Wallace Mo tersenyum melihatnya. Dia tahu barusan adalah cara yang tepat untuk membujuk Victoria Gong, “Bukannya kamu tadi tidak ingin makan?” goda Wallace Mo.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu